Foto: medcom.id |
Sejumlah negara disebut menggandakan kebijakan Presiden Joko Widodo dalam menaikkan peringkat Ease of Doing Business (EoDB) atau akomodasi Berusaha. Bahkan, taktik Jokowi empat tahun kemudian tersebut berhasil menyalip rangking EoDB negara tetangga.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikan beberapa negara secara mendadak gencar meningkatkan rangking EoDB mereka dengan melaksanakan reformasi besar-besaran di banyak sekali sektor.
"Mereka tiba-tiba gencar meningkatkan masing-masing peringkat sehingga kita tersusul, skor kita naik tapi peringkat turun alasannya mereka lebih jor-joran," ungkapnya dalam jumpa pers di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 1 November 2018.
Lembong mencontohkan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dalam sebuah konferensi ekonomi Saudi Arabia bahkan menggagas taktik untuk menaikkan peringkat EoDB. Hal tersebut mengingatkan Lembong pada gagasan Jokowi empat tahun lalu.
"PM Pakistan yang gres bilang yang harus diutamakan pertama iklim investasi, pelayanan terpadu satu pintu, kemudian akan dongkrak EoDB, persis menyerupai pak Jokowi empat tahun lalu," tambahnya.
Karenanya, persaingan sengit ini menjadi hambatan bagi Indonesia untuk meraih sasaran di angka 40. Untuk itu, diperlukan kegiatan reformasi yang lebih mendasar dan radikal guna mendongkrak skor Distance to Frontier (DTF) maupun indeks EoDB.
"Saya takutnya kita agak mentok sehingga reformasi harus dirombak. Tidak lagi kutak kutik mekanisme atau optimalisasi sistem, tetapi harus rombak sistem," kata dia.
Adapun posisi Indonesia pada laporan Doing Business 2019 mengalami penurunan satu peringkat dari 72 menjadi 73. Pada 2014, Indonesia berada pada peringkat 114, naik pada peringkat 109 pada 2016, kemudian menjadi peringkat 91 pada 2017, kemudian peringkat 72 pada 2018. [medcom.id]