Penurunan Pasar?


Penjualan buku secara online diprakarsai oleh Amazone. Padat tahun 2004 omzet amazone hanya sebesar USD 6,92 miliar. Tahun 2016 meningkat menjadi USD 136 miliar. Artinya dalam 12 tahun terjadi peningkatan sebesar lebih dari 20 kali lipat. Alibaba sebagai perusahaan broker aneka macam komoditi dan ecomerce , dengan layanan online, pada tahun 2010 omzet nya hanya sebesar USD 993 juta dan tahun 2017 ( april ) USD 24 miliar. Dalam 6 tahun meningkat 24 kali. Itu di China. Namun diseluruh dunia transaksi yang memakai platform Alibaba mencapai USD  463 miliar. Itu sama dengan separuh GNP Indonesia atau 4 kali dari APBN kita. Dahsyat!

Dari data tersebut menunjukan bahwa gairah belanja secara online itu peningkatannya luar biasa. Ini benar benar revolusi.  Makanya jangan kaget banyak toko pakaian dan elektronik di aneka macam kota besar didunia kehilangan konsumen. Anda bisa bayangkan saja pangsa pasar tradisional yang berpindah ke alibaba mencapai Rp. 6.019 Triliun. Kaprikornus benar bawah IT itu merupakan revolusi industri ke empat yang merubah tatanan peradaban dengan cepat. Itu gres Alibaba, belum lagi ada jutaan portal bisnis yang memakai bermacam-macam platform tersebar di internet. 

Bagaimana dengan Indonesia.?
Awalnya dikala belum ada internet secepat kini , transaksi melalui internet masih sedikit. Namun terjadi revolusi dikala jaringan internet sanggup diakses melalui gadget. Saat itulah terjadi fenomena belanja di indonesia. Itu cepat sekali terjadi. Bayangkan, di Indonesia kini pelanggan Telkomsel saja mencapai 157 juta. Belum lagi indosat, XL , Indosat, Tri yan bila digabung pelanggannya sebanyak 182 juta. Kaprikornus totalnya mencapai 339 juta. Artinya jumlah pelanggan hp  lebih besar dari jumlah penduduk indonesia. Ini bisa saja terjadi lantaran ada saja orang yang punya HP lebih dari 1.

Dari jumlah pelanggan internet melalui HP itu, merupakan indikasi bahwa pangsa pasar bermacam-macam barang dan jasa melalui platform IT sangat besar peluangnya. Apalagi didukung oleh infrastruktur bisnis yang ahli ibarat Jasa Pengiriman, jasa pembayaran melalui perbankan dengan sistem ATM , Credit card, Virtual account dll. Saat kini ada ribuan trader maupun reseller yang terhubung secara online kepada konsumennya dimana saja berada. Dengan adanya media umum yang mewabah dinegeri ini, semakin luas pemasaran bertransaksi secara online. 
Data dari Kemenkom, tahun 2013 transaksi ecomerce di indonesia mencapai Rp. 130 triliun. Itu transksi termasuk belanja diluar negeri.Tapi tahun 2016 data belanja ke TOKO online tembus Rp. 68 triliun. Artinya ada senilai Rp. 68 triliun yang real pasar tradisional pindah ke sistem online. Gimana engga sepi mall dan pasar di seluruh Indonesia.

Disamping itu, lantaran krisis global terjadi fenomena spending. Kalau tadi orang belanja lantaran lebih banyak faktor harapan dan bahkan belanja di jadikan wisata bagi kaum menengah atas, tapi kini dengan situasi krisis keuangan dunia dimana likuiditas berhutang sudah semakin ketat makanya orang lebih mengutamakan belanja lantaran kebutuhan.  Kalau tadinya setiap kamar ada TV, tapi kini tidak perlu. Kalaupun ada model gres TV muncul di pasar , orang engga mau ganti TV nya. Karena isu dan hiburan sanggup diakses dengan gampang lewat smartphone.

Kesimpulan.
Dengan adanya kemajuan tekhnologi IT dengan kehebatan perangkat lunak yang menunjukkan bermacam-macam aplikasi maka terbentuklah komunitas dunia maya. Komunitas ini bukanlah komunitas yang doyan beramai ramai ibarat agresi 411 kemarin. Tapi komunitas yang dalam dunia konkret hidup dalam kesendirian dan kesunyian.. Kalaupun di mall , waktunya lebih banyak di cafe dan itu bukan untuk berinteraksi dengan orang lain secaca asyik tapi waktunya lebih banyak asyik dengan gadget nya. Di ruang tunggu pesawat, di kantor, ditempat keramaian sekalipun orang tidak bisa jauh dari gadget nya. 

Bertransaksi ke mall atau pasar memang terjadi penurunan dari segi kapasitas. Tapi bukan berarti orang berhenti berkonsumsi. Konsumsi tidak berhenti namun terjadi penyesuasain ekspresi dominan belanja, yang disebabkan oleh faktor tekhnologi dan juga economy adjustment. Anda tidak bisa mengutuk fenomena ini sehingga menyalahkan orang lain atau pemerintah. Lantas bagaimana menyikapi fenomena ini ? Kemampuan penemuan dan kreatifitas menghadapi perubahan zaman. Dan kuncinya anda harus mau berubah. Perubahan yaitu keniscayaan dan satu satunya yang tidak berubah didunia  ini yaitu perubahan itu sendiri.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait