Tadi sore amprokan bertemu dengan teman di LIPPO Karawaci Mall. Dia warga Negara Jepang. Dia tiba ke Mall bersama keluarganya dan saya juga bersama keluarga. Mungkin lantaran melihat kami begitu asiknya berbicara , istri saya dan juga istrinya menentukan untuk pergi berbelanja dan membiarkan kami asik berdua. Kami menentukan daerah disalah satu café yang banyak terdapat di mall tersebut. Yang menarik dari pembicaraan ini yaitu ketika ia menyampaikan bahwa keadaan ekonomi dunia tahun 2013 ini tidak akan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Upaya perbaikan ekonomi yang dilakukan oleh AS dan Eropa, jepang telah memakan ongkos triliunan dollar AS semenjak tahun 2008 namun karenanya tidak mengindikasikasi impian yang terang bahkan semakin buruk. Tahun kemudian 15 Bank terkemuka didunia seperti HSBC, UBS, Barclay ,Chase JP Morgan, Citicorp , ratingnya di downgrade oleh forum Rating international- Moodys. Dan ini sebagai bukti bahwa dana triliunan dollar yang dipompa oleh the FED ke dalam system perbankan lewat kegiatan QE tidak berhasil. Sektor riel tetap stuck dan walau hukum pasar uang dibatasi ketat namun selalu ada celah bagi perbankan untuk bermain dipasar spekulasi. Itu sebabnya ada indikasi bahwa the FED akan menghentikan kegiatan QE pada tahun 2013 bulan desember.
Saya tidak mau membahas lebih lanjut perihal keadaan ekonomi AS yang semua tahu sedang menuju lubang yang dalam. Sulit diatasi dengan cepat dan harus memakan korban banyak untuk sanggup berdiri kembali. Yang jadi pertanyaan saya yaitu bagaimana mungkin AS yang dikenal dalam sejarah sebagai bangsa yang palng sukses mengelola pertumbuhan ekonomi, Negara yang mempunya SDA yang lengkap dan banyak, Negara yang paling stabil politiknya dan Negara yang paling tinggi tingkat middle class nya, tapi kenapa begitu praktis terperosok jatuh. Apa yang salah? Teman ini tersenyum. Menurutnya bahwa kejatuhan ekonomi AS bukanlah terjadi begitu saja tapi melalui proses yang panjang setidaknya diawali semenjak masa Ronald Reagan. Saya dan teman ini termasuk usia generasi awal di AS yang membuat ekonomi AS berproses jatuh. Usia sebelum saya yaitu generasi yang membangun fondasi ekonomi AS di masa revolusi mesin uap dan revolusi kereta api serta meluasnya penggunaan listrik dan mesin pembakaran. Tahun 80an mulai muncul revolusi IT dengan munculnya business dot.com dengan menyerap dana berlebih di masa suku bunga tiggi masa Reagan. Saat itulah budaya berhutang semakin meluas dan bermacam-macam modelnya.
Jadi apa penyebab jatuhnya ekonomi AS? tanya saya. Karena saya tahu teman ini periset andal di perusahaan investasi di Hong Kong dan kini ditugaskan di Indonesia, tentu perspektifnya ingin saya ketahui. Menurutnya penyebab jatuhnya ekonomi AS yaitu 1) Perubahan dan demograpis yang tidak menguntungkan (changing and unfavorable demographics).2) Meningkatnya biaya pendidikan dan buruknya kualitas sekolah menengah. (rising education costs and poor secondary school performance,) 3) Pertumbuhan ekonomi yang tidak melahirkan keseimbangan ( growing economic inequality). 4) Meningkatnya persaingan jawaban globalisasi ( increased competition due to globalization) 5) Energi dan biaya lingkungan yang tinggi (energy and environmental costs and challenges,) 6) Tingginya tingkat konsumsi dan hutang pemerintah ( high levels of consumer and government debt.) Keenam penyebab itu bertumpu pada satu hal. Kata teman saya. Saya sempat terkejut. Apa satu hal itu? Budaya ! Jawabnya tegas. Ya merasa paling andal dan ingin gampangan. Akibatnya siapapun merasa berhak bermimpi ibarat apa yang ia mau. Budaya ini menjadi budaya individualis ,pragmatis, culas ,malas dan rakus. TIdak ada lagi budaya generasi pioneer bangsa AS yang menyayangi proses berkembang secara alami lewat kerja keras. Yang ada yaitu generasi cepat saji atau generasi instant .Tentu hasilnya paradox
Bagaimana dengan Indonesia? Menteri keuangan menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi terbesar nomor dua didunia sesudah China. Karena hanya Indonesia dan China yang masih mencatatkan pertumbuhan diatas 6%. Yang jadi problem , menurutnya yaitu indikasi perihal penyebab kejatuhan ekonomi ibarat di AS sudah nampak di Indonesia. Benarkah ? tanya saya? Menurutnya AS ketika tahun 80an memang pertumbuhan ekonomi tinggi namun lebih dipicu oleh factor “permintaan” yang diciptakan pemerintah lewat kebijakan anggaran namun gagal memacu produkltifitas, dan pada waktu bersamaan kebijakan moneter membuat likuiditas banjir dan memacu orang untuk berkosumsi lewat berhutang. Sebagian besar barang konsumsi yaitu import yang menekan neraca pembayaran. Ini yaitu proses yang tanpa disadari membuat siapapun terlena .Yang niscaya proses terjadi menuju kepada kejatuhan sistemik ibarat di AS sekarang. Biasanya diawali krisis financial dan berlanjut menjadi krisis structural dan berujung pada krisis spiral,seperti jepang ketika ini.
Sudah saatnya pemerintah melaksanakan trobosan dengan merestruktur APBN biar semakin besar anggaran dialihkan ekspansi investasi real dibidang infrastuktur ekonomi , ekspansi jalan masuk permodalan bagi dunia perjuangan kecil dan menengah melalui revitalisasi venture capital, revitalisasi Industri hulu dan memperkuat industry hulu didalam negeri biar menjadi trigger menciptakan industry hilir yang efisien. Karena Indonesia punya sumber daya Alam untuk menghasilkan down stream produk bagi kepentingan ekspansi industry dan manufaktur. Dengan tumbuhnya industry down stream akan mendukung lahirnya supply chain yang kokoh untuk menimbulkan indonesia sebagai sentra produksi kelas dunia. Tentu nilai tambah ekonomi nasional akan meningkat dan kesejahteraan akan semakin meluas. Semua itu belum terlambat untuk dimulai dari sekarang. jangan hingga pertumbuhan ekonomi tinggi itu justru membuat kita semakin terlena dan malas untuk berproduksi. Pertumbuhan tinggi tanpa melahirkan produksi real yaitu racun bagi generasi yang akan datang. Generasi kini harus menanamkan budaya kerja keras kepada generasi mendatang dan kiprah negara men design system biar semua orang terpacu untuk berproduksi.
Sumber https://culas.blogspot.com/