Emas?

Sampai dikala ini AS tetap sebagai Negara yang mempunyai cadagang devisa berupa emas terbesar didunia sebanyak  8.133,50 Ton  atau 76,8% porsi devisanya berupa emas. Bandingkan dengan china yang hanya mempunyai 1.054 Ton atau hanya 1,8% dari cadangan devisanya. Apalagi jikalau digabung dengan emas milik jerman sebanyak 3.396 Ton yang kini sebagian besar pisiknya disimpan di Federal Reserved Bank ( bank central AS ). Maka lengkaplah bahwa AS memang perkasa dari segi cadangan mas. Walau keadaan ekonomi AS sedang memburuk namun dollar tetap dijadikan cadangan devisa oleh banyak Negara. Sebetulnya ketika dollar melemah pada waktu bersamaan harga emas akan melambung naik dan ketika itulah value devisa AS berupa emas juga melambung. Ini secara tidak pribadi system kekuatan ekonomi AS yang bertumpu dengan akumulasi harta ( produksi dan emas )  memang ampuh sebagai penyeimbang system mata uang ( fiat standard maupun gold standard ).

Selama 11 tahun belakangan ini memang harga emas terus naik. Apa penyebab naiknya harga emas itu?tanya saya kepada sobat yang juga analis perdagangan emas di Hong Kong. Menurutnya ,bukan alasannya ialah kondisi mata uang fiat melemah atau menguat. Bukan alasannya ialah factor geostrategic. Bukan pula alasannya ialah factor produksi yang melemah atau over capacity. Biang penyebab  naiknya harga emas ialah semakin rendahnya iman public kepada Negara yang memakai mata uang fiat. Apa penyebab rendahnya iman public tersebut ? tanya saya. Menurutnya , semakin tingginya hutang Negara kepada public. Selama 11 tahun belakangan ini, memang hutang Negara terus meroket naik , terutama dilakukan oleh Negara maju. Kenaikan ini tidak terperinci dampaknya bagi terciptanya keseimbangan ekonomi global alasannya ialah lebih banyak dipicu oleh sector moneter.

Berdasarkan studi Stephen Cecchetti dari Bank International For Settlement, peningkatan hutang Negara maju telah mencapai level tertinggi , bahkan sudah diatas rasionalitas. Bayangkan, utang negara-negara kaya telah melonjak drastis dari 165 persen dari PDB pada 30 tahun kemudian menjadi 310 persen kini ini. Jepang menjadi negara yang porsi utangnya terbesar terhadap PDB (456 persen). Perhatikan juga lonjakan hutang Negara kita selama masa kepemimpinan SBY. Sangat fantastic. Lonjakan hutang ini akan terus terakumulasi seiring dengan meningkatnya kebutuhan belanja modal akhir management delusi dari makro ekonomi. Sementara pendapatan pajak akan turun alasannya ialah over capacity dan melemahnya demand market dunia. Hingga tidak ada jalan lain kecuali melaksanakan kebijakan acrobat  yang sebenarnya mencetak uang dalam bentuk  penerbitan surat hutang dan hutang.

Nah, Pertanyaan berikutnya ialah apa yang terjadi jikalau semua orang beralih kepada emas ? apakah suplai  emas mencukupi?. Karena undangan emas kian melonjak. Cina dan India, dua negara yang undangan emasnya kini mencapai 52 persen dari total undangan emas dunia. Di negara-negara barat, kepemilikan emas dalam bentuk reksadana memperketat pasokan emas di pasar. Di Inggris, reksadana SPDR Gold Shares (GLS) kini menyimpan 1.200 ton emas. Semakin banyak pembeli reksadana GLS dan reksadana sejenis Artikel Babo, maka emas pun kian sedikit di pasar.Yang niscaya kini, resource emas semakin sulit ditemukan. Kalaupun ada, ongkos exploitasi dan explorasinya semakin mahal. Dan lagi emas tetaplah komoditi yang dikelola oleh segelintir orang yang sebagian sahamnya sudah listed dibursa dunia, dan di transaksikan dengan mata uang fiat. 

Ini isu terkini dunia yang sedang menggali kuburan sendiri akhir kerakusan yang dirancang untuk memompa pertumbuhan ekonomi diluar kemampuan real yang ada.  Krisis yang kini terjadi tidak bisa diatasi dengan mudah. Instrument kebijakan makro sudah useless. Stabilitas ekonomi hanya mungkin dilaksanakan jikalau ada kebijakan drastic berupa revolusi system, dengan perubahan adat dari rakus menjadi konsep memberi. Bila ini tidak segera dilakukan maka bolak balik system mata uang ( fiat ke gold dan begitu sebaliknya ) tak akan menuntaskan masalah. Bahkan melahirkan paradox. Ya, jikalau kembali ke gold standard, tetap saja yang pertama kali diuntungkan ialah AS dan Negara Barat yang menguasai cadangan emas terbesar didunia dan sebagian besar devisanya berupa emas. Yang paling menyedihkan ialah nasip Indonesia, salah satu Negara yang mempunyai resource emas terbesar didunia ( FREEPORT , NEWMON ) namun cadangan devisa berupa emas hanya 73,1 Ton atau 3,5% dari total cadangan devisa. Karena sisanya diangkut ke AS.  Dan lebih menyedihkan lagi ialah Arab Saudi , kerajaan Islam yang kaya minyak  namun cadangan devisanya berupa emas hanya 3,3% atau 322,9 Ton.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait