Rupiah Menguat, Sri Mulyani Masih Waspada Ekonomi Global


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Bank Indonesia (BI) buka bunyi mengenai keperkasaan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang hari ini, Senin (7/1/2018).

Seperti diketahui, US$ 1 dibanderol Rp 14.085 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 1,26% dibandingkan posisi penutupan perdagangan selesai pekan lalu.

Berbicara usai sidang kabinet paripurna, bendahara negara menyebut penguatan rupiah dipicu dari derasnya arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia karena prospek ekonomi domestik yang cukup positif.

"Ini menyebabkan posisi Indonesia yang berbeda dengan negara yang selama ini mengalami volatilitas dan vulnerabilitas lebih tinggi," kata Sri Mulyani di kompleks kepresidenan.

"Sehingga, kita dapat gain atau dapat mendapat manfaat dalam bentuk capital flow [arus modal asing]," jelasnya.

Kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, dianggap alasannya yaitu faktor pelaksanaan kas keuangan negara sepanjang 2018 yang mengatakan performa positif.

Namun, Sri Mulyani tak memungkiri bahwa Indonesia tetap perlu mencurigai aneka macam perubahan ekonomi global menyerupai arah kebijakan The Fed, maupun dari perkembangan tenang dagang AS dan China.

"Sekarang kami melihat bahwa doktrin terhadap perekonomian dan juga suasana global tetap harus kita waspadai. Capital inflow sudah mulai terjadi, sehingga neraca pembayaran jadi positif," katanya.

"Kita lihat tekanan terhadap rupiah sudah semakin berkurang, tapi kami akan jaga terus bersama BI dari sisi persepsi," tegasnya.

Kepala Departemen Pengelolaan BI Nanang Hendarsah pun mengemukakan hal serupa. BI menegaskan, akan berada di pasar menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya.

"Menguatnya Rupiah yang signifikan hari ini menujukkan doktrin pasar terhadap Rupiah sangat kuat," terperinci Nanang kepada CNBC Indonesia.

"BI akan terus memonitor secara cermat dinamika pasar keuangan global yang merespon proses perundingan akad dagang AS - China dan stance kebijakan moneter the Fed."

"BI akan tetap berada di pasar untuk mengawal dan merespon dengan seksama pergerakan Rupiah, untuk memastikan doktrin masyarakat terhadap rupiah tetap tinggi," tegas Nanang. [cnbcindonesia.com]

Artikel Terkait