Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah menilai usul maaf Prabowo soal ucapan 'tampang Boyolali' tak tulus. Permintaan maafnya hanya bersifat politis.
"Prabowo bukanlah minta maaf yang meluncur dari nuraninya, melainkan minta maaf politis. Karena usul maaf tersebut dikakukan sesudah mengkalkulasi dulu untung ruginya," kata Inas ketika dihubungi wartawan, Rabu, 7 November 2018.
Inas mencatat dalam beberapa kesempatan bukan kali pertama dan kedua, sosok mantan Danjen Kopassus itu melontarkan pernyataan kontroversial sampai bernada caci maki. Ia menduga hal ini sudah menjadi watak Prabowo Subianto.
Setidaknya, kata Inas semenjak tahun 2013 ada lima pernyataan Prabowo yang kontroversial. Cenderung merendahkan kelompok dan profesi tertentu.
Pertama, pernyataannya di Gedung Balarea, Jalan Patriot, Gaurt, Jumat, 25 Oktober 2013. Saat itu dia menyebut "Kalau hakim agung-hakim Mahkamah Konstitusi bisa disogok, apalagi wartawan. Sama saja”
Kedua, tahun 2014 di program PKS, “Bangsa Indonesia adakala naif, lugu dan goblok". Ketiga, pernyataannya merendahkan profesi wartawan: “gaji kalian kecil, muka kalian enggak belanja di mal”.
Keempat, ketika kampanye Pilkada Jabar dia menyebut “Elit-elit di Jakarta maling semua”. Terakhir, Analogi kemiskinan dengan menyebut latar belakang kedaerahan tampang Boyolali.
"Cukup terang bahwa kebiasaan ini akan berulang dan berulang lagi, apakah Prabowo bisa mengerem kebiasaan-nya ini? Kita lihat dalam enam bulan ke depan," pungkasnya. [medcom.id]