Sebuah Revolusi ?


Saya banyak membaca buku wacana Revolusi Kebudayaan China dari banyak sekali perspektif tapi ada satu yang alhasil menciptakan saya tercerahkan mengapa revolusi kebudayaan itu harus ada. Yaitu saat saya berkunjung ke museum rumah rumah peninggalan para bansawan  di China. Di rumah bangsawan  itu ada empat rumah, satu rumah induk, satu rumah untuk mengisap candu, satu rumah untuk para budak, satu lagi rumah untuk para selir. Rumah induk, sangat glamor dan diisi oleh istri syah beserta  anggota keluarga. Berbeda dengan rumah para budak yang dibentuk mirip sangkar sapi ( mirip gudang). Dibelakang rumah para budak itu ada rumah “para selir”. Dibuat agak kebelakang namun bersedekat dengan para budak. Perhatikanlah gaya hidup ningrat itu  ( kelas feodal), memanjakan anggota keluarganya, memanjakan dirinya ( dengan candu), memelihara selir ( merendahkan perempuan ) dan memperbudak manusia.

Mao melihat kemunduran china alasannya yaitu mental kelompok menengah yang juga yaitu kelompok bangsawan. Namun Mao tak pernah punya keberanian bersikap untuk merubah attitude kelompok menengah atas ini alasannya yaitu suka tidak suka mereka juga ikut berjasa menjadikannya penguasa.  Dia punya istri berjulukan Jiang Qing yang kebetulan putri dari seorang perempuan selir dari ningrat di Shantong. Jiang Qing melihat kesaharian bagaimana menderita ibunya diperlakukan tidak terhormat oleh ayahnya sendiri.  Ketika Mao punya harapan wacana lompatan china jauh kedepan, maka Jiang Qing menyampaikan bahwa harapan Mao tidak akan terwujud . Jangankan melompat , melangkahpun akan sulit. Sebabnya alasannya yaitu didalam sepatunya masih ada watu tajam. Mao,  harus mau membuang watu tajam didalam sepatu itu , jikalau ingin leluasa melompat jauh kedepan.  Jiang Qing mengibaratkan para ningrat itu yaitu watu tajam didalam sepatu. Mao menyebut para ningrat itu yaitu kutu didalam selimut.

Revolusi kebudayaan lahir dari aliran sederhana Jiang Qing, seorang ibu, seorang istri , seorang perempuan yang merasa terhina oleh keberadaan kelas.  Mao hanya menonton dan meng aminkan revolusi itu terjadi. Memang revolusi kebudayaan itu menyebabkan 25 juta kelas menengah/atas mati mengenaskan lewat pengadilan rakyat. Para berilmu pintar dan kaum professional yang dianggap melaksanakan pembiaran terhadap kebudayaan feodal harus masuk jadwal brain washing di kamp kerja paksa selama hampir 10 tahun. Bagi Mao, kekacauan selama revolusi kebudayaan tak lebih mirip orang memperabukan jerami ditengah sawah. Abunya akan berkhasiat untuk menyuburkan tanah. China usang harus jadi bubuk untuk lahirnya china baru.  Ketika Mao wafat, Jiang Qing bersama kelompok empatnya ditangkap tanpa diadili. Salah satu penerus Mao yaitu Deng yang juga yaitu korban dari revolusi kebudayaan.

Bagi Deng, tidak ada yang salah dari revolusi kebudayaan, Justru ia berguru banyak dari revolusi kebudayaan bahwa kerakusan manusialah yang menciptakan ketidak adilan terjadi dimana mana. Segelintir orang yang rakus sanggup menyengsarakan orang banyak, apalagi kerakusan itu berasal dari kelompok menengah dan terpelajar maka kerusakan yang ditimbulkan akan berskala massive dan sistematis. Revolusi kebudayaan mengajarkan semoga china kembali kepada moral ,akhlak sebagaimana budaya Tao mengajarkan wacana , keadilan, cinta, kasih sayang, rasa hormat dan rendah hati…Sampai kini, revolusi kebudayaan itu masih di film di TV china dan ditayangkan secara berseri dalam drama yang tak ada habis habis nya. Sekedar mengingatkan rakyat dan para elite wacana masa kemudian yang suram, dan perlu spiritual emotion development dalam membangun peradaban sebagaimana cita cita Mao, lompatan china jauh kedepan…

Ketika Deng memimpin China, Deng memiliki bekal besar untuk mewujudkan harapan Mao,yaitu lahirnya masyarakat gres china dari debu masa lalu.  Revolusi kebudayaan, bukan hanya memotong sejarah perbudakan di china yang telah berlangsung ribuan tahun tapi juga berhasil menjadikan 99% orang china melek baca dan angka. Madam Mao sadar betul , bahwa revolusi kebudayaan tidak akan berhasil bila rakyat tetap bodoh. Maka wajib berguru bagi siapa saja yaitu jadwal ambisius selama revolusi kebudayaan, dan berhasil. Deng mewarisi hampir 1 miliar rakyat yang melek baca dan angka. Bisa dibayangkan? Tentu apapun jadwal pemerintah sanggup didengar, diikuti dengan seksama oleh rakyat. Maka hanya butuh 10 tahun , china sudah keluar dari kubangan kemiksinan. Selanjutnya, china mulai membangun kerangka kokoh untuk sebuah china yang beradab dan bermartabat,sampai kini…

Mungkin soal Ketuhanan bukanlah hal yang gres bagi penduduk Makkah dan tidak begitu dipersoalkan saat Muhammad tiba membawa risalah Islam. Tapi  ketika Rasul bicara wacana kesamaan hak dan pembatalan perbudakan,menjadi lain dan pribadi menerima perlawanan dari orang kafir di Makkah. Mengapa terjadi perlawanan terhadap kolonialisme alasannya yaitu orang tak mau dijadikan budak dan setiap rakyat melihat kemewahan hidup bangsa penjajah. Apa yang dialami oleh Indonesia dari waktu kewaktu yaitu sebuah tontonan bagaimana by design perbudakan itu dikekalkan oleh penguasa dengan kepongahan kehidupan kelompok kaya di daerah glamor bersatpam , dan apartement berjejal dihuni oleh para selir, dan tempat maksiat tersebar untuk memanjaka diri. Ini budaya brengsek. Inilah yang menciptakan pejabat , kelompok menengah dan kaya raya tak lagi memikirkan rakyat yang lemah kecuali bagaimana memanjakan dirinya sendiri dan keluarganya...    

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait