Foto: merdeka.com |
Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin enggan banyak berkomentar terkait pidato calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, yang menyinggung wajah warga Boyolali. Dia menyerahkan kepada rakyat Indonesia untuk menilai pernyataan Prabowo.
"Masyarakat saja yang menilai," kata Ma'ruf di Rumah Aspirasi Rakyat #01, Jalan Proklamasi 46, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (4/11).
Di kawasan sama, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto menuturkan, agresi demo yang dilakukan warga Boyolali, Jawa Tengah, terperinci menggambarkan keberatan mereka atas pernyataan Prabowo.
"Kita lihat mulut masyarakat Boyolali pun kan menunjukkan keberatan," kata dia.
Hasto menuturkan, seharusnya tokoh partai politik atau calon pemimpin memberikan pernyataan yang bersifat positif di depan rakyat. Bukan justru merendahkan rakyat atau suku tertentu.
"Apapun yang terucap dari seorang pemimpin harus sesuatu yang positif, membangun rasa percaya diri rakyat, menggelorakan pujian kita sebagai warga Indonesia bukan malah merendahkannya," ucap dia.
Pidato Prabowo ketika berkampanye di Boyolali memantik polemik. Waktu itu, Prabowo menyinggung banyaknya masyarakat yang belum sejahtera. Ketua Umum Partai Gerindra itu lantas berkelakar orang Boyolali belum sejahtera sehingga tidak pernah masuk hotel-hotel mahal.
"Saya yakin kalian tidak pernah masuk ke hotel-hotel mewah. Betul? tanya Prabowo.
"Betul," jawab masyarakat Boyolali ketika itu.
"Kalian jika masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian, ya tampang Boyolali ini, betul?" kata Prabowo lagi.
Pernyataan ini memicu agresi warga Boyolali. Warga memprotes keras ucapan Capres nomor urut 02, Prabowo yang viral dengan istilah 'Tampang Boyolali'. Dari segala penjuru, massa kemudian berkumpul di Simpang Patung Kuda, Boyolali.
"Boyolali yang adem ayem, tentram terusik dengan celotehan Prabowo. Jangan sakiti kami, jangan hina dan jangan injak-injak Boyolali. Adili Prabowo. Segera tangkap dan adili Prabowo," teriak Supardi, penerima agresi asal Kecamatan Banyudono.
Peserta agresi lainnya, Martanto, warga Pengging menyampaikan, dirinya sangat tersinggung dengan perkataan Prabowo ketika menemui pendukungnya di Boyolali, beberapa waktu lalu. Sebagai seorang pemimpin dan calon presiden, tak seharusnya Prabowo menghina rakyatnya.
"Kami sakit hati, ini tidak ada kaitannya dengan politik maupun Pilpres. Kami juga minta warga untuk tetap sabar demi keutuhan bangsa dan negara," katanya.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN), Ferry Juliantono meminta para pendukung Prabowo dan masyarakat biar tetap damai dan tidak terpengaruh dengan situasi yang terjadi ketika ini.
"Saya harapkan biar masyarakat tetap berpikir jernih, supaya dilema yang gotong royong terjadi di Boyolali cepat terselesaikan," kata Ferry.
Menurut Ferry, apa yang disampaikan Prabowo perihal kemiskinan dan ketimpangan tersebut merupakan fenomena nasional yang mungkin juga terjadi di Boyolali. Dengan hadirnya Prabowo ke Boyolali, justru merupakan cita-cita dan niat baik untuk bertatap muka dan menyerap aspirasi warga Boyolali.
"Oleh alasannya ialah itu, sekali lagi mengharapkan kepada semua pihak, jangan memakai informasi ini untuk dipelintir seperti kami mendiskreditkan masyarakat Boyolali," pungkas Ferry. [merdeka.com]