Geostrategis China?


Dua tahun kemudian aku sempat terkejut ketika teman di Eropa berkata bahwa jalur sutra ke Eropa telah ditembus oleh China dengan usainya proses pengambil alihan Pelabuhan Laut ( Yunani ) Pier Two oleh Cosco ( BUMN china dibidang pelayaran ) dan Jalur kereta Beijing- Polandia yang melintasi iran sudah rampung. Jalur kereta Beijing Turkey sedang dalam proses negosiasi. Tidak ada lagi Idiology. Dunia sekarang bicara soal kepentingan ekonomi. Siapa yang sanggup bantu, maka dialah sahabat. Dunia semakin terbuka dan semakin tergantung satu sama lain. Ditambah lagi, duniapun semakin padat populasinya sementara daya dukung kebutuhan konsumsi semakin terbatas. Maka upaya penguasaan wilayah tidak lagi sepenuhynya bergantung dengan kekuatan militer ibarat tempo dulu tapi beralih kepada geo economy. Yang konsisten melancarkan geoeconomy ini ialah China , AS dan Barat. Ini pertarungan yang tak tahu bagaimana ending nya.

Dalam aneka macam kesempatan bertemu dengan teman di China, hal ini pernah aku sampaikan perihal posisi china dalam konstelasi global. Menurut teman aku bahwa ketika ini di China setiap tahun penduduk bertambah. Industri terus tumbuh. China harus berbuat sesuatu untuk memastikan terjaminnya supply MIGAS dan  pangan.  Saat ini separuh produksi minyak dunia diserap oleh China. Belum lagi soal pangan. Dapat dibayangkan apa karenanya bila China tidak berdaya atas energy dan pangan. Ada lebih 1 milliar penduduk yang dipertaruhkan apabila pemerintah tidak sigap mengantisipasi masa depan. Didunia yang serba kapitalis ketika ini, ialah konyol jika membiarkan pasar bekerja sesukanya hingga membuat rakyat menjadi sapi perahan oleh kepentingan pemodal. Saya tahu yang ditujunya ialah mesin kapitalis dari kalangan TNC dibidang Pangan dan Energy yang umumnya didominasi oleh raksasa dari AS dan Eropa.

Memang cara pendekatan china untuk menguasai tempat tidak sama ibarat AS yang memakai kekuatan forum Multilateral ibarat IMF, World Bank. China, melalui kekuatan BUMN nya dibidang Energy, Kontruksi, Mining, Tekhnology dll, terlibat aktif dalam aktivitas pembangunan diwilayah strategis. Artinya kebijakan  atas dasar business to business ( B2B). Seperti halnya tekad China untuk menguasai jalur sumber Migas diwilayah Laut China selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga ke Teluk Arab.  Ini meliputi  rangkaian wilayah di sepanjang garis lepas pantai dan  pada pelabuhan-pelabuhan strategis yang terletak mulai dari Pakistan , Sri Lanka , Bangladesh Burma, Kamboja  dan Thailand (Kra Istmus). Diwilayah ini kepentingan  china akan keamanan jalur pelabuhan maritim , jalur pipa minyak  dan sumber minyak harus dikelola dengan baik. Makanya dukungan economy dan militer mengalir deras kerezim yang berkuasa. 

Bagaimana dengan Afrika ? tanya saya. Teman aku menegaskan bahwa korelasi China dengan AFrika sudah terjalin usang semenjak tahun 1950. Awalnya lebih kepada pendekatan ideology namun belakangan korelasi lebih kepada kepentignan ekonomi semata. Di Sudan, China mengontrol sebagian besar ladang MIGAS lewat, CNPC (China National Petroleum Corporation). Begitupala di Uganda, Nigeria dll dan setiap tahun korelasi ini terus meningkat. Kemudian korelasi ekonomi ini ditingkatkan secara regional dengan adanya  Strategic Partnership antara China dan Afrika dalam Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC). Tahun ini CHina berkomitmen menawarkan dukungan sebesar USD 20 miliar untuk Afrika selama 5 tahun kedepan. Bagi China , Afrika ialah resource MIGAS yang fital untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Disamping kebutuhan akan bargain position dalam persaingan  international khususnya dengan AS.

Bagaimana dengan Asia Tengah ? tanya saya. Bagi China , tempat Asia Tengah bukan hal yang gres alasannya kedua Negara ini tadinya merupakan jalur Sutra yang merupakan jalur perdagangan penting dunia. Bagi China, Asia Tengah merupakan  connecting door antara Eastern dan Western. Wilayah ini berbatasan eksklusif dengan  China di sebelah barat ( Xinjiang ). Untuk membuat stabilitas diwilayah Xinjiang yang penduduknya secara umum dikuasai islam maka Pemerintah China menetapkan otonomi Khusus bagi provinsi Xinjiang ( SAR – Special Auhtority Region ). Kira kira sama dengan Aceh. Dengan upaya ini ,diplomasi China terhadap Negara Asia Tengah yang merupakan pecahan dari UniSoviet  yang secara umum dikuasai muslim sanggup efektif.   Melalui The Shanghai Five ( China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan ) dibangun  aliansi untuk menyatukan wilayah Asia Tengah dalam satu kuridor loby China. Kemudian ditingkatkan menjadi Shanghai Cooperation Organization (SCO). Harap di catat bahwa Asia Tengah mempunyai SDA dan MIGAS  yang mungkin potensi resource nya lebih besar daripada Timur Tengah. 

Apakah ada ambisi China untuk menjadi pemimpin dunia menggantikan AS? . Tanya saya. Tentu ada, jawab teman saya, tapi untuk mencapai itu sangat jauh? mengapa ? sepanjang perjalanan sejarahnya, China belum pernah menjadi negara adikuasa yang mempengaruhi keseimbangan kekuatan global. Bahkan ketika mengadopsi Komunisme, China terkesan agak aib malu membawa ideologinya itu keluar dari perbatasannya. Kebijakan luar negeri China berpusat pada pembangunan ekonomi domestik semata. Bahkan dalam hal persaingan militer dan persenjataan antara Beijing dengan Washington, pada hakikatnya hanya sebatas perebutan efek ekonomi di  Asia   dan Afrika . 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait