Rupiah Jatuh ...?

Ketika APBN-P disyahkan, ada lebih Rp.300 T dana fiskal yang akan membanjiri likuiditas perbankan. Setelah itu ( 17/2) BI menurunkan tingkat suku bunga teladan 25 basis poin ke level 7,5%. Ya,hukumnya bila bunga rendah, nilai tukar melemah. Karena investor abnormal akan pindahkan portfollionya ketempat yang lebih menguntungkan. Saya menduga ada scenario competitive devaluation yang akan diterapkan pemerintah , menghadapi rencana pengumuman suku bunga the fed pada tanggal 27 jFebruari 2015. Bahwa depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan ditahan oleh Bank Indonesia (BI dan ini sejalan dengan upaya menjaga dan memperbaiki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Benarlah. Akhirnya rupiah tembus Rp.13.000. Yang pada waktu bersama mata uang regional juga mengalami pelemahan terhadap dollar. Keadaan ini tidak akan semakin memperburuk keadaan moneter kita.Karena cadangan devisa aman. Arus modal masih positip. Bahkan selama dua bulan Indonesia mengalami deplasi. Index saham adonan naik. Ruang fiscal besar , bahkan terbesar sepanjang sejarah APBN. Lantas apa tolong-menolong agenda pemerintah membiarkan rupiah melemah? Saat kini ini hampir sebagian besar komoditas andalan seperit CPO, Karet, Coklat, Coal mengalami penurunan harga international dan belanja impor dari tahun ketahun semakin meningkat tak terkendali.Dengan melemahnya rupiah akan mendorong gairah ekspor komoditi dan sekaligus melemahkan dorongan impor.

Ketika Deng mereformasi ekonomi china , beliau hanya berpikir sederhana bagaimana memperlihatkan candu kepada rakyat biar gila berproduksi. Caranya ? menciptakan kebijakan monter yang sehingga mata uang China sangat murah dan pada waktu bersamaan produk import menjadi sangat mahal dan produk eksport menjadi sangat murah. Inilah trigger yang memicu pertumbuhan dua digit selama 20 tahun lebih. Kehebatan China yakni meciptakan kondisi melemahnya RMB. Dengan China belanja baja dipasar dunia dengan rakus untuk proyek jalur kereta ribuan kilometer yakni salah satu cara menguras devisanya biar mata uangnya melemah. Artinya cadangan devisa, neraca perdagangan dan pedoman modal dikelola dengan smart. Kini China menjadi Negara dengan kekuatan ekonomi nomor dua di dunia.Negara yang bisa menciptakan apa saja dengan harga sangat besaing.Waktu olimpic 2008, di Beijing ada slogan yang populer " nothing is impossible ". Teman saya di China bilang bahwa kata kata itu disimpan oleh elite politik China semenjak awal reformasi Deng. Semua elite bilang ke Deng bahwa impossible China bisa berdikari alasannya semua barang modal impor dan devisa mendekati nol. Deng menyampaikan " nothing is impossible" dan Deng benar. Walau China hancur alasannya revolusi kebudayaan tapi china bisa bangun dari reruntuhan masa lalu. Deng menanamkan keyakinan kepada semua rakyat bahwa jikalau kita yakin bisa maka kita akan bisa lakukan. China dibangun dengan kerja keras dan pengorbanan dari semua lapisan masyarakat atas dasar faith.

Sebetulnya apa yang terjadi pada china juga pernah dialami oleh Indonesia ketika mata uang terjun bebas akhir krismon tahun 1998, yang paling dintungkan yakni produksi yang nol import. Mereka yakni para petani dan pengusaha perkebunan dan tambang. Faktanya yang kini masuk dalam top perusahaan di Indonesia yakni perusahaan yang bersandarkan kepada produksi hasil pertanian itu dan tambang. Semakin melemah rupiah, semakin melimpah pendapatan mereka.Inilah candu yang memaksa orang ketagihan untuk ber produksi. Tapi sayangya peluang itu tidak dikelola dengan smart oleh pemerintah sebelumnya. APBN terus meningkat namun habis untuk belanja rutin, bukan untuk peningkatan modal pemerintah.Utang terus ditambah sementara infrastruktur ekonomi tidak dibangun secara meluas. Sejak tahun 2012 indonesia mengalami defisit primer APBN ( dihitung dari pendapatan dikurangi belanja di luar pembayaran bunga utang.) sebesar Rp 45, 5 triliun, menjadi Rp 96 triliun di tahun 2013, dan pada APBN Perubahan 2014 menjadi Rp 111 triliun. Artinya APBN sudah tidak sehat atau sudah tekor. Mengapa ? pemerintah sudah tak bisa membayar cicilan bunga utang dengan pendapatan yang dimiliki, sehingga kesannya gali lubang tutup lubang, dimana untuk membayar cicilan bunga utang pemerintah sepenuhnya harus menarik utang baru. Inilah warisan yang diterima oleh Jokowi dari pemerintah sebelumnya. Warisan negara lemah secara mendasar namun tidak pernah digembar gemborkan ke publik. Dengan perubahan APBN 2015 maka segala kemungkinan terburuk akhir deficit primer sudah diantisipasi dengan kebijakan keras, yang diantaranya yakni competitive devaluation.

Bila rupiah terus melemah terkendali maka dunia internasional akan melaksanakan pembiasaan terhadap Indonesia, khususnya tidak lagi menyebabkan Indonesia sebagai sasaran Eksport tapi sasaran investasi untuk berproduksi ibarat dulu china. Ini aturan ekonomi. Cara ibarat ini akan dikelola oleh pemerintah biar pada kesannya mendorong pertumbuhan produksi dan menciptakan produk Indonesia bisa bersaing dengan produk impor dan mungkin hanya problem waktu bisnis impor sudah tidak lagi feasible. Melemahnya rupiah yakni momentum untuk berproduksi dan menguatnya dollar momentum untuk memasuki pasar amerika yang rakus. Dan kini saatnya ketika china kini sudah menurun ekonomi alasannya mata uangnya semakin menguat, upah buruh sudah mahal (mendekati USD 3 perjam). Perluasan belanja pemerintah berkurang. ini kesempatan terjadinya relokasi industry dari China ke Indonesia. Karena kondisi Indonesia kini sama ibarat ketika china awal melaksanakan reformasi ekonomi tahun 80a.Kalau kita tidak manfaatkan maka hanya problem waktu pengusaha ASEAN dan China akan tiba ke Indonesia untuk berproduksi memanfaatkan kondisi rupiah yang melemah..dan kita kembali hanya jadi jongos dan menonton orang sibuk mendulang keuntungan dan kemakmuran..

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait