Partai Hanura membantah ucapan capres Prabowo Subianto soal hanya ada satu profesor fisika di Indonesia. Menurut Hanura, ada banyak profesor fisika di banyak sekali universitas.
"Pernyataan Prabowo ini yakni penistaan dan penghinaan terhadap intelektualitas bangsa Indonesia yang seperti udik dan tidak punya kemampuan untuk mempelajari fisika, padahal Indonesia banyak mempunyai ilmuwan baik yang berkiprah di dalam negeri maupun di luar negeri," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/11/2018).
Menurutnya, pernyataan Prabowo merupakan hoax. Inas kemudian menyebutkan sejumlah nama profesor fisika yang dinilainya sudah dikenal di kalangan para ilmuan Indonesia.
"Prabowo kembali menunjukkan kelasnya, yakni kelas hoax bombastis, alasannya setiap pernyataan-nya layaknya bom di siang bolong tapi ternyata isinya hoax," ujar Inas, yang juga masuk ke dalam bab Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Inilah beberapa orang fisikawan yang populer di kalangan ilmuan Indonesia, Prof Panthur Silaban Ph.D, guru besar fisika teori Institut Teknologi Bandung per Januari 1995 dan dikenal sebagai fisikawan pertama Indonesia (bahkan Asia Tenggara) dalam teori relativitas khususnya Relativitas umum yang tergolong langka di bidangnya. Prof Tjia May On Ph.D, guru besar Fisika Institut Teknologi Bandung, menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik, dan kemudian penelitian polimer, optik nonlinier, superkonduktor," terperinci Inas.
"Prof Freddy Permana Zen, M.Sc, D.Sc, dosen dan peneliti bidang fisika teoretik. Saat ini beliau menjabat sebagai profesor bidang fisika teoretik energi tinggi (theoretical high energy physics) di Institut Teknologi Bandung dan menjadi eksekutif di Indonesia Center for Theoretical and Mathematical Physics, Prof Yohanes Surya Ph.D (lahir di Jakarta, yakni seorang fisikawan Indonesia, juga dikenal sebagai pembimbing TOFI, aktif dalam banyak sekali training Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan). Prof Hendry Izaac Elim, sarjana fisika teori tamatan tahun 1995 di UGM, master fisika teori di ITB dan pada tahun 2005 memperoleh gelar Ph.D dari National University of Singapore (NUS), Professor di Institute of Multidisciplinary Research for Advanced Materials (IMRAM) di Universitas Tohoku, Jepang," sambungnya.
Sebelumnya, Prabowo mengeluhkan kurangnya perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Prabowo memberi contoh, kurang berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia salah satunya yakni kekurangan profesor fisika.
"Kita hanya mempunyai satu profesor fisika, hanya satu, coba bayangkan," ujarnya pada program Indonesia Economic Forum, di Hotel Shangri-La, Rabu (21/11) kemarin.
"Di kurun 21, abadnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu bagaimana kita mau bersaing di bidang ilmu pengetahuan?" sambungnya. [detik.com]