Terbaik! Rupiah Menguat Sendirian Di Asia!


Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin kuat. Bahkan dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 14.900.

Pada Selasa (6/11/2018) pukul 08:52 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 14.885. Rupiah menguat 0,6% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Membuka hari, rupiah sudah menguat 0,17% di hadapan greenback. Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah semakin tegas.

Dolar AS memang sedang diliputi ketidakpastian. Investor menentukan wait and see sebelum memutuskan untuk berinvestasi di mata uang ini.

Pada Selasa waktu setempat, AS akan menghadapi pemilihan sela (mid term election). Ada kemungkinan Partai Demokrat akan menguasai Kongres, mengubah peta kekuatan politik AS. Namun Partai Republik akan terus 'mengawal' Presiden Donald Trump dengan kekuatan dominan di Senat.

Goldman Sachs menyebutkan ada dua skenario ekstrem. Pertama ialah Partai Demokrat mengambil alih kekuatan dominan di Kongres dan Senat. Kedua, Partai Republik tetap mempertahankan dominasi di Kongres dan Senat.

Skenario pertama akan berimbas ke ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih lambat, alasannya ialah kebijakan ekspansif dari Presiden Trump akan menerima blokade di parlemen. Imbal hasil (yield) obligasi AS akan turun seiring ekspektasi konsolidasi ekonomi dan pengurangan penerbitan obligasi sehingga dolar AS berpotensi melemah.

Sementara skenario kedua diperkirakan menciptakan ekonomi AS tumbuh semakin kencang alasannya ialah kebijakan Trump akan melenggang mulus tanpa kendala berarti. Yield obligasi AS akan kembali menanjak dan dolar AS bakal terus menguat.

Oleh alasannya ialah itu, investor lebih menentukan tidak mengambil risiko dan menunggu menyerupai apa perpolitikan AS nantinya. Sebab peta politik AS akan mempengaruhi kinerja ekonomi negara tersebut, khususnya nasib greenback.

Dua Faktor Penopang Rupiah


Sentimen lain yang menopang rupiah ialah penurunan harga minyak. Pada pukul 08:45 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,46% dan light sweet terkoreksi 0,32%.

Ternyata kekhawatiran kekurangan pasokan minyak di pasar dunia belum terbukti. Sebab, AS memberi dispensasi kepada delapan negara untuk tetap boleh membeli minyak dari Negeri Persia. Delapan negara tersebut ialah China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Turki, Italia, dan Yunani.

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, menyampaikan bahwa pengecualian itu diberikan alasannya ialah negara-negara tersebut sudah mengurangi impor minyak dari Iran selama 6 bulan terakhir. Selain itu, AS juga tidak mau harga minyak eksklusif naik tidak karuan gara-gara hukuman ini.


"Saya bisa saja memotong pasokan minyak Iran menjadi nol dengan segera. Namun itu akan menjadikan shock di pasar. Saya tidak mau menciptakan harga minyak naik," tegas Pompeo, dikutip dari Reuters.

Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah alasannya ialah penurunan harga minyak akan menurunkan biaya impor migas. Neraca migas yang defisit sangat dalam menjadi penyebab defisit yang terjadi di transaksi berjalan (current account) sehingga pasokan valas menjadi terbatas dan rupiah sulit menguat.

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 juga bisa menjadi penopang penguatan rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2010 tumbuh 5,17%.

Memang melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,14%.

Ada kemungkinan pelaku pasar menunjukkan apresiasi alasannya ialah ekonomi Indonesia bisa tumbuh meski banyak tantangan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%.

Padahal Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga contoh 150 basis poin semenjak Mei. Kenaikan suku bunga contoh menciptakan biaya perluasan meningkat, tetapi nyatanya investasi masih bisa tumbuh.

Setidaknya dua sentimen tersebut, yaitu harga minyak dan pertumbuhan ekonomi, bisa menciptakan rupiah perkasa. Bukan sekedar perkasa, tetapi rupiah menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam di Asia. Bahkan rupiah bisa menguat sendirian, alasannya ialah mata uang lainnya masih terkulai lesu di hadapan greenback. [cnbcindonesia.com]

Artikel Terkait