Dari Yusril Sampai Hary Tanoe, Mereka Yang Berseberangan Sekarang Merapat Ke Jokowi...


Dalam politik tak ada yang abadi. Perubahan perilaku dan santunan hal yang biasa yang terjadi.

Ada yang awalnya mendukung, kini menentukan berseberangan. Ada pula yang awalnya berseberangan, kini alhasil merapat dan memperlihatkan dukungan.

Demikian pula pada dinamika yang terjadi jelang Pemilihan Presiden 2019.

Pengacara yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra, misalnya.

Selama ini, ia dikenal vokal dan kerap berseberangan dengan Joko Widodo.

Kini, Yusril mendapatkan usulan menjadi pengacara Jokowi yang kembali maju dalam Pemilihan Presiden 2019 bersama Ma'ruf Amin.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, bergabungnya Yusril di barisan Jokowi-Ma'ruf tidak mengagetkan.

Tak hanya Yusril, hal yang sama juga dilakukan sejumlah nama lain, salah satunya Ketua Umum Perindo, Hary Tanoesoedibjo.

"Ini tidak mengejutkan sama sekali, namanya politisi. Kita kan sudah menyaksikan beberapa drama juga ya. Ada Hary Tanoe yang ke sana, TGB (Tuan Guru Bajang) yang ke sana, jadi kalau lalu Yusril pindah ke sana, enggak mengagetkan sama sekali," ujar Hendri ketika dihubungi, Selasa (6/11/2018).

Berikut ini ialah beberapa nama yang awalnya berseberangan, tetapi kini merapat kepada Jokowi-Ma'ruf:

1. Yusril Ihza Mahendra

Yusril menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf atas ajakan Ketua Umum Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Erick Thohir. Dia mengaku usulan itu sudah tiba semenjak lama.

"Maka saya katakan pada Pak Erick, sehabis cukup usang hal ini didiskusikan dengan saya, alhasil saya tetapkan untuk oke dan menjadi lawyer-nya kedua Beliau itu," tambah Yusril.

Meski bersedia menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf, Yusril menegaskan bahwa ia tidak bergabung dalam tim kampanye nasional.

Sebagai pengacara dari luar tim, Yusril akan membantu jikalau Jokowi-Ma'ruf dan timnya berhadapan dengan proses aturan selama masa Pilpres 2019.

2. Hary Tanoesoedibjo

Selain Yusril, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibyo yang telah menyatakan dukungannya dan Partai Perindo kepada Jokowi.

Hary Tanoe mengatakan, santunan tersebut alasannya Partai Perindo melihat apa yang sudah dilakukan Presiden Jokowi selama di pemerintahan sangat baik.

Perindo juga ingin Jokowi melanjutkan kerjanya pada periode kedua

"Kami ingin meneguhkan kembali Bapak Insinyur Haji Joko Widodo dalam pemilu agar apa yang telah dilakukan oleh beliau, tetap sanggup dilanjutkan, baik sektor ekonomi, sosial, politik, maupun budaya," ujar Hary.

Sebelum menyatakan dukungan, Hary dikenal sebagai oposisi Jokowi. Pada Pilpres 2014, Bos MNC Group ini berada di barisan pendukung Prabowo-Hatta Rajasa.

3. La Nyalla Matalitti

Nama lainnya ialah mantan Ketua PSSI La Nyalla Matalitti yang selama ini jadi pendukung setia Prabowo Subianto.

La Nyalla sudah menjadi pendukung Prabowo semenjak Pilpres 2009 sampai Pilpres 2014.

Namun, Ketua Kamar Dagang Indonesia Jawa Timur itu merasa tidak pernah difasilitasi kepentingan politiknya.

Menurut dia, ketika Pilkada Jatim 2018, Prabowo tidak juga memperlihatkan rekomendasi untuk dirinya sebagai cagub Jawa Timur.

Akhirnya, La Nyalla berbalik arah menjadi pendukung Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019 ini.

"Saya capek jadi oposisi, kini dukung yang pasti-pasti saja, yang programnya sudah konkret dan jelas," ujar dia.

4. Ali Mochtar Ngabalin

Ali Mochtar Ngabalin yang selama ini kerap melontarkan kritik dan berseberangan dengan Jokowi, kini masuk ke dalam bulat Istana Kepresidenan
Ali Mochtar Ngabalin dipercaya menjadi tenaga andal utama Kepala Staf Presiden (KSP).

"Sepanjang untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, Anda harus meredam seluruh kebencian. Itu pikiranku. Karena itu saya mau tiba ke sini (Istana)," kata dia.

5. Tuan Guru Bajang

Nama lainnya, ada mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).

Pernyataan santunan TGB terhadap Jokowi sempat menjadikan keramaian alasannya TGB ialah anggota Partai Demokrat yang merupakan partai pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.

TGB menyatakan siap menghadapi aneka macam risiko atas sikapnya mendukung kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama dua periode.

"Kalau bertentangan dengan partai, saya tetap pada posisi saya, keputusan saya untuk mendukung Bapak Jokowi. Kalau ada risiko atas pilihan itu ya saya akan hadapi," ujar TGB. [kompas.com]

Artikel Terkait