Minggu tanggal 1 oktober , CCTV tivi nasional CHina memutar film perihal China masa lalu. Di film itu di perlihatkan bagaimana China kurun awal membangun ekonomi. Bandara tidak punya alat tunda untuk parkir pesawat. Makara terpaksa memakai buruh untuk mendorong pesawat supaya hingga di landasan pacu. Hujan maupun panas, bahkan trend cuek mereka terus bekerja supaya bandara terus buka. Ada juga bagaimana para buruh tambang minyak menegakan alat bor minyak yang beratnya ratusan ton. Dengan memakai tali secara beramai ramai mereke menghela alat bor itu supaya berdiri di posisinya. Nampak tangan mereka berdarah darah. Ada juga ribuan anak anak-anak bekerja merebus ulat sutra supaya sanggup dihasilkan benang. Tangah mereka melepuh dengan wajah nampak kusam.
Ada juga, puluhan ribu atau bahkan jutaan buruh bekerja siang malam membangun jalur kereta dari barat ke timur , dari selatan ke utara. Sebagian dari para buruh itu juga ialah tentara rakyat yang tergabung dalam pasukan zeni angkata darat. Ada juga, tak terhitung jumlah buruh dan insinyur yang bekerja membangun bendungan terbesar di dunia. Dari proyek jalur kereta dan bendungan itu tidak sedikit rakyat mati alasannya ialah kecelakaan kerja atau terlambatnya logistik konsumsi mengakibatkan mati kelaparan. Bahkan korban mati itu di dibuatkan prasastinya dikala proyek di resmikan. Tahukah anda,? bahwa itu dongeng bukan dikala kurun China di jajah asing, Bukan. Tapi dikala China bertekad membangun negeri. Dan itu 40 tahun lalu.
Tahun 80an dikala awal saya masuk Shanghai, air higienis masih sangat langka. Hanya orang kaya yang bisa mandi 2 kali sehari. Teman saya di Shanghai dikala itu tanpa aib tiba ke hotel saya membawa anak, menantu, dan istrinya untuk numpang mandi di kamar saya. Tapi kini, sebagaimana china dan juga sobat saya, telah berubah menjadi menjadi kekuatan ekonomi. Kalau dulu kereta api jalan bikin kepala pusing alasannya ialah sambungan rel mengakibatkan getaran tapi kini rel kereta china tanpa sambungan alasannya ialah memakai material yang anti memuai. Bandara Beijing ialah bandara terbaik , terbesar dan modern di dunia. Shanghai telah berubah menjadi sebagai kota dunia yang reputasinya diatas Boston di AS. Berkat hidro power terbesar didunia, China bisa menghasikan energy untuk menggerak mesin pabriknya yang berongkos murah.
Kemajuan demi kemajuan yang dicapai china bukanlah tiba begitu saja tapi proses panjang yang menelan korban tak terbilang. Setiap generasi punya kiprah untuk memastikan supaya masa depan lebih baik bagi anak cucunya. Lantas bagaimana design pembangunan peradaban china sehingga mereka bisa terus bergerak kedepan tanpa henti ? Ada tiga tahap proses pembangunan itu.
Tahap pertama , Era Maosedong, ialah political emotion development. Pada tahap ini pembangun politik lebih secara umum dikuasai dengan dokrin politik ala komunis namun landasanya ialah kebudayaan. Makara komunis hanyalah metodologi merubah mental politik yang berakar kepada kaum feodal diubah menjadi kaum pekerja atau rakyat kebanyakan. Penghormatan terhadap simbol negara harus dihayati dengan sungguh. Pada tahap ini, siapapun yang membangkang hukumannya ialah mati. Pembangun ekonomi lebih focus kepada mencerdaskan bangsa dan penyediaan industri dasar. Makanya kurun Mao , wajib sekolah dilakukan secara massive dan memastikan tidak ada yang buta hurup. Industri hulu menyerupai baja, semen , kimia dibangun dari pajak tanah rakyat tanpa hutang luar negeri. Semua hasil produksi dikuasai negara dan rakyat sanggup kupon untuk jatah makan.
Tahap kedua, kurun Dengxioping ialah intelectual emotion development. Pada tahap ini pembangunan politik tidak lagi jadi focus utama. Dianggap rakyat sudah berubah mindset nya bahwa nilai nilai luhur budaya harus di jadikan modal. Dan inilah sesunggunya dasar intelektual china, yaitu kearifan lokal. Pada tahap ini, sistem pendidikan juga dirubah. Tidak ada lagi pemaksaan dan dokrin lewat hapalan tapi menyebarkan kreatifitas dan kebebasan berpikir. Sistem ekonomi tidak lagi dengan sistem top down tapi bottom up. Prinsipnya ialah emansipasi. Rakyat diberi kebebasan berkreatifitas untuk mensejahterakan dirinya dan menikmati akhirnya berupa uang, sementara Negara bertugas sebagai dinamisator, kaltalisator dan regulator. Karenanya ribuan BUMN dibubarkan dan jutaan karyawannya di PHK.
Era Hu Jintau , ialah spiritual emotion development. Itu ditandai dengan tampilnya China dengan percaya diri sebagai penyelenggara Oliampiade di Beining, tangal 8, bulan 8 dan tahun 1998. Jargon yang populer ialah impossible is nothing. Seakan china bicara kepada dunia bahwa Anggapan Asia tidak bisa memimpin kemajuan ekonomi dan peradaban ialah salah. Di kurun Hu juga pemberantasan korupsi menjadi issue utama. Sampai kini sudah 1,5 juta PNS dari tingkat desa hingga pejabat tinggi di aturan mati alasannya ialah korupsi. Di Era Xijinping, kewajiban anak tunggal dihapus. Kewajiban kerja sehabis selesai sekolah atau kuliah di hapus. Digantikan dengan jadwal kompetisi terbuka disemua bidang. Namun Program Jaminan sosial di terapkan secara nasional. Upah buruh dinaikan hingga 5 kali lipat. Negara mulai menawarkan subsidi kepada acara keagamaan. Mata uang mulai dilepas kepasar walau masih terbatas.
Di kurun Xijinping pula kaderisasi partai menurut professionalitas diterapkan. Makara profesi politik sudah sama dengan profesi Artikel Babo yang ukurannya ialah kinerja bukan jargon. Dengan tahap spiritual emotion development ini, jadwal lingkungan hidup menjadi perhatian utama. Waktu ketemu dengan pejabat China, beliau menyampaikan bahwa “ membangun itu harus by design dan tidak ada yang instant apalagi membangun peradaban dengan komunitas raksasa. Tapi yang patut di syukuri rakyat china dari generasi ke negerasi sadar itu dan percaya kepada pemimpinnya. Karenanya by proses kemajuan terjadi bukan alasannya ialah pemimpinnya ahli tapi memang rakyatnya yang hebat…
Indonesia ?
Sebetulnya Indonesia sudah juga melewati phase menyerupai Chna, Era Soekarno kita focus membangn politik supaya kita bisa benar benar merdeka Perbedaan politik dihadapi dengan keras seakan revoluis tiada henti. Di Era Soehato kita mulai masuk intelektual emotion developemnt. Kita fokus membangun ekonomi dan pendidikan, serta kesehatan. Walau semua itu dibangun dengan utang luar negeri. Di kurun Reformasi , kita mulai masuk spiritual emotion developemnt. Dengan adanya amandemen Undang-Undang Dasar 45. yang memungkinkan tidak adalagi kekuasaan yang bisa totaliter. Sistem demokrasi diterapkan dan ekonomi bertumpu kepada kekuatan rakyat lewat sistem pajak. Di kurun Jokowi emotion developent ini samekin mengemuka dengan kampanye revolusi mentalnya dan tertuang pada jadwal nawacita. Tapi entah mengapa undangan revolusi mental untuk sanggup berdiri diatas kaki sendiri sesuai dengan nawacita malah di respon oleh sebagian pihak dengan issue politik masa lalu. Orang lain sudah bergerak ketahap spritual emotion development tapi sebagian kita masih sibuk bicara politik. Makara kapan kerjanya ?
Sumber https://culas.blogspot.com/