Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan. Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.260 per USD.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan, masyarakat tidak perlu kaget terhadap penguatan nilai tukar Rupiah tesebut. Bahkan menurutnya, penguatan Rupiah akan terus menguat di sisa 2018.
"Jangan kaget jikalau nanti dolar turun terus. Enggak tahu berapa (turunnya)," ungkapnya dalam program CEO Networking di Ritz Carlton SCBD, Jakarta, Senin (3/12/2018).
Jokowi menambahkan, penguatan nilai tukar Rupiah tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan juga Bank Indonesia. Dari sisi pemerintah dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan pengetatan transaksi berjalan.
Tujuannya yakni supaya angka impor Indonesia dapat ditekan sehingga Indonesia tidak terlalu banyak mengeluarkan banyak uang dengan satuan dolar AS. Sebab semakin tinggi angka impor maka semakin banyak juga Indonesia membutuhkan dolar AS yang berakibat pada penguatan dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis point (0,25%) menjadi 6%. Dengan kenaikan suku bunga ini, capital inflow (modal asing) yang masuk kembali banyak dan berakibat pada penguatan nilai tukar Rupiah.
"Apa yang ingin kita berdiri ya trust dogma kita berdiri fiskal moneter kita sangat hati-hati. Inflow-nya sudah kembali masuk," jelasnya.
Ke depannya, Mantan Wali Kota Solo itu berharap kepada seluruh Menteri Kabine Kerja untuk gotong royong menjaga nilai tukar Rupiah supaya dapat terus stabil. Di satu sisi dirinya ingi supaya nilai tukar Rupiah tidak melemah, di sisi lain dirinya juga berharap supaya nilai tukar Rupiah tidak terlalu menguat.
"Enggak tahu berapa, tapi kita ingin supaya nilai tukar Dolar juga tidak turun terlalu drastis, alasannya yakni kita masih ingin (menikmati) manfaat dari ekspor," kata Jokowi. [okezone.com]