Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, namun juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.
"Apapun infrastruktur yang dibangun niscaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sejak dari tahap perencanaan hingga program, orientasinya yaitu manfaat pembangunan bagi masyarakat," kata Menteri Basuki, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/11/2018).
Dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, dibutuhkan pembangunan infrastruktur dirasakan pribadi manfaat ekonomi dan sosial secara merata di seluruh Indonesia. Menteri Basuki memperlihatkan contoh, di samping merenovasi bangunan inti di 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN), Kementerian PUPR juga akan melengkapi setiap PLBN, dengan bangunan pasar yang ketika ini dalam tahap konstruksi.
"Pembangunan daerah perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan membuat embrio sentra pertumbuhan baru. Seperti di Skouw, transaksi yang dilakukan dengan warga Papua Nugini tidak hanya sekadar makanan kecil namun juga emas," jelas Menteri Basuki.
Untuk mendukung pengembangan sentra pertumbuhan di daerah perbatasan, Kementerian PUPR juga terus menuntaskan pembangunan jalan perbatasan. Di Provinsi NTT yang menjadi wilayah perbatasan RI-Timor Leste, telah dirampungkan jalan perbatasan sepanjang 176,2 km. Sementara, Jalan perbatasan di Kalimantan dari panjang 1.906 km telah tembus 1.692 km. Di Papua, jalan perbatasan sudah tembus 909 km dari total 1.098 km.
Menteri Basuki mengatakan, semua pembangunan tersebut bertujuan untuk membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memenuhi kebutuhan masyarakat hingga pulau terluar.
"Keputusan membangun infrastruktur oleh Negara tidak hanya memperhatikan nilai ekonomis, tetapi juga harus juga sanggup mempersatukan dan membuat keadilan sosial. Sehingga pembangunan tidak hanya berpusat di Jawa dan Sumatera," ujarnya.
Kementerian PUPR juga membangun jembatan gantung yang menghubungkan antardesa. Tahun 2015 sebanyak 10 unit jembatan gantung, tahun 2016 sebanyak 7 unit dan tahun 2017 sebanyak 13 unit dan tahun 2018 sebanyak 134 unit di beberapa wilayah di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar yang sanggup dirasakan pribadi oleh masyarakat, Kementerian PUPR membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui kegiatan rumah khusus, pemberian stimulan rumah swadaya, rumah susun, dan PSU yang tersebar hingga ke wilayah terluar Indonesia. Sebagai contoh, pembangunan rumah khusus yang dibangun bagi penduduk di Asmat, para pengungsi ex Timor Timur (Timtim) di Belu dan rumah nelayan di banyak sekali wilayah. [okezone.com]