Turki Dan China.

Menurut kawan saya di Ankara kini keadaan ekonomi Turkey melesu. Fundamental ekonomi retak. Ini ditandai oleh meningkatnya risiko perbankan, rasio loan to deposit tinggi dan meningkatnya Non performing loan, CAR yang semakin tergerus. Akibatnya banyak Bank di Turki menghentikan perluasan kredit. Dunia perjuangan stuck. Meminta derma kepada Amerika dan Eropa ialah tidak mungkin. Karena kedua Negara ini sedang dilanda krisis financial. Investor absurd private enggan masuk lantaran resiko konplik di Suriah dan irak mengancam territory Turkey. Berkali kali Rudal mengenai wilayah Turkey. Turkey memang menghadapi problem serius.

Agar proses pembangunan bergerak maka Turkey harus menggoda China untuk masuk ke Turkey. Upaya ini sudah di lakukan semenjak beberapa tahun lalu. Namun tidak gampang terutama dengan maraknya demonstrasi anti-Cina di Turki.Di tambah lagi keputusan Ankara untuk membatalkan kesepakatan sistem pertahanan rudal yang awalnya diberikan kepada sebuah perusahaan Cina. Yang di susul keputusan Beijing untuk memperketat persyaratan visa bagi pemegang paspor Turki. Walau begitu China tahun kemudian sempat memperlihatkan pinjaman sebesar Eruo 1,8 miliar atau Rp. 25 triliun dalam bentuk kredit ekspor. Masalah Artikel Babo sebelumnya China tidak begitu nyaman berteman dengan Turkey yang berbeda kebijakan politik international khususnya perilaku Endorgan yang anti China. Itu sebabnya ada 46.756 PMA di Turki yang terdaftar pada tanggal 1 Januari, 2016,  hanya 739 yang dimiliki Cina. Namun kini keadaan berbalik. Turkey harus bisa merebut cinta China.Kedepan PMA China akan mendominasi di Turkey...

Walau sebagian ormas di Turkey menolak kehadiran China namun pemerintah Turkey tidak punya pilihan lain. Ancaman mendasar ekonomi turkey hanya bisa di selesaikan bila pasar uang dan perbankannya sehat. Setidaknya Turkey bisa menggandakan Yunani dan Iran yang bisa recovery berkat dukungan dari China. Itulah sebabnya tahun ini OJK Turkey memperlihatkan izin kepada Bank Of China ( BOC)  untuk membuka cabang di Turkey. Sebelumnya ICBC ( Industrial Commercial Bank  of China ) sudah lebih dulu masuk dengan mengakusisi bank local. Sehingga mudah perbankan raksasa BUMN China  memastikan leading menggerakan dunia perjuangan Turkey. Kedua bank tersebut akan jadi gateway investment ke Turkey. Terbukti kini Bank of China telah menjadi pemberi pinjaman kedua terbesar di Turki, dan ini tentu perkembangan positif, baik dari segi ketersediaan dana untuk sektor swasta Turki maupun untuk kemajuan kerjasama antara Turki dan Cina.

Bagi dunai perjuangan China ialah penting untuk mempunyai pijakan di pasar keuangan Turki, lantaran Turki mempunyai ekonomi terbesar kedelapan belas di dunia dan sektor swasta yang besar lengan berkuasa yang mempunyai kemampuan untuk terus bergerak maju meskipun ketidakstabilan politik dan ekonomi. Selain itu, kemajuan yang diperlukan sebagai inisiatiff "One Belt, On The Road" (Obor) dan lokasi strategis Turki sebagai rute perdagangan yang menghubungkan antara Asia dan Eropa diperkirakan akan membuka prospek bisnis yang menguntungkan bagi China dalam waktu dekat. Bagi Turki, hadirnya BOC dan ICBC yang merupakan bank terbesar di china ialah perilaku realistis ditengah krisis ekonomi lantaran melemahnya dogma investor internasional dan meningkatnya risiko geopolitik. Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek menyampaikan bahwa BOC akan "berkontribusi terhadap upaya untuk menarik investasi China ke Turki dan meningkatkan peluang pembiayaan bagi sektor swasta."

Sebagian elite Turkey menyikapi ini dengan sinis. Mereka tidak begitu yakin bahwa China serius memperlihatkan dukungan pembiayaan dan investasi. Namun keraguan ini di tepis oleh pemerintah China dan Turkey. November tahun kemudian di tanda tangani perjanjian antara Turki dan China untuk membangun jalur kereta dari China ke turkey dan terhubung dengan seluruh Negara di Asia Tengah. Ini tentu melibatkan pendanaan raksasa dan tentu jikalau di realisasikan dunia perjuangan Turkey dan pasar uangnya akan bergairah. Ini samahalnya dengan ambisi China menghubungkan ASEAN dengan China melalui pembangunan jalur kereta dari Nanning ( Guangzie ) ke Singapore melalui Thailand, Malaysia. Lima tahun kemudian saya sempat terkejut dikala sahabat di Eropa berkata bahwa jalur sutra ke Eropa telah ditembus oleh China dengan usainya proses pengambil alihan Pelabuhan Laut ( Yunani ) Pier Two oleh Cosco ( BUMN china dibidang pelayaran ). Kini Turki sudah pula menjadi belahan dari geostrategi China.

Tidak ada lagi Idiology atau agama sebagai pijakan kerjasama. Dunia kini bicara soal kepentingan ekonomi. Siapa yang bisa bantu, maka dialah sahabat. Dunia semakin terbuka dan semakin tergantung satu sama lain. Ditambah lagi, duniapun semakin padat populasinya sementara daya dukung kebutuhan konsumsi semakin terbatas. Maka kerjasama atas kesetaraan tidak bisa di hindari. Mari bijak menyikapi situasi global.


Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait