Kemandirian Bangsa..

Dalam suatu perjalanan bisnis ke Kunming ( Yunnan,China ) saya didampingi oleh tiga sobat pengusaha dibidang IT di China. Mereka pengusaha manufacure Cisco product, Cellphone dan peralatan aplikasi GPS. Yang membuat saya kagum yaitu mereka semua masih tergolong  muda. Usia mereka rata rata empat puluh tahun dan umumnya mereka mengawali bisnis dikala tamat universitas. Kini perusahaan mereka sudah mencatat omzet ratusan juta dollar dengan jangkauan pasar keseluruh dunia.  Bagaimana mereka bisa menjadi pengusaha besar berkelas dunia dalam usia muda? Menurut mereka bahwa semua berkat pinjaman pemerintah. Tanpa kebijakan pemerintah, mereka mustahil bisa tumbuh cepat. Bagaimana caranya pemerintah mendukung? Belanja APBN yaitu alat ampuh negara untuk membuat pertumbuhan dan sekaligus pemerataan. Ketika pemerintah butuh alat terkhnologi, katakanlah bidang IT maka pemerintah memperlihatkan kesempatan pengusaha nasional yang bisa menggandeng vendor world class yang mau membuat produk itu di China. Andaikan tidak ada vendor yang bersedia maka Pemerintah  china memperlihatkan kesempatan kepada universitas bersama Pusat riset Nasional untuk membuat produk tersebut. Semakin besar belanja APBN maka semakin besar peluang gres terbuka bagi new commer enterprenuer dari kalangan kampus.Bagaimana dengan modal ? tanya saya .

Modal akan tiba sepanjang pasar terjamin,apalagi sumber dana ventura. Berkat jaminan pasar dari Pemerintah sebagai mean buyer maka hampir sanggup dipastikan semua bank di china bersedia memperlihatkan kredit untuk membangun pabrik.  Begitu sederhananya cara pemerintah china melontarkan orang kedalam medan real world sebagai enterprenuer.  Ya, namun selanjutnya mereka harus berusaha mencari pasar alternative.Kalau tidak mereka tidak bisa tumbuh. Mengapa ? Karena pemerintah tidak akan memperlihatkan order selama lamanya kepada pengusaha itu. Kesempatan akan diberikan kepada pengusaha pemula Artikel Babo. Kaprikornus tugas negara hanya sebagai trigger untuk tampilnya new commer enterprenuer dari kelas terdidik.  Itulah sebabnya sesudah mereka tumbuh walau tidak lagi mendapat akomodasi pasar dari negara namun rasa terimakasihnya sangat besar kepada negara. Caranya berterimakasih yaitu dengan bekerja keras untuk bisa bersaing melewati putaran waktu. Mereka tak ingin peluang yang sudah dalam genggaman hancur dan kesudahannya  tetap mengakibatkan mereka sebagai beban pemerintah lantaran kredit macet atau produk kalah bersaing, sehingga para buruh harus kehilangan pekerjaan. Kaprikornus dikala pemerintah membantu mereka , secara tidak pribadi jiwa mereka sudah terpasung untuk menjaga kehormatan almamaternya, keluarganya dan lingkungannya. Hanya satu cara untuk selamat yaitu kerja keras dan kerja keras. 

Ada kesamaan visi antara Pemerintah dan Pengusaha bahwa kepentingan nasional yaitu segala galanya. Kalaulah keterlibatan absurd tidak bisa dihindarkan lantaran alasan resiko investasi yang besar, lantaran tekhnologi yang ruwet dan belum dikuasai oleh china atau lantaran branded dlll maka pemerintah memperlihatkan konsesi kepada pengusaha nasional sebagai pendamping asing. Tugas pengusaha nasional itu yaitu dalam jangka panjang harus menjadi kawan sejajar dengan absurd dan kesudahannya jikalau bisa menjadi penguasa tunggal . Segala hal yang diharapkan oleh pengusaha nasional maka pemerintah akan selalu siap membantu, menyerupai kisah Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC) yang mengakuisi saham VW di China dan terakhir membeli merk VOLVO. Tentu pada moment dimana pengusaha nasional sudah bisa menguasai tekhnologi dan pasar. Keadaan menyerupai ini tentu dibutuhkan sumber daya  Wiraswasta dari kalangan terdidik. Mereka niscaya bisa jikalau diberi kesempatan. Hampir semua CEO perusahaan high tech di China yaitu alumni China Academic of Science.  Namun bagaimanapun china masih butuh banyak pengusaha dari kalangan terdidik. Upaya propaganda untuk memotivasi kalangan kampus masuk dalam dunia wiraswasta dilakukan secara systematis oleh pemerintah. Berbagai insentif dan motivasi diberikan lewat tutor berjenjang dari para kader partai.

Infrastruktur pendukung lahirnya  new commer enterprenuer ini disiapkan by design.  Venture capital dari kelas teri hingga kelas kakap disediakan. Perbankan yang berbasis kepada bidang investasi ( Bank   Of china ), pertanian ( Agriculture bank of china ), perdagangan dan industry ( industry and commercial  kolam of china ) dll diperkuat dan diperluas jangkauannya.  Berbagai sumber pembiayaan yang gampang diakses disediakan luas oleh pemeritah. Juga banyak sekali forum riset dibidang tekhnologi tersedia secara meluas untuk memperlihatkan solusi dibidang rekaya tekhnologi. BUMN china tampil sebagai penyedia industri hulu yang sarat modal dan tekhnologi untuk memperlihatkan pinjaman supply akan materi baku yang murah dan melimpah. Dukungan insfrastruktur ekonomi yang selalu ditingkatkan membuat kondisi logistic system di China semakin efektif dan efisien.Ini pula yang mempermudah pengusaha china untuk mendapat kesetaraan dengan kawan global.  Artinya keseriusan negara mendesign pembangunan yang berorientasi kepada produksi memang menempatkan pengusaha China punya bargain position yang besar lengan berkuasa dihadapan mitra  asing. Konsistensi pemerintah dalam menerapkan aturan membuat legitamasi kontrak kemtiraan menjadi bernilai.   

Bagaimana dengan Indonesia ? pengadaan ( procurement ) barang di lingkungan pemerintah selalu didominasi dengan rekanan pengusaha yang sudah usang eksis dan erat dengan pejabat. Semua pengadaan barang tekhnologi tidak ada ketentuan yang mengharuskan barang tersebut dibentuk didalam negeri.  Pengusaha boleh impor build up. BUMN yang memegang industri hulu menyerupai IPTN sudah dikerdilkan.  PT Krakatau Steel telah diprivatisasi kepada pihak asing.  Tak ada lagi industri strategis BUMN yang berkibar  benderanya sebagai pendukung supply chain  industri dan manufacure nasional, bahkan BUMN penghasil garam ( paling sederhana teknologinya namun pital kebutuhannya) harus ditutup.  Satu demi satu produk nasional yang unggul dipasar dalam negeri menyerupai Kecap KS, Aqua, Ades, Sampoerna, dll telah diambil alih oleh asing. Semakin banyak sarjana dihasilkan semakin banyak daftar pengangguran terdidik dan hampir tidak ada  upaya sistematis melahirkan new commer enteprenuer dari kalangan kampus. Pusat riset yang beranggaran rendah dengan honor peneliti ala kadarnya merupakan bukti bahwa negara ini tidak dikelola secara modern, apalagi aturan bisa dibeli dan serba tidak pasti.

Ya, sebagai epilog saya akan sadur bagian puisi Taufik ismail “Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat tiba dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, sekarang penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin besar hati lantaran leher kita makin gampang dipatahkannya.” Demikian kesimpulan saya, dan benarlah bahwa selagi kita tidak sanggup berdiri diatas kaki sendiri selama itupula kita tidak bisa mempertahan idiologi kita, agama kita, budaya kita, juga perempuan kita dan anak anak kita.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait