Foto: merdeka.com |
Advokat kondang sekaligus Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra membenarkan adanya undangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk bergabung dalam tim pemenangan Pilpres 2019. Ajakan itu, kata dia, terjadi sekitar tiga bulan kemudian pribadi dari Sandiaga dan Waketum Partai Gerindra Ferry Juliantono.
"Ya kira-kira sudah tiga bulan yang lalu. Tidak usang pencalonan presiden kan bulan Agustus ya, ya kira-kira di bulan Agustus-September," kata Yusril ketika dihubungi merdeka.com, Selasa (6/11).
Yusril risikonya menolak bergabung dengan Prabowo-Sandi alasannya yakni kecewa. Salah satunya alasannya, ia menilai ada kesan Prabowo-Sandi hanya ingin menguntungkan timnya sendiri, dan bukannya menganut sistem 'take and gift' atau timbal balik dalam koalisi.
Yusril selama ini dikenal akrab dengan kubu Prabowo. Bahkan ia sebagai pengacara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kerap berseberangan dengan pemerintahan Jokowi. Tapi di Pilpres 2019, ia meninggalkan koalisi Prabowo.
"Saya katakan, kami kan PBB dulu sudah pernah bantu Pak Prabowo ya, kita sudah bantu Pak Sandi maju gubernur DKI. Wagub DKI. Kami punya kepentingan juga nih kita berhasil lolos empat persen ke dalam DPR," ungkapnya.
"Jadi jikalau kami membantu Pak Prabowo-Pak Sandi apa yang sebaliknya dapat dibantu oleh Pak Prabowo dan Pak Sandi kepada kami. Tapi tidak ada jawaban," sambungnya.
Selama ini, lanjutnya, tim Prabowo-Sandi tidak pernah merespon keinginanya. Bahkan sesudah adanya draf aliansi yang dikeluarkan ketika petinggi PBB bertemu Habib Rizieq di Arab Saudi.
"Pak Kaban dan Pak Afriyansah Noor untuk bertemu Habib Rizieq ya dan membahas hal yang sama dan sesudah itu mereka menyusun draf aliansi partai-partai dan itu diajukan ke Pak Prabowo, tapi hingga hari ini juga enggak ada respon," ungkapnya.
Menurut Yusril, seharusnya dalam koalisi ada timbal balik yang sesuai. Pasalnya ia akan meluangkan banyak waktu untuk memenangkan Prabowo-Sandi.
"Kalau saya diminta menjadi tim suksesnya Pak Prabowo-Pak Sandi saya kan akan all out kampanye siang malam mengkampanyekan pak Prabowo-Pak Sandi, tapi harus diingat saya juga jadi caleg di Jakut. Kan bakal habis waktu saya untuk kampanye Pak Prabowo-Pak Sandi," ujarnya.
Dia menilai, Prabowo sebagai pimpinan koalisi seharusnya berbicara pada semua partai koalisinya untuk dapat sama-sama memenangkan Pileg dan Pilpres bersamaan. Hal itu, kata dia, gres disebut sebagai timbal balik.
"Tapi apakah partai koalisinya juga ya semuanya dapat masuk ke DPR itu gres namanya kita saling berkerja sama, tapi jikalau cuman kami diminta bantu bapak, bapak enggak mau bantu kami gimana jadinya. Tentu tidak pernah ada tanggapan waktu itu tanggapan Pak Sandi dan Pak Ferry ya nanti kami akan bicarakan sama Pak Prabowo tapi hingga hari ini tidak pernah ada jawaban," ucapnya.
Diketahui, Pengacara kondang Yusril Ihza Mahendra resmi menjadi kuasa aturan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Padahal, Yusril selama ini diketahui kerap berseberangan dengan Jokowi dan lebih akrab dengan oposisi.
Waketum Gerindra, Ferry Juliantono mengungkap, pihaknya sempat mengajak Ketum PBB itu untuk bergabung. Bahkan yang mengajaknya pribadi Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno.
"Saya sendiri bersama Pak Sandiaga Unopernah menemui Pak Yusril dalam rangka mengajak berjuang bersama," kata Ferry ketika dihubungi merdeka.com, Selasa (6/11). [merdeka.com]