Peradaban Virtual

Awalnya bumi ini tidak diatur lintas negara. Tidak ada yang memiliki. Namun zaman berubah dari masa abad terbentuk komunitas disetiap wilayah. Dari wilayah lahirlah peradaban. Dari peradaban terbentuklah batas wilayah yang dibentengi tembok kokoh bersama lapisan tentara penjaga. Maka kerajaan terbentuk. Bansa dan bendera tercipta. Begitu seterusnya. Populasi terus bertambah dan resource terbatas. Penguasaan wilayah antar bangsa tak sanggup dihindari. Terutama ketika revolusi industri muncul dimana dibutuhkan SDA. Ekspansi meluas atas nama dagang dan kolonialisme. Perang demi perang terus terjadi dalam sejarah. Entah atas nama idiologi atau atas nama syiar agama. Korban berjatuhan tak terbilang. Sampai alhasil insan dipaksa berdamai. Terutama usai perang dunia kedua. Terbentuklah PBB dengan konvensi HAM.

Kado terindah masa 21 ialah lahirnya demokrasi politik sebagai puncak ratifikasi HAM. Demokrasi semakin terbuka luas ketika tekhnologi gosip semakin berkembang. Internet menghubungkan insan lintas negara dan bangsa. Tidak ada lagi yang tidak cepat diketahui dimana saja peristiwa. Pengetahuan tersebar luas lewat jaringan Google dan Artikel Babo. Semangat demokrasi gosip melahirkan semangat membuatkan gosip lewat sosial media, wikipedia. Dari kebebasan gosip yang masuk kedalam gadget disaku anda, setiap ketika gosip mengalir deras dan semakin setiap orang punya jalan masuk berinteraksi lintas SARA. Semua serba terbuka untuk lahirnya peradaban realita dan alhasil hanya problem waktu akan muncul peradaban virtual.

Benarkah peradaban virtual itu terjadi ? sanggup saja. Kini sudah ada tekhnologi Blockchain. Apa itu ? semua orang sudah terhubung dengan jaringan internet dan apa saja data tercatat dalam pusat data di dalam internet. Dari kumpulan dan jaringan data inilah lahirnya tekhnologi Blockchain. Dengan tekhnologi ini maka pusat data tidak lagi di atur oleh forum clearing yang bertugas melaksanakan verifikasi terhadap setiap pertukaran gosip dan transaski tetapi verifikasi oleh mesin blockchain yang memuat data masing masing pihak yang berinteraksi. Dengan tekhnologi ini masing masing terhubung secara tertutup (peer to peer ) tanpa ada pihak lain sanggup yang terlibat. Akurasi dan keamananya sangat tinggi alasannya terlindungi oleh data digital disemua jejak yang ada di internet.

Contoh anda bertukar gosip atau bertransaksi dengan saya maka mesin blockchain anda akan menjelajah kesemua jejak digital data saya yang ada di internet. Sehingga sanggup dipastikan mustahil anda bekerjasama dengan selain saya. Para hacket gigit jari. Termasuk negara atau forum pemerintah tidak sanggup mengontrol data dan jalan masuk anda. Dengan demikian transaksi keuangan sanggup eksklusif ( real time ) settle tanpa harus menunggu confirmasi dari forum clearing. Pertukaran gosip dan validasi dokumen asset pribadi atau perusahaan sanggup terjadi real time tanpa ada pihak yang sanggup menggandakan. Akurasinya terjamin selama lamanya tanpa kawatir akan dibajak orang. Makanya penjualan asset dan pembayaran dengan prosedur blockchain menjadi ranah pribadi dan tertutup namun dilakukan dengan siapa saja, kapan saja.

Nah bayangkan bilan sistem transaksi, perkuran informasi, pertukaran dokumen, terjadi secara blockchain maka masih perlukah negara dan pemerintah sebagai pengatur ? Uang keras tidak diharapkan lagi. Perindahan dana antar individu terjadi secara digital. Transaksi secara vitual. Posisi kekayaan negara tidak sanggup lagi direkayasa politik alasannya ia hanya mencatat rekap data cloud setiap individu tanpa ada jalan masuk melaksanakan intervensi. Perubahan kearah ini sedang terjadi. Terutama di China dan negara maju Artikel Babo sedang melaksanakan pembangunan besar besaran sistem blockchain sebagai koreksi dari e-government yang sentralistik menuju peer to peer.


Hanya problem waktu, perubahan niscaya terjadi dan sistem demokrasi bukan hanya masuk ke ranah politik tetapi telah meluas dalam setiap sendi kehidupan. John Lennon dalam lagu imaging mengingatkan “ Imagine there's no countries. It isn't hard to do….You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one. I hope some day you'll join us. And the world will be as one. Imagine no possessions. I wonder if you can. Kalau ingat ini maka saya lebih melamun akan ungkapan sobat saya di Malaysia “ Dengan jatuhnya Najib maka kekuasan atas nama politik dan agama masuk keranjang sampah. Yang menang ialah kebaikan dan kebenaran yang tak lagi direkayasa, dan itulah berkah jago dari jalan masuk IT rakyat Malaysia, sehingga sanggup menghukum politisi anyir yang mengusung jargon etnis dan agama…

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait