Agama Cinta..



Kemarin saya menemani tamu saya dari luar negeri makan malam ia sebuah restoran di bilangan kota. Di kawasan itu saya amprokan dengan teman lama. Saya kenal ia lebih dari 15 tahun. Saya mengenal bersahabat dengan dia  ketika kami terlibat dalam kemitraan pengabil alihan perusahaan IT di London melalui bursa. Setalah itu , saya tidak lagi bertemu. Entah kenapa kami disconnect. Dia lahir di Bangka. Agama nya budha mengikuti kedua orang tuanya.

" Assalamualaikum " katanya menyapa saya. Saya terkejut cara ia menyapa saya dengan aksen arab yang kental. Ini bukan hanya sekedar sapa tapi ia menghayati apa yang ia katakan. 
" Waalaikum salam" Jawab saya dengan bingujng.
" Bro, saya sudah muslim" 
" Oh yaa" Kata saya dengan senyum bahagia." Sejak kapan?
" Tepatnya 5 tahun lalu."
" Alhamdulillah" Seru saya dengan rasa syukur " Di mana tinggal kini ? 
" Di Pluit. Sejak tahun kemudian saya kembali ke Jakarta. Tadinya sempat lama di Penang"

Dia bercerita bagaimana ia hingga memeluk agama Islam. Berawal ketika ia menagih hutang kepada seorang relasinya. Dia tahu relasinya sudah bangkrut. Dengan kata kata berangasan ia menghina relasinya biar segera membayar hutang. Bahkan hingga menghina agama yang di anut relasinya itu.Namun relasinya tidak pernah sekalipun tersinggung. Suatu ketika ketika keluar dari rumah relasinya , ia mendengar bunyi azan maghrib. Entah mengapa ia terpesona mendengar bunyi azan itu. Padahal ia sering mendengar bunyi azan itu sebelumnya. Dia sempat  duduk di teras rumah relasinya. Kakinya tak sanggup melangkah.

Ada menyerupai tekanan luar biasa di dalam hatinya. Entah mengapa ia menangis. Dia mencicipi kesegaran teramat sangat merasuk kedalam sanubari. Dia merasa damai. Dia kembali masuk kedalam. Dia menyampaikan suasana hatinya kepada relasinya. Relasinya hanya tersenyum. Setelah itu setiap ia mendengar bunyi azan, ia menangis. Melalui sahabatnya yang muslim, ia mendapatkan pencerahan bahwa itu yaitu panggilan Allah kepada umat insan untuk menjadi pemenang. Akhirnya ia memeluk Islam. Semakin ia pelajari islam semakin ia tahu  agungan islam. Mengapa ? lantaran begitu agungnya bahwa Islam itu agama yang menanamkan cinta.

Suatu ketika ia di datangi relasinya yang dulu pernah ia hina lantaran tidak bayar hutang. Relasinya itu membayar hutangnya dan sangat senang mengetahui ia telah jadi mualaf. " Setiap hari saya berdoa kepada Allah”  kata relasinya  " Ya Allah saya tak punya uang untuk membayar hutang lantaran saya sedang bangkrut. Dia menghinaku tapi saya tidak merasa terhina. Aku tahu saya telah menzoliminya lantaran kesepakatan yang tidak tunai. Namun ya Allah, saya selalu memuliakan kedua orang tuaku. Andaikan itu amalan terbaik di sisiMu maka berilah sebaik baiknya akibat kepada dia. Bukalah pintu hidayah kepadanya" Demikian doa relasinya itu, setiap hari. Saya hina ia , ia mendoakan kebaikan untuk saya. Saya hina agamanya, tapi ia doakan biar hidayah hingga ke-saya. Inilah akhlak islam sesungguhnya. Kamu tahu, kata teman saya itu, jikalau ada anugerah terindah di dalam hidup ini maka itu yaitu hidayah. Dengan terbukanya hidayah pintu kedamaian datang. Kita menemukan kelengkapan yang tak gampang di jelaskan dengan apapun dengan ilmu yang serba terbatas ini. 

“ Bro” serunya “ Syiar islam itu terpancar bukan lantaran teriakan Allahuakbar dan berbusa verbal berzikir menggema kesentero dunia, tapi dengan akhlak setiap umat islam. Berbuat baik bukan hanya kepada orang yang baik tapi juga kepada orang yang jahat, bahkan kepada orang yang telah menghina kita. Bersapa itu tidak hanya kepada teman bersahabat kita tapi juga kepada orang yang menghindari bertemu dengan kita, bahkan kepada orang tidak seiman dengan kita. Jangan pernah besar hati dengan amalan dan pengetahuan agama syariah. Karena sehebat apapun ibadah dan ilmu syariah kita tidak akan menjamin kita sanggup mendekat kepada Allah. Tapi hati yang higienis tanpa prasangka jelek kepada siapapun, penuh maaf, penuh cinta tanpa syarat, itulah cahaya yang menuntun kita menuju Tuhan.  Islam kita sudah perkenalkan sebagai rahmat bagi semua. “ Demikian kata teman saya.  Saya terharu. 

***
Surti, hampir menangis ketika laki-laki dengan wajah teduh tiba membawa beras 5 liter. Pria itu berpesan biar besok besok jikalau ia tidak ada beras untuk di tanak , tiba ke tempatnya. Sambil  memberi tahu alamat. Betapa haru dia, lantaran sudah dua hari suaminya menanti upah mingguan yang belum di bayar oleh juragan kebun. Alasannya perusahaan lagi sulit dan pembayaran upah biasa tertunda. Selama upah belum di bayar Surti bersama anaknya makan umbian yang di tanam di belakang rumah. Namun sesudah pulang, beras 5 liter itu di buang semua oleh suaminya. Hanya lantaran yang memberi beras itu seorang misionaris yang tidak seiman.  

Surti tidak mengemis. Dia insan biasa yang di datangi orang dengan cinta, untuk memberi. Saya sanggup memaklumi perilaku tegas dari suami Surti yang melarang istrinya mendapatkan derma orang yang tak seiman. Kawatir aqidah tergadaikan hanya lantaran perut lapar. Masalahnya bagaimana menjelaskan kepada seorang ibu yang dapurnya tidak ngebul sementara anak menangis lapar?   Berharap kepada mandor kebun yang seiman, malah selalu membentak bila di tanya kapan upah di bayar. Bagaimana. ? Surti tidak ada niat untuk pindah agama. Dan si pemberipun tidak hendak menghipnotis Surti untuk memeluk agamanya. Ia hanya terpanggil akan ajakan Tuhan untuk memberi mereka yang lapar. Dan Surti yaitu makluk ciptaan Tuhan, yang sadar bahwa Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan itu melalui orang yang pemberi tanpa harap kembali. 

Ada juga Murni, perempuan usia mendekati 40 tahun. Menjanda lantaran suaminya pergi tanpa alasan yang terperinci dengan meninggalkan beban dua anak. Ia bekerja sebagai buruh memecah kerikil alam untuk aksesoris taman dengan sehari Rp. 1200. Di bayar seminggu sekali yang nilainya lebih rendah dari harga segelas kopi di starbuck. Sore menjelang malam menjemput. Dia berhias dengan gincu murahan yang di belinya di warung kampung. Sepatu lama dan baju terbaik satu satunya yang ia miliki di kenakannya untuk pekerjaan Artikel Babo. Setiap hari baju itu di basuh untuk di pakainya kembali. Sambil menitipkan anak Balitanya kepada anak gadisnya untuk di jaga, ia melangkah menembus malam.  

Yang kemudian nampak yaitu Murni yang lain, sang kapitalis penjual tubuhnya. Suatu ketika Murni , menemukan pelanggan yang tak ingin membeli tubuhnya. Pelanggan itu memberinya uang untuk ia segera pulang, sambil berbicara dengan lembut " Pulanglah. Jangan lagi berbuat dosa. Tuhan mengasihimu. Datanglah ketempat saya, dimana orang berkumpul untuk mendapatkan kasih Allah." Murni terharu. Namun ke esokannya ketika orang kampung tahu ia tiba ketempat yang di haramkan, orang kampung mengecapnya murtad, kafir. Dia di asingkan oleh pergaulan. 

Murni, tidak hendak pindah agama. Tidak hendak berbuat dosa. Hanya lantaran tidak ada lagi yang sanggup ia perbuat untuk bertahan hidup. Sementara di sekitarnya , orang kampung yang setiap hari menyembah Tuhan, pergi haji berkali kali, naik motor kemana  pergi, abai kepada nasipnya. Dia tidak hendak mengemis menuntut haknya yang di titipkan Tuhan kepada orang berlebih. Dia hanya menjual apa yang sanggup ia jual untuk sekedar meyakinkan ia tidak kalah dan frustasi dengan hidupnya sehingga harus mencuri atau korup. Namun ketika ada yang menyeru menjauh dari hidup melacur, sambil memberi uang sebagai solusi. Diapun berbalik arah untuk menemukan kawasan dimana orang peduli dan tidak menghujatnya, tidak memburunya dengan pentungan, kecuali memberi solusi , memberi hati bahwa bersama kita bisa. 

Tidak semua orang punya kesabaran tinggi. Tidak semua orang punya tingkat keimanan tinggi. Tidak semua paham ilmu agama. Namun semua orang paham satu hal " Bahwa cinta sanggup merubah yang keras menjadi lembut. Merubah frustasi menjadi harapan. Merubah lelah menjadi kuat. Merubah kalah menjadi pemenang.  Dan itulah sebabnya banyak orang punya kekuatan kata kata yang di lantunkan dalam dakwah, predikat orang suci yang tak  bisa di salahkan, kalah sama orang yang tak menyebutkan firman Tuhan namun ia memberi dengan tulus, tanpa mengadili. Dia merebut hati orang dengan cinta tanpa mengucapkan  dalil perihal sorga bagi orang bertakwa dan neraka bagi pendosa. 

Dan buah agama itu hanya satu yaitu CINTA. Ketika cinta mengabur maka kata kata tinggal lah kata kata, ia akan terbang di bawa angin , jatuh kebumi dengan bunyi kepongahan, membuat permusuhan, melahirkan kebencian, dan amarah yang tak sudah. Entah pesan Tuhan apa yang di perjuangkan bila yang bersahabat menjauh, yang jauh semakin jauh. Marilah kita semua kembali kepada nilai Islam, yang rahmat bagi alam semesta. Agama cinta yang tak lain pesan kecuali menebarkan cinta dan kasih sayang bagi semua.


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait