Lewat Twitter, Rabu (1/8/2018), awalnya SBY memperlihatkan penjelasan perihal pernyataannya ketika bertemu dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Saat itu, SBY bicara perihal angka kemiskinan yang mencapai 40% atau 100 juta orang. Setelah itu, SBY memaparkan, ketika ia menjabat Presiden RI, angka kemiskinan turun sampai 6%. Capaiannya itu ia raih selama 10 tahun menjabat. Kemudian ia membandingkan dengan pencapaian pemerintah ketika ini. Menurutnya, pemerintahan Jokowi-JK selama 3 tahun hanya bisa menurunkan angka kemiskinan sebesar 1%. "Pemerintah kini dalam waktu 3 tahun berhasil turunkan kemiskinan sebesar 1%. Mudah-mudahan sampai selesai 2019 bisa mencapai 3%," tambahnya.
Saya ingin mengulas secara objectif pernyataan SBY itu. Makanya aku tidak melihat prestasi SBY selama 10 tahun. Saya hanya melihat prestasi SBY dari tahun 2004-2008 atau periode pertama ia berkuasa. Atau sama dengan Jokowi pada satu periode. Benar kemiskinan menurun dari 16,66 % pada tahun 2004 menjadi 15,42% pada tahun 2008. Atau turun sebesar 1,3 %. Jokowi dalam 3 tahun sudah bisa menurunkan 1%. Masih tersisa waktu 2 tahun lagi. Catat itu! Kemudian benarkah itu prestasi hebat SBY ? mari kita liat RPJM dimana janjinya 2005-2009 angka kemiskinan mencapai satu digit atau 8,2%. Makanya ia dengan gampang mengalahkan Megawati. Tetapi faktanya sampai tahun 2008 masih dua digit atau 15,42%. Kini Jokowi bisa tekan menjadi satu digit. Sementara kurun SBY tidak pernah angka kemiskinan turun menjadi satu digit.
Sekarang perhatikan sumber daya yang dikeluarkan SBY untuk mencapai penurunan kemiskian 1,3% itu. Selama kurun waktu periode pertama ia berkuasa, APBN naik 300%. Hasilnya ? angka kemiskinan pada 2004 berjumlah 36.1 juta jiwa hanya turun 35 juta jiwa pada Maret 2008 dan meningkat kembali menjadi 40 juta jiwa pada Desember 2008. Kemana jadinya peningkatan APBN yang 300% itu.? Kemana? jawablah! Meskipun adanya kegiatan andalan menyerupai PNPM atau KUR, yang jumlahnya raksasa tetapi lebih banyak disimpan bank di SBI. Bahkan dana Bantuan Tunai eksklusif lebih banyak dipapakai orang miskin untuk beli rokok.Tidak ada efek eksklusif kepada produksi.
Yang lebih miris selama SBY berkuasa ketimpangan jawa dan luar jawa semakin melebar. Kontribusi PDRB Jawa terhadap GNP setiap tahun meningkat. Sementara Sumetara justru selama periode pertama SBY berkuasa menurun, dari 22,15 % menjadi 21,44%. Artinya selama 5 tahun SBY berkuasa telah memiskinkan orang sumatera. Adilkan ini ? Pendapatan buruh juga menurun drastis. Contoh Pada tahun 1997, UMR rata-rata sekitar Rp 220 000 atau setara dengan 300 kg beras (harga beras Rp 700 per kg). Nah bandingkan diakhir kekuasaan SBY , UMR Rp 800.000 per bulan atau setara dengan Rp 160 kg beras (harga beras Rp 5000 per kg). Artinya apa? Selama periode pertama SBY berkuasa justru memenggal pendapatan buruh. Bandingkan kurun Jokowi UMR ( DKI) Rp.3.355.750, itu setara dengan 335 Kg beras ( harga Rp. 10.000).
Dengan capaian luar biasa Jokowi di periode pertama maka pada periode kedua akan jauh lebih tinggi dari yang dicapai oleh SBY pada periode yang sama. Apalagi efek positip pembangunan infrastruktur terhadap ekonomi akan terasa diperiode tersebut. Berdemokrasi itu harus bijak. Masa kemudian biarlah berlalu. Akui itu kesalahan. Dan berjanji akan di koreksi kalau PS-AHY jadi presiden. Sampaikan apa solusinya secara konkrit! Itu lebih baik daripada mengklarifikasi kesuksesan yang dicapai tetapi salah. Hoax!
Sumber https://culas.blogspot.com/