Foto: Okezone |
Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi Razman Nasution menyayangkan banyaknya kritik kepada pemerintah yang tak didasarkan fakta di lapangan. Terutama soal angka kemiskinan yang disebutkan seperti Indonesia tengah berada krisis moneter besar.
Ia memastikan memasuki 4 tahun kepemimpinan Jokowi angka kemiskinan menurun dan hal itu menurut data autentik menyerupai yang dibeberkan BPS.
"Kalau tanggapan saya fakta hari ini, (ekonomi) Indonesia tidak melemah," ucap Razman.
Secara lebih spesifik, Razman menuding cawapres Sandiaga yang ia sebutkan sebagai "kubu sebelah" sudah tidak percaya diri dan kerap melontarkan pernyataan yang menyebabkan kegaduhan.
"Mungkin dalam dugaan saya, Sandiaga sudah mulai frustasi," kata Razman.
Sementara itu, Politikus Partai Perindo Pahala Sianturi menegaskan jikalau ada yang bilang ekonomi Indonesia melemah itu ialah hoaks. Selain itu, Aktivis Perempuan Kawal Nawacita Eva Simanjuntak pun menyayangkan jikalau ada capres/cawapres maupun para pendukungnya menyebut ekonomi di Indonesia lemah.
"Saya tidak merasa ada dampak ekonomi lemah, belanja menyerupai biasanya. Kalau belanjanya ya glamor ya gres ada masalah," tukasnya.
Sementara itu, Ketua Barisan Mahasiswa Nasional, Kristo meminta semua elemen masyarakat khususnya para elite politik supaya tidak gegabah dalam memberikan informasi yang tidak menurut data akurat maupun fakta.
"Khususnya kubu anti-Jokowi supaya memberikan informasi menurut data dan fakta. Jangan bilang tempe setipis atm, ini kan hoaks. Operasi plastik dibilang dikeroyok," ungkap Kristo dalam diskusi publik bertema 'Ekonomi Lemah, Fakta, Data atau Hoaks' di Omah Kopi Cikini Menteng Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2018).
Lebih lanjut, Kristo memastikan pihaknya akan mendukung penuh langkah pemerintah dalam memberantas durjana hoaks yang bertujuan melemahkan jalannya roda Pemerintahan.
"Kami mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan, mari wujudkan Pemilu 2019 yang kondusif tertib, tenang berintegritas tanpa hoaks, politisasi SARA, ujaran kebencian dan kampanye hitam," ucap dia.
Sementara itu, Peneliti Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai kubu Prabowo banyak memakai bahasa hiperbola dan bombastis dalam menyikapi informasi terkini.
"Tidak bicara kualitatif tetapi bahasa hiperbola dan lebay. Kubu Prabowo kurang berhati-hati memakai data," sebutnya.
Kendati demikian, pengamat politik ini mengingatkan jikalau kompetitor Jokowi ini membangun narasi hiperbola justru dapat menjadi boomerang bagi Prabowo Sandi.
"Tidak semua narasi yang dibangun dengan bahasa hiperbola selalu efektif untuk mempengaruhi masyarakat bahkan dapat menjadi boomerang. Karena masyarakat kini sudah lebih cerdas," tambah Karyono.
"Perang agenda boleh, asalkan memakai data tapi harus valid dan dipertanggung jawabkan," pungkas Karyono. [okezone.com]