Uang...?



Bagaimana mendapat uang gampang tanpa resiko dengan menyuruh orang berkerja untuk anda dan mengambil resikonya. Mungkinkah wangsit itu sanggup diterima ? Tentu ada ! alasannya apapun itu wangsit akan selalu ada yang percaya. Tergentung sejauh mana anda gigih memperjuangkan wangsit tersebut untuk orang percaya. Bumi itu datar, itu teladan wangsit yang secara sains sangat ndeso tapi alasannya terus menerus disampaikan kepada orang banyak, hasilnya beliau diterima sebagai wangsit yang dipercaya. Walau itu oleh komunitas tertutup tergolong botol. Baiknya saya mau kisah dulu aja biar gampang di pahami modusnya. Ada seorang berjulukan A yang andal bisnis model. Dia punya wangsit membuat komunitas jual beli dalam satu platform. Agar platfform ini sanggup menjangkau orang banyak dimana saja berada maka beliau memakai IT system. Melalui IT system itulah beliau memasukan aturan yang di create sendiri. Apa aturannya ? Semua yang tergabung dalam komunitasnya percaya ( beriman ) terhadap alat transaksi. Alat ini sanggup berupa apa saja. Untuk menjaga kepercayaan itu beliau menjamin likuiditas pasar dan keadilan transaksi melalui Clearing secara database.

Nah alasannya beliau bukan negara yang berhak memilih aturan sendiri maka beliau menjadikan bisnis itu secara legal sebagai system pembayaran dari anggota untuk anggota ( peer to peer). Kaprikornus beliau membungkus dirinya sebagai payment gateway provider sebagaimana yang lazim. Lantas apa bedanya sehingga beliau menarik ? Dia memperlihatkan system yang sangat secure dimana tidak ada satupun pihak sanggup tahu siapa yang melaksanakan transaksi. Proteksi ini dimungkinkan setiap transaksi pengiriman uang memakai prosedur jual beli secara tertutup. Dengan demikian bisnis model yang beliau create tidak melanggar hukum. Dan niscaya disukai oleh orang kaya yang ingin kerahasiaan harta terjaga. Agar orang banyak percaya atas wangsit ini maka beliau membentuk komunitas kecil yang sebetulnya itu komunitas yang beliau create dengan ongkos untuk menjebak orang percaya dengan idenya. Maklum pasar akan bereaksi dengan sukses story bukan hanya dengan iklan. Benarlah. Komunitas kecil itu mencicipi nikmat memakai alat pembayarannya sebagai cara yang cepat dan aman, yaitu dengan cara jual beli dan system nya sebagai mediasi. Dari sukses story ini orang ramai ingin bergabung. Nah dikala itulah beliau masuk dengan wangsit sebenarnya. Apa itu? Menjual alat pembayaran itu secara terbatas untuk member terbatas saja. Katakanlah untuk 1 juta member saja dengan harga 1 unit Rp 1.

Karena peminat banyak dan terus bertambah otomatis alat pembayaran itu semakin berkurang dan hasilnya habis. Sementara undangan terus bertambah. Dia menyediakan ruang market place semoga terjadi transaksi jual beli alat pembayaran itu. Hukum pasar berlaku apabila undangan tinggi supply terbatas maka harga akan naik. Maka jadilah alat pembayarannya itu sebagai komoditas. Kesimpulannya beliau berhasil membuat komoditas tanpa barang real kecuali wangsit imajiner yang dibenamkan kedelam IT system semoga menjadi ruang tertutup orang berinteraksi. Lantas dimana beliau untung? Ohooo disinilah kecerdasannya yaitu menambah alat pembayaran kedalam komunitas ketika harga sedang tinggi. Dia sanggup uang tunai real sementara komunitasnya sanggup uang bohongan. Anggotanya tidak menyadari seni menarik uang tunai ini karana semua angggotanya hanya focus kepercayaannya dalam bentuk alat pembayaran itu. Kaprikornus beliau sanggup mampu uang tanpa resiko dan orang lain mengambil resiko terhadap idenya itu. Dia membuat cash machine dengan cara mudah. Semakin tinggi transaksi semakin tinggi beliau mendapat uang dan semakin besar resiko ditangan orang lain.

Apa yang saya sampaikan ini memang kisah tapi itulah yang terjadi dalam sketsa BITCOIN yang booming dan hasilnya terbukti fraud. Cara yang lebih sederhana sama dengan alat pembayaran coin emas cara membayar memakai system yang katanya syariah. Ujungnya nipu juga. Nasehat babo, ikuti aturan negara dan percayalah kepada Tuhan. Mengapa? Aturan negara yaitu konsesus yang terbuka dan kepada Tuhan kita berserah diri.

***

Total transaksi derivatif global tahun 2013 berdasarkan data dari BIS, berdasarkan nilai kontrak mencapai USD 693 Trilion. Sebagian besar transaksi itu dilakukan secara over-the-counter(OTC). Nilai kontrak itu sama saja dengan 10 kali dari GNP seluruh negara di dunia. Pertanyaannya, bukankah kontrak itu menyebut uang. Uang apa? mengapa lebih besar dari GNP dunia. Saya tidak akan menjelaskan detail secara teknis perihal derivative atau OTC. Saya akan membahas dari segi philosophy uang berdasarkan perspektif saya. Kaprikornus ini tidak ada dasar teori yang saya jadikan pijakan. Ini pendapat bebas saya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidup.

Bagi orang awam yang terbatas wawasan keuangannya, beliau hanya mengenal satu kata money atau uang. Dia sanggup uang dari honor atau keuntungan perjuangan dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan pendapatannya, jika ada lebih beliau tabung. Dalam kasus ini uang dipaham menyerupai pisiknya. Tapi ada juga orang yang menyebut uang itu yaitu arus terus menerus atau Currency. Perhatikan, beliau tidak menyebut uang tapi arus.. ya sama dengan arus listrik. Kalau di analogikan, uang menjadi sumbu negatif dan aktifitas perjuangan yaitu sumbu positip. Karena adanya sumbu positip dan negatif maka terjadilah current atau arus listrik yang sanggup menjadikan energy untuk bergeraknya roda ekonomi kedepan tanpa henti.

Rekening di bank atau perusahaan di sebut rekening arus ( Current account). Bagi mereka uang bukan lagi selembar kertas. Bukan hanya alat transaksi. Bukan. Tapi uang sebagai sarana menghubungkan satu sumber daya dengan sumber daya lain semoga terus terjadi relasi arus yang tiada henti. Contoh bagaimana menghubungkan sumberdaya insan dengan sumber daya material, Sumber daya material dengan sumber daya uang. Sumber daya uang dengan sumber daya pasar, dan lain sebagainya. Selagi relasi antar sumberdaya itu terus terjadi arus maka itulah uang sebenarnya. Itulah uang dalam perngertian kapitalis. Dimana sebetulnya uang itu secara phisik yaitu omong kosong.

Jadi Uang itu hanya sarana pemicu distribusi capital untuk terjadi bermacam-macam aktifitas terbentuknya peradaban. Kaprikornus bukan jumlah berapa banyak uang yang dikumpulkan tapi seberapa banyak aktifitas perjuangan yang sanggup di kembangkan alasannya uang. Untuk menjaga momentum relasi itu , uang tidak harus berupa uang kertas atau emas. Tapi sanggup juga dalam bentuk lembaran obligasi atau Saham, dll ( kini sudah hingga M36). Dari bermacam-macam jenis uang itulah pasar terbentuk. Dari pasar yang diatur secara umum ( CH ) hingga yang diatur secara khusus menyerupai OTC. Jenis penerapannya sanggup jangka pendek atau menengah atau jangka panjang. Penyelesaiannya sanggup melalui opsi beli atau juat, sanggup juga diserahkan nanti atau dibayar kini atau sebaliknya. Bukankah itu semua hutang? Benar. Tapi bukan hutang menyerupai persepsi anda yang hanya tahu uang berupa lembaran kertas atau logam mulia (coin).Bukan. Tapi itulah currency. Selagi arus atau current terus terjadi dengan ditandai aktifitas perjuangan tidak terhenti maka tidak ada hutang yang perlu dikawatirkan. Mengapa ? Karena current mempunya energy yang sanggup dengan otomatis membuat nilai idealisme uang. Itulah miracle of capital. Akan terus begitu.

Jatuhnya Eropa dan AS ,Jepang alasannya Generasi yang kini tertipu dengan uang. Mereka abnormal berinvestasi dengan produk tanpa barang atau tanpa underlying. Mereka membuat money game. Laba tercipta tapi tidak ada pabrik terbangun yang menjadikan imbas berganda terhadap perubahan peradaban. Akhirnya arus atau currency, lambat laun melemah alasannya sektor real sebagai sumbu positip semakin kehilangan daya tarik alasannya pertumbuhannya kalah cepat dengan tumbuhnya uang. Beda dengan China dimana keseimbangan antara sumbu positip dan negatif terus terjaga dengan baik sehingga melahirkan economic in balance. Berapapun hutang, itu bukan masalah. Arus terjadi alasannya barang , jasa dan uang terus membuat energy tiada henti.

Kalau uang di tangan anda tidak hingga terjadi arus berkesimbungan maka anda berperan menjadikan paradox atas tujuan ideal dari sistem uang. Mengapa ? Karena anda akan menjadikan Uang sebagai Tuhan, menyimpan uang takut berbagi. Menyimpan uang takut ambil resiko bisnis. Hanya duduk kasus waktu anda akan jadi orang paling miskin dan bego dunia. Uang itu akan menjauhkan anda dengan lingkungan anda dan pada waktu bersamaan membuat anda rakus berkosumsi lemah produksi, yang justru merusak jiwa dan phisik anda sendiri. Kaprikornus memahami uang secara phisik saja tidak cukup. Apalagi menganggap sistem cara pembayaran dianggap mesin membuat uang baru, yang tak ada kaitannya dengan sektor real. Itu terperinci Samakin ndeso baik secara mental maupun spiritual.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait