Jokowi: Perundingan Freeport Sulit, Mereka Tawar 30% Aku Tolak


Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali angkat bicara terkait pembelian saham PT Freeport Indonesia. Ia mengungkapkan perundingan tersebut berjalan sulit alasannya yaitu penawaran saham hanya 30%. Namun hal itu ditolaknya.

Dalam usang Facebook-nya, Jokowi mengungkapkan perundingan yang alot tersebut berjalan selama 3,5 tahun. Di mana akhirnya, Indonesia mendapat lebih banyak didominasi saham sebanyak 51%.

Padahal, sebelumnya selama 40 tahun Indonesia hanya menikmati 9,3% dari hasil sumber daya alam (SDA) yang berada di tanah Papua itu.

"Yang sulit yaitu mengambil alih tambang Freeport di Papua. Negosiasinya berlangsung 3,5 tahun, mereka menawar 30%, tapi aku menolak. Kita harus mendapat hak kepemilikan lebih banyak didominasi 51%," tulis ia dalam laman Facebook-nya menyerupai dikutip detikFinance, Senin (31/12/2018).

"Sudah 40 tahun Indonesia hanya menikmati bagi hasil pengolahan 9,3% dari tambang ini. Alhamdulillah, upaya panjang itu sudah membuahkan hasil. Kepemilikan saham kita di Freeport Indonesia sekarang menjadi 51%," terang dia.

Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan pencapaian lain dalam sektor minyak dan gas (migas), yakni pengelolaan Blok Mahakam sampai Blok Rokan. Dari yang sebelumnya dikelola oleh absurd risikonya bisa dimiliki oleh PT Pertamina.

"Selama 50 tahun, kawasan kaya minyak dan gas di Kalimantan yang dikenal dengan Blok Mahakam, dikuasai oleh kontraktor absurd dari Prancis (Total E&P Indonesie) dan Jepang (Inpex Corporation). Sejak 1 Januari 2018, Blok Mahakam kembali dikelola sepenuhnya oleh Pertamina," ungkapnya.

"Selama 50 tahun, Blok Rokan di Riau dikelola oleh perusahaan Amerika, Chevron, dan pada selesai masa kontraknya tahun 2021, blok ini sepenuhnya dikelola oleh Pertamina," sambung dia.

Selain itu, ia juga membahas pengelolaan blok migas yang dikelola absurd namun dalam waktu bersahabat juga akan diambil alih oleh PT Pertamina. Misalnya Blok Tuban sampai Blok Sanga-Sanga.

"Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menugaskan Pertamina untuk mengelola delapan blok migas yang habis masa kontraknya tahun ini. Delapan blok itu, selain Blok Mahakam dan Blok Rokan, Blok Tuban di Jawa Timur, Blok Ogan Komering di Sumatra Selatan, Blok South East Sumatera (SES) di lepas pantai Lampung dan Jakarta, Blok North Sumatera Offshore (NSO) di pesisir timur Sumatra, Blok East Kalimantan, Blok Attaka di Kalimantan Timur, Blok Tengah, dan Blok Sanga-Sanga," jelasnya.

Hal itu pun mengakibatkan bukti bahwa Indonesia bisa berdaulat atas SDA-nya sendiri. Adapun, ia menilai keberhasilan ini sebagai epilog tahun 2018 yang indah.

"Dan kini, Alhamdulillah, kita menutup tahun 2018 dan memasuki tahun yang baru, sebagai bangsa yang semakin berdaulat atas bumi dan kekayaan alamnya sendiri," tutup dia. [detik.com]

Artikel Terkait