Utang Untuk Divestasi Fi.



Di Indonesia ada slogan “ menuntaskan persoalan tanpa masalah”. Mau tahu siapa yang buat slogan itu? ya Perum Pegadaian. Memang jikalau anda tiba ke pegadaian, mereka engga tanya untuk apa anda pinjam uang. Mereka hanya taksir nilai jaminan anda. Setelah diputuskan berapa anda bisa pinjam uang dan anda setuju, mereka kasih uang. Selesai. Benar benar engga ada persoalan yang ruwet. Ada jaminan ada uang. Lembaga perbankan baik umum maupun syariah juga punya produk pinjaman semacam itu. Walau istilahnya diganti dengan nama kredit modal kerja atau kredit investasi. Tetap saja anda harus menyerahkan rumah atau pabrik, atau tanah, atau kendaraan atau Artikel Babo sebagai jaminan atau collateral. Nilainya diatas pinjaman yang anda terima. Mengapa ? lantaran bank itu kerja dari uang publik yang ongkosnya juga engga murah dan harus aman.

Nah itu cara konvensional. Tetapi jikalau perjuangan sudah berkembang besar maka collaterak tidak lagi berupa phisik tetapi berupa value. Apa value itu ? Proposal bisnis yang memuat gosip mengenai legalitas, tehnology, market, management. Informasi memuat kemampuan akan modal, produksi dan SDM. Proposal itu tidak dipercaya begitu saja. Tetapi akan dipelajari dan di audit menyeluruh. Di analisa secara konprehensif. Sehingga sanggup disimpulkan tawaran itu layak atau tidak. Kalau layak maka itu tercermin dari arus kas yang anda sampaikan dalam proposal. Kalau arus kas nya manis maka itulah value anda sebagai jaminan untuk dapatkan pinjaman. Tetapi tunggu dulu. Bukan berarti anda bisa pribadi sanggup duit hanya mengandalkan tawaran itu. Lender juga melihat bagaimana bagan utang tersebut. Di sini akan terliat bagaimana anda mengelola resiko atas utang itu. Tentu bagan itu harus precisi terhadap waktu dan uang.

Apakah itu cukup?. Belum. Anda juga perlu ada santunan dari forum penjamin khusus perihal resiko itu. Kalau pinjam ke bank, anda harus punya standby LC yang diatur oleh forum penjaminan. Standby LC ini sebagai jaminan jikalau terjadi default. Kalau pinjam ke pasar uang , anda harus punya underwriter atau forum penjamin atas penerbitan bond. Underwriter ini pihak yang menjamin resiko utang dan bisa juga sekaligus penjamin likuiditas jikalau pasar tidak bisa menyerap. Tentu meyakinkan forum penjamin atau underwriter tidak mudah. Mereka berpengalaman mengambil resiko atas utang. Kalau skill anda hanya omong doang, ya niscaya engga akan dilayani. Kalau modal anda hanya gaya doang ya engga akan bisa.

Apakah itu cukup ? tidak. Sebelum anda terima uang , anda juga harus memenuhi standar kepatuhan yang ditetapkan oleh lender. Contoh jikalau proyek kontruksi maka qualifikasi EPC dan cara pembayaran mereka yang tentukan. Kalau pinjam ke pasar uang maka standar audit dan proses management ditentukan oleh Asset management yang ditunjuk oleh underwriter. Bukan mustahil mereka sendiri sebagai auditor. Dalam perjalanannya mereka akan jadi watchdog yang efektif memaksa anda harus patuh dengan standar yang mereka tetapkan. Contoh Inalum pinjam uang dari pasar uang. Maka Inalum tidak bisa lagi didikte oleh elite politik. Orientasi Inalum benar benar sudah pure bisnis dan profesional. Makanya jangan diharap Freport jadi bancakan elite politik ibarat sebelumnya.

Begitu juga dalam hal penerbitan SBN ( surat berharga negara ) dimana negara harus sanggup santunan dari underwriter dan forum pemeringkat Bond untuk memastikan SBN itu layak dibeli dan kondusif dari default . Tentu hingga ada forum underwriter yang mau terlibat dan hingga ada qualifikasi investment grade dari forum pemeringkat bond, tidaklah mudah. Kalau presiden nya membiarkan KKN, pengelolaan keuangan negara tidak transfaran, APBN tidak kredibel maka engga ada yang mau beli bond. Contoh Venezuela , walau kaya SDA tidak ada yang mau beli bond nya. Akhirnya collapse. Contoh lagi Saudi yang gagal melepas Revenue Bond di bursa London sehabis sebelumnya gagal IPO Saudi Aramco.

***

Sebetulnya kemampuan berutang yaitu sumber daya yang langka dimiliki oleh perusahaan. Sekali perusahaan punya jalan masuk ke dunia keuangan maka anda tidak perlu ragu lagi bagaimana profesionalitas bisnisnya. Apalagi menarik utang dari pasar uang. Kalau pasar lokal saja sudah hebat apalagi mengkases pasar global. Inalum punya sumber daya keuangan yang besar. Terutama semenjak menjadi holding atas  tiga perusahaan tambang. Benarkah ?  Saya tidak punya data keuangan Inalum namun saya membaca laporan dari Fitch yang bertugas melaksanakan rating atas bond yang diterbitkan oleh Inalum. Nah, Mari perhatikan analisa dari  Fitch forum rating international atas performa Inalum. 

Pertama, Inalum yaitu perusahaan negara yang paling likuid. Kedua, bisnis Timah inalum yaitu terbesar kedua di dunia.  Biaya refinery aluminium memdapat pasokan listrik yang murah dari hidro power. Ketiga, operasi batubara merupakan tambang terbuka yang biayanya rendah. Cadangan batubara ( Bukit Asam ) dan nikel (Antam ) masih akan bertahan lebih dari 50 dan 30 tahun. Keempat , biaya pengambil alihan sebesar USD 3,8 miliar hanya 1x dari leverage asset Inalum Holding. Sementara dari hasil pelepasan Bond sebesar USD 3,8 miliar itu bisa menghasilkan leverage 6 x ( enam kali). Artinya dengan menguasai saham 51% itu, inalum bisa leverage sebesar USD 22,8 Miliar atau Rp. 342 Triliun. Dahsyatkan. Fithc memperlihatkan rating BBB-.

Tadinya hampir semua pelaku pasar uang mencurigai kemampuan dari Inalum untuk menerbitkan sekaligus sebesar USD 3,8 miliar. Mengapa ? pertama lantaran pasar uang dunia lagi kering. Kemampuan pasar uang ASIA terbatas untuk menyerap single bond dalam jumlah besar. Apalagi mau keluarkan domestic bond. Jelas engga ada pasarnya. Makanya pelepasan bond tidak menjadi prioritas bagi Inalum. Prioritas nya kepinjaman sindikasi perbankan. Sudah ada perbankan yang memperlihatkan pre-commitment untuk pembiayaan pengambil alihan saham FI itu. Diantara nya adalah Standard Chartered, HSBC, CIMB Niaga, BNI, BRI, dan MUFG. Namun belakangan Menteri Perekonomian melarang menarik dana dari perbankan lokal. Alasannya pemerintah tidak ingin mengganggu neraca pembayaran. Maklum pembayaran memakai US Dollar. Disamping itu jikalau utang ke bank memang pada awalnya bunga bisa lebih murah namun dalam jangka panjang bisa mahal. Pembayaran cicilan harus dilakukan setiap tahun. 

Kemudian opsi kedua ditempuh yaitu melalui penerbitan global bond. Pasar yang dituju yaitu Eropa. Makanya yang diterbitkan yaitu Global Bond. Ini pilihan smart. Mengapa ? Keuntungan dengan menerbitkan global bond yaitu Pertama, pasar nya sophisticated ( 144A / Reg S). Sehingga bisa cepat diserap pasar walaupun jumlahnya besar. Diterbitkan secara berdikari tanpa jaminan pemegang saham ( pemerintah ). Sifatnya off balanc sheet    bagi inalum. Kedua, pembayaran bunga setahun dua kali. Pembayaran utang setiap jatuh tempo dan bisa diperpanjang. Sehingga tidak memberatkan cash flow perusahaan. Benarlah. Penjualan bond success. Oversubscribed !

Masalahnya untuk memenuhi standar compliance penerbitan global bond di London tidak gampang. Apalagi pasar yang dituju yaitu qualified institutions ( QI). Inalum di beri syarat selambat lambatnya kwartal pertama 2019 harus sudah rampung. Penarikan hasil penjualan Global Bond paling lambat simpulan tahun 2018. Kalau hingga kwartal pertama 2019 tidak rampung maka Inalum harus mengembalikan uang itu kepada investor dengan nilai 101%. Plus premium hedge fund yang harus dibayar. Menurut teman saya, Freeport tidak yakin Indonesia akan bisa memenuhi standar kepatuhan Bursa London. Tetapi akhir november,  Jokowi memanggil semua meteri terkait untuk segera menuntaskan semua aspek sebelum simpulan tahun 2018. Well done. 

Negara mana saja pembeli dari Global Bond tersebut ? Untuk bond yang jatuh tempo tahun 2021 yaitu AS dengan komposisi sebesar 57%. Eropa, 22% dan Asia, 21%. Untuk bond yang jatuh tempo tahun 2023 yaitu AS dengan komposisi sebesar  64%. Eropa,  23% dan Asia 13%. Untuk yang jatuh tempo tahun 2028 , AS sebesar 54%, Eropa 25% dan Asia 21%. Yang jatuh tempo tahun 2048 yaitu AS dengan komposisi sebesar 56%. Eropa, 30% da Asia 14%. Siapa saja pembelinya global bond tersebut ? 78% yaitu asset manager yang terhubung dengan 144 A. Sisanya dibeli oleh insitusi yang masuk katagori Qualified Institutions : 15% perusahaan asuransi, Perbankan 4% dan  3 % Wealth fund  dan pension fund. Makara engga benar jikalau yang beli itu yaitu orang China. Apalagi global bond itu melarang warga negara asal penerbitan bond membeli. Makara engga mungkin orang atau perusahaan indonesia yang beli.

Setelah pengambil alihan saham itu terealisasi maka struktur pemegang saham PT. Freeport Indonesia  menjadi sebagai berikut : 25% PT. Indocopper Indonesia dimana 40% sahamnya dikuasai oleh Pemerintah Daerah Papua atau 10% dari total saham yang di Freepor Indonesia dan sisanya 60% oleh Inalum. Tidak mungkin Pemerintah Daerah melepas opsi saham itu kepihak swasta asing. Mengapa ? lantaran pembayaran saham 10% itu ditalangi ( shareloan ) oleh Inalum yang akan dibayar melalui deviden. Sementara Inalum menguasai saham 26,232 %. Makara Freeport McMoran menguasai 48,768 %. 

***
Teman saya Fund Manager menyampaikan bahwa dengan dikuasainya 51% saham Freeport Indonesia maka itu pertanda tekad Jokowi pro rakyat sangat luar biasa. Bukan hanya retorika tetapi di buktikan dengan langkah berani secara politik. Namun ada yang hebatnya. Keberanian itu tidak dilakukan dengan langkah konyol ibarat Venezuela dalam menasionalisasi SDA nya tetapi dengan langkah kreatif dan bermartabat. Jokowi tahu bahwa kekuatan Freeport itu lantaran adanya santunan elite Politik dalam negeri yang begitu besar lengan berkuasa mengakar. Sehingga menghasilkan KK yang sangat besar lengan berkuasa secara hukum.

Semua tahu bahwa Freeport MCMoran punya jalan masuk politik yang sangat besar lengan berkuasa di jantung kekuasaan di AS. Pengalaman mereka dimanapun termasuk di Indonesia sangat andal dalam hal suap kepada elite Politik. Mereka juga terlibat membiayai operasi inteligent AS untuk kepentingan hegemoni AS di wilayah operasi mereka. Contoh, dulu kurun Soeharto , divestasi FI jatuh ketangan Aburizal Bakrie sebesar 9,36 % melalui PT. Indocopper senilai US$213 juta. Namun, Ical hanya membayar US$40 juta. Sisanya sebesar US$ 173 juta share loan dari Freeport. Kemudian Bakrie melepas 51% saham indocopper kepada PT. Nusamba milik keluarga Pak Harto dan Bob Hasan seharga USD 315 juta. Tapi transaksi ini duitnya dari Freeport USD 254 juta, sedangkan Nusamba hanya menyetor US$61 juta. Enak kan. Kemudian sisanya 49% di jual lagi oleh Ical kepada Freeport senilai US$211,9 juta di pasar modal. Dahsyat engga. Itu semua tinggal masalalu. Bahwa negeri ini pernah di bancaki oleh para bedebah.

Nah, atas dasar itu Jokowi tidak menghadapi Freeport secara langsung. Tetapi mendekati Rio Tinto sebagai pemegang Participation Interest. Mengapa ? Begini ceritanya. Tambang Tembaga dan Emas yang ada di Papau ini dikelola dengan sistem Ijon oleh Rio Tinto. Rio Tinto yaitu perusahaan asal inggeris. Perusahaan ini memproduksi watu bara, besi, tembaga, uranium, emas, dan intan. Bukan hanya tambang tetapi terpadu dengan proses pengolahannya. Perusahaan ini mempekerjakan 32.000 pekerja pada tahun 2004. Pada tahun 2014, turnover sales nya mencapai sebesar AS$51,2 miliar dengan profit AS$3,7 miliar. Pada tahun yang sama, majalah Forbers menempatkan Rio Tinto peringkat ke-109 dalam daftar Global 2000, dengan marcap (market value) AS$103,8 miliar dan total aset sebesar AS$111 miliar.

Bagaimana bagan nya ? Rio Tinto mengeluarkan modal investasi kepada Freeport atas dasar Participation Interest. Apa itu participation interest ? Hak atas uang yang dikeluarkan untuk suatu pembiayaan dengan jaminan kontrol secara pribadi terhadap perusahaan. Konpensasinya bukan berupa saham tetapi kapan saja beliau bisa ambil saham jikalau gagal bayar. Dalam bisnis tambang, umumnya pemilik PI mendapat jatah dari produksi tambang tampa harus keluar uang bayar pajak atas konsesi tambang itu. Dalam hal tambang di Papua itu, Rio Tinto mendapat jatah sebesar 40% dari produksi tambang dan 60% nya untuk Freeport. Dari 60% ini Freeport harus keluar uang untuk bagi hasil kepada pemerintah, bayar pajak, bayar uang politik dan lain sebagainya.

Jadi dalam bisnis tambang, memang pemegang saham Freeport hanya mengelola konsesi politik sambil tidur tiduran menikmati hasil tanpa keluar dana dan resiko. Semua resiko investasi dibayar oleh Rio Tinto dan semua jalan masuk tekhnologi dimiliki oleh Rio Tinto. Freeport Mc Moran hanya digunakan nama dan jalan masuk politiknya saja. Makanya perundingan dengan Freeport semenjak tahun 2011 selalu menemui jalan buntu. Mereka gunakan segala macam cara semoga bisa bertahan. .Itu sebabnya Jokowi focus kepada Rio Tinto untuk menguasai saham 51% lewat pembelian Participation Interest (PI). Ya deal dengan bandar lebih baik daripada deal dengan broker. Ternyata ampuh menciptakan Freeport dalam posisi Nato ( No alternatif to objection ). Smart deal. Mengapa? tentu Rio lebih nyaman deal dengan pemilik lahan daripada pemegang lisensi lahan. Business as usual.

Kesimpulan.
Pembiayaan pengambil alihan saham Freeport melalui pembeli Hak PI yang dimiliki oleh Rio Tinto yaitu smart. Ini murni financial engineering di pasar uang yang sophisticated. Yang penting divestasi saham ini tidak dijamin oleh negara dan tidak menggadaikan asset Inalum berserta anak perusahaannya. Pembayaran saham FI melalui right issue sehingga tidak ada capital gain bagi Freeprot McMoran. Semua hasil right issue digunakan untuk meningkatkan modal FI. Meningkatkan kemampuan financial FI untuk Capex dan Opex. Tadinya indonesia besar lantaran penduduk dan alamnya. Tapi sekarang Indonesia besar lantaran dapat dipercaya nya. Bagaimanapun Jokowi provent sebagai pemimpin berkelas dunia dan smart dalam menuntaskan kesalahan masa kemudian dengan cara cara yang bermartabat.

Jadi sukses menarik utang diluar sistem gadai itu hanya bisa dilakukan oleh orang keren. Kalau negara, ya negaranya keren. Kalau perusahaan ya perusahaan itu keren. Uang bukan lagi hambatan untuk berkembang. Tetapi uang ikut kemana langkah di ayun untuk berkembang lantaran waktu. istilah Jokowi, money follow program. Kuncinya yaitu trust. Trust dalam dunia bisnis bekerjasama dengan attitude. Makanya change your attitude then financial resource will follow you. Orang yang menganggap utang itu angker lantaran persepsi mereka ibarat berutang kepegadaian, atau ke bank dengan cara konvensional. Ya mindset conventional, mindset terbelakang, mindset orang kebanyakan, mindset inferior complex. 



Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait