Foto: Kumparan |
Presiden Jokowi memberikan dirinya pernah tinggal di Aceh cukup lama. Bahkan selama ia menjadi presiden, sudah hampir 10 kali mengunjungi Aceh.
Jokowi kemudian menjelaskan dirinya sedikit-sedikit tahu apabila ada orang yang bercakap-cakap di depannya memakai bahasa Aceh. Hal itu disampaikan Jokowi ketika bertemu 105 ulama di Hotel Hermes, Jalan Panglima Nyak Makam, Banda Aceh, Aceh, Jumat (14/12).
"Saya sudah jika ndak keliru sudah 8 atau 9 kali ke Aceh. Kalau enggak keliru, tapi seingat aku jika enggak 8, ya 9 kali ke Aceh. Karena mungkin Bapak juga tahu aku pernah tinggal di sini hampir 2,5 tahun," kata Jokowi.
"Di Lhokseumawe 7 bulan, kemudian Bener Meriah sisanya. Kaprikornus jika bahasa Aceh dikit-dikit ngerti. Kalau ada yang bisik-bisik, oh aku tahu," lanjut ia disambut tawa hadirin.
Dalam sambutannya, Jokowi kemudian menyinggung soal konsep Islam Wasathiyah yang digaungkan Indonesia di lembaga internasional. Saat bertemu ulama-ulama dunia di Istana Bogor beberapa bulan lalu, Jokowi memberikan Indonesia memperlihatkan konsep ini.
"Bahwa yang kami harapkan Indonesia ingin supaya Wasathiyah Islam betul-betul jadi sebuah jalan bagi kita Indonesia dalam rangka memperlihatkan pada negara-negara lain," ucap Jokowi.
Para ulama dunia itu berdasarkan Jokowi banyak yang menyetujui soal konsep tersebut. Sebab, konsep itu jalan terbaik bagi semua negara khususnya Islam.
"Kalau kami lihat, hampir semua negara yang hadir ketika itu mengamini bahwa Islam Wasatiyah ialah sebuah jalan yang baik bagi kita semuanya," tuturnya.
Pada program ini turut hadir Kepala Staf Presiden Moeldoko, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil. Acara kemudian berlangsung secara tertutup.
Islam Wasathiyah ialah Islam yang penuh dengan toleransi, tidak terjebak ekstremitas, mengambil jalan tengah, moderasi, dan cenderung menuntaskan persoalan dengan musyawarah. [kumparannews]