Prof. Ir. Ratna Megawangi, M. Sc, Ph.D : Perlukah Ranking Anak Di Sekolah?

Assalamu'alaikum wr.wb. selamat tiba di website infokemendikbud.web.id dan salam sejahtera untuk rekan-rekan guru semua...
simak informasi terbaru yang sangat penting berikut ini tentang Perlukah Ranking Anak Di Sekolah?

Pernahkah Anda merasa kesal saat anak tidak pernah mendapat peringkat di kelas? Atau Anda pernah melihat sang anak murung, sedih, saat mendapat nilai jelek? Penting Anda ketahui, bahwa menilai anak sanggup mempunyai imbas negatif pada sang buah hati Anda.

“Rangking sesungguhnya harusnya jangan dikasih kepada sang anak. Karena di negara-negara maju, yang termaksud mempunyai sentra pendidikan terbagus kaya negara Finlandia, Swedia, dan lainnya, itu ada kebijakan tidak memperlihatkan angka,” kata Prof. Ir. Ratna Megawangi, M. Sc, Ph.D yang AKURAT.CO temui di Grand Kemang, Jakarta, Kamis, (28/6).  


Wanita yang mempelopori pengembangan pendidikan holistik di Indonesia ini juga membagikan pengalamannya wacana anaknya yang menjalani sekolah dasar empat tahun di negara Amerika, saat melihat anaknya kebingungan saat melanjutkan sekolah di Indonesia.

Baca Juga: 

                      INILAH GAJI YANG AKAN DITERIMA JIKA LOLOS CPNS 2018
                   
                   
“Ada anak saya 4 tahun di Amerika sekolah dasarnya, pas nerusin sekolah disini, ia menyampaikan kepada saya, disana tidak pernah ada angka untuk menilai seseorang anak, apalagi ranking,” tambahnya.

Setiap anak harus berkembang dengan kecerdasannya masing-masing. Sedangkan di Indonesia, lebih banyak fokus dengan akademik. Kaprikornus hanya bawah umur yang mempunyai kelebihan akademik saja yang sanggup mencapai hal tersebut. Padahal, data menandakan kecerdasan akademik di Indonesia hanya 15 persen anak yang mencapai nilai IQ lebih dari 120.

“Cuma sekitar 15 persen yang mencapai nilai IQ 120 ke atas. Selebihnya mau diapakan? Apa mau kita anggap bodoh? Mereka anak yang memang semenjak lahir sudah mempunyai IQ dibawah rata-rata. Sistem kita ini memvonis. Ini menciptakan bawah umur 85 persen ini merasa bodoh. Ini salah satu yang akan menjadikan emosi negatif menjadi ada,” jelasnya.

Pesan diberikan perempuan kelahiran 1958 ini, jangan biarkan anak mempunyai sifat sombong, membedakan yang mana yang berilmu dan yang tidak dari nilai akademis. Emosi negatif ini akan mempunyai dampak yang tidak baik terhadap masa depan anak mereka. Seperti tidak sanggup berfikir panjang, rasa tenggang rasa hilang, pemarah, merasa tidak mau dikalahkan, dan sebagainya. Walaupun terlihat sepele dampaknya, ini sanggup sangat berbahaya di kondisi tertentu.

“Saya antisipasinya, saya bilang ke gurunya jangan beritahu rangking kepada anak saya. Kaprikornus hingga kini ia gak tahu rangking berapa,” tutup Ratna.

Sumber : https://m.akurat.co

Demikian info dan informasi terkini yang sanggup kami sampaikan. Silahkan like fanspagenya dan tetap kunjungi situs kami di www. infokemendikbud.web.id . Kami senantiasa memperlihatkan info dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari banyak sekali sumber  terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.

Artikel Terkait