Showing posts sorted by date for query buku-besar-dan-neraca-saldo-perusahaan-manufaktur. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query buku-besar-dan-neraca-saldo-perusahaan-manufaktur. Sort by relevance Show all posts

Kegiatan Perusahaan Manufaktur Dalam Akuntansi

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung spider web log gue :). Slamat datang di spider web log paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin spider web log gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Kegiatan Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo cheque it out !
Idunstri Gula
Dalam dunia usaha ada perusahaan yang menjual barang yang dihasilkan oleh perusahaan lain dan ada yang menjual barang yang dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang membeli barang dan kemudian mengolahnya menjadi barang yang baru kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi

Barang yang dibeli oleh perusahaan manufaktur adalah merupakan bahan baku yang kemudian diolah lebih jauh dengan jalan merubah atau mengkonversikannya menjadi barang baru yang merupaka barang jadi. Dalam proses pengolahan bahan menjadi barang jadi terdapat tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Tambahan biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya produksi tak langsung , dan biaya overhead pabrik.

Perusahaan manufaktur membeli bahan dan melakukan pembayaran atas bahan yang dibeli, kemudian menggunakan bahan dalam proses produksi. Tenaga karyawan digunakan untuk memproses bahan tersebut dengan sistem mesin atau peralatan tertentu. Setelah selesai dikerjakan dan telah merupakan barang jadi, barang yang dihasilkan tersebut dipindahkan ke gudang barang jadi, dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasikan barang tersebut merupakan harga pokok atau harga perolehan dari barang jadi. Barang jadi kemudian dijual dan hasil penjualannya diterima oleh perusahaan.

Karena kegiatan yang berbeda ini, terdapat beberapa perbedaan antara akuntansi untuk perusahaan dagang dengan akuntansi untuk perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan dagang hanya terdapat satu jenis persediaan, sedangkan dalam perusahaan manufaktur terdapat persediaan bahan, persediaan barang dalam penyelesaian, dan persediaan barang jadi. Dalam perusahaan manufaktur terdapat aktiva yang tidak dimiliki oleh perusahaan dagang seperti mesin pabrik, dan peralatan-peralatan lainyya. Dalam perusahaan dagang tidak terdapat biaya manufaktur yang meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 

Oleh sebab itu pengumpulan dan pelaporan information akuntansi perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Kegiatan perusahaan manufaktur yang tidak berbeda dengan perusahaan dagang adalah yang berkaitan dengan penjualan, pemasaran, dan administrasi umum. Seperti halnya dalam perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur juga terdapat biaya penjualan dan biaya adminstrasi umum.

Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabiala ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaiku wr. wb.
Referensi :
  • Siklus akuntansi perusahaan manufaktur (SMK plan keahlian Akuntansi kelas iii smester v dan 6)
Saya sarankan untuk membaca juga :

Elemen Biaya Utama Perusahaan Manufaktur

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung weblog gue :). Slamat datang di weblog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin weblog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Elemen Biaya Utama Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo banking concern gibe it out !
Elemen perusahaan manufaktur
Ada iii elemen biaya utama perusahaan manufaktur :
  1. Biaya Bahan Langsung;
  2. Biaya Tenaga Kerja Langsung;
  3. Biaya Overhead Pabrik.

1. Biaya Bahan Langsung

Bahan langsung merupakan bahan pokok yang digunakan dalam proses produksi dan menjadi bagian utama dari barang jadi yang dihasilkan. Bahan langsung ini dengan mudah dan secara langsung dihubungkan dengan barang jadi yang dihasilkan. Biaya atas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah biaya bahan langsung.

Contoh biaya bahan langsung :

kulit digunakan untuk membuat sepatu. Biaya atas kulit yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu selama satu periode tertentu adalah biaya bahan langsung periode tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Karyawan yang secara langsung ikut mengerjakan bahan baku untuk mengkonversikannya menjadi barang jadi disebut tenaga kerja langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang menangani secara langsung proses produksi adalah biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini secara langsung dapat dihubungkan dengan barang jadi yang dihasikan.

Contoh biaya tenaga kerja langsung :

Upah yang dibayarkan kepada tukang yang mengerjakan pembuatan sepatu di pabrik sepatu. 

3. Biaya Overhead Pabrik

Overhead pabrik ialah biaya-biaya manufaktur selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Overhead meliputi :
  • Bahan tidak langsung;
  • tenaga kerja tidak langsung;
  • dan biaya overhead lainnya. 

Biaya bahan tidak langsung

Bahan tidak langsung dapat berupa bahan yang hanya digunakan sejumlah kecil saja, seperti lem yang digunakan dalam pembuatan sepatu. Bahan tidak langsung dapat juga berupa perlengkapan pabrik yang terdiri dari barang atau bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.

Contoh biaya bahan tidak langsung
Contohnya adalah minyak pelumas yang digunakan untuk mesin-mesin pabrik.

Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah karyawan yang tidak secara langsung mengerjakan proses konversi bahan baku menjadi barang jadi. Biaya yang dikeluarkan untuk karyawan seperti ini adalah biaya tenaga kerja tidak langsung yang merupakan bagian dari overhead pabrik.

Contoh biaya tenaga kerja tidak langsung
Contohnya adalah gaji dan upah yang dibayarkan kepada petugas administrasi gudang bahan, petugas kebersihan pabrik, pengawas pabrik dan lain sebagainya.

Biaya overhead pabrik lainnya

Overhead pabrik lainnya meliputi unsur biaya seperti biaya listrik dan air untuk keperluan pabrik, pemeliharaan bangunan pabrik dan mesin pabrik, penyusutan bangunan dan mesin pabrik dan sebagainya.

Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku Siklus Akuntansi Perusahaan Manufaktur (kelas iii semester five dan 6)
Saya sarankan untuk membaca juga :

Macam-Macam Persediaan Dalam Perusahaan Manufaktur

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung weblog gue :). Slamat datang di weblog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin weblog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Macam-Macam Persediaan Dalam Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo banking enterprise fit it out !

Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha manufaktur mempunyai tiga jenis persediaan yaitu :
  1. Persediaan bahan;
  2. Persediaan barang dalam penyelesaian;
  3. Persediaan barang jadi.

1. Persediaan Bahan

Persediaan bahan baku
Perkiraan persediaan ini, sering disebut sebagai persediaan bahan baku atau persediaan bahan dan perlengkapan, menunjukan harga pokok bahan baku dan perlengkapan pabrik yang akan digunakan dalam proses produksi. Hal ini berarti bahwa perkiraan ini menunjukan nilai persediaan bahan dan perlengkapan pabrik pada suatu saat tertentu.

Terkadang perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk persediaan bahan baku saja. Dalam hal ini perlengkapan pabrik dinyatakan pada perkiraan tersendiri atau digabungkan dengan perlengkapan kantor.

Begitu bahan baku dikeluarkan dari gudang dan digunakan dalam proses produksi, harga pokoknya tidak lagi merupakan bagian dari persediaan tetapi menjadi biaya bahan langsung. Begitu juga dengan pemakaian bahan tidak langsung. Begitu terdapat pemakaian bahan tidak langsung, harga pokoknya tidak lagi merupakan bagian dari persediaan, tetapi menjadi biaya bahan tidak langsung yang merupakan bagian dari overhead pabrik. 

2. Persediaan Barang Dalam Penyelesaian

Barang dalam penyelesaian
Persediaan barang dalam penyelesaian, yang sering juga disebut sebagai persediaan barang dalam proses, menggambarkan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik atas barang sudah mulai dikerjakan tetapi belum selesai sebagai barang jadi pada akhir periode yang bersangkutan atau pada saat tertentu lainnya. Dengan demikian perkiraan ini menggambarkan nilai persediaan dari barang yang masih dalam proses produksi pada saat tertentu.

3. Persediaan Barang Jadi

Persediaan barang jadi
Perkiraan persediaan barang jadi menggambarkan harga pokok barang yang telah selesai dikerjakan dan siap dijual. Perkiraan ini sejalan dengan perkiraan persediaan barang dagangan dalam perusahaan dagang. Barang yang telah dijual selama satu periode tertentu dikeluarkan dari perkiraan ini dan menjadi harga pokok yang dijual.

Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku Siklus Akuntansi Perusahaan Manufaktur (kelas iii untuk semester five dan 6)
Saya sarankan untuk membaca juga :

Arus Biaya Dalam Sistem Perpetual

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung weblog gue :). Slamat datang di weblog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin weblog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Arus Biaya Dalam Sistem Perpetual, Tanpa panjang lebar lagi yo cheque it out !

Arus biaya perusahaan manufaktur yang merupakan sistem perpetual berawal dari:
  1. Pembelian bahan, pemakaian bahan, dan pembebanannya ke dalam produksi;
  2. Terjadinya dan pembayaran biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung;
  3. Pembayaran dan pencatatan terjadinya overhead pabrik, dan pembebanan overhead pabrik ke dalam produksi;
  4. Pencatatan selesainya produksi barang jadi;
  5. Penjualan barang jadi dan pembebanan harga pokoknya.

1. Bahan Langsung

Pada saat dilakukan pembelian bahan, perkiraan persediaan bahan didebet dan perkiraan utang usaha dikredit. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembelian bahan selama bulan januari 1990 sebesar Rp. 10.000.000,00, misalnya dicatat sebagai berikut :

Persediaan Bahan (debet) Rp. 10.000.000,00
    Utang Usaha (kredit) Rp. 10.000.000,00

Pemakaian bahan langsung yang dilakukan untuk keperluan produksi dicatat dengan mendebet persediaan barang dalam penyelesaian dan mengkredit persediaan bahan. Apabila selama bulan januari 1990 terdapat pemakaian bahan langsung sebesar Rp. 9.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :

Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (debet) Rp. 9.000.000,00
    Persediaan Bahan (kredit) Rp. 9.000.000,00

Pembelian dan pemakaian bahan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya bahan langsung

2. Tenaga Kerja 

Timbulnya dan pembayaran biaya tenaga kerja dicatat pada perkiraan persediaan barang dalam penyelesaian untuk biaya tenaga kerja langsung dan pada perkiraan overhead pabrik untuk biaya tenaga kerja tak langsung. Pembayaran upah selama bulan junuari 1990 sebesar Rp. 5.000.000,00 misalnya, yang Rp. 4.000.000,00 diantaranya merupakan biaya tenaga kerja langsung, dicatat dalam bentuk ayat jurnal umum sebagai berikut :

Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (debet) Rp. 4.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 1.000.000,00
    Kas (kredit) Rp. 5.000.000,00

Timbulnya biaya tenaga kerja kadang-kadang dicatat lebih dulu pada perkiraan sementara seperti perkiraan upah dan gaji dan mengkredit perkiraan upah dan gajih terutang. Pembayaran biaya tenaga kerja dicatat dengan mengkredit Upah dan Gajih terutang. Upah dan Gajih kemudian dialokasikan sebagai  Upah Langsung, Upah tidak langsung dan kadang-kadang gajih penjualan serta gajih kantor.

Dalam seperti ini terjadinya biaya tenaga kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya tenaga kerja langsung

3. Overhead Pabrik

Pemakaian bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan overhead pabrik. Perkiraan yang dikredit tergantung pada diaman persediaan bahan tidak langsung dicatat. Apabila persediaan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan persediaan bahan, yang dikredit adalah perkiraan persediaan bahan. Tetapi apabila persediaan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan perlengkapan, yang dikredit adalah perkiraan perlengkapan.

Misalnya bahwa selama bulan januari 1990 terdapat pemakaian bahan tidak langsung sebesar Rp 600.000,00 dan persediaan bahan tidak langsung terdapat pada perkiraan perlengkapan pabrik. Pencatatan pemakaian bahan ini dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 600.000,00
    Perlengkapan Pabrik (kredit) Rp. 600.000,00

Pembayaran overhead pabrik lainnya dicatat dalam buku besar pada perkiraan overhead pabrik. Untuk jenis biaya overhead pabrik secara terinci diselengarakan buku tambahan atau buku pembantuk overhead pabrik. Seandainya selama bulan januari 1990 misalnya telah dilakukan pembayaran biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp. 200.000,00 dan pembayaran overhead rupa-rupa sebesar Rp. 150.000,00, dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan pencatan sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 350.000,00
    Kas (kredit) Rp. 150.000,00

Dalam buku pembantu overhead pabrik dilakukan pencatatn mengenai hal ini pada perkiraan biaya pemeliaharaan mesin dan overhead pabrik rupa-rupa.

Penyusutan mesin dan peralatan pabrik misalnya, dicatat pada perkiraan overhead pabrik dan pada perkiraan biaya penyusutan mesin dan peralatan dalam buku pembantu overhead pabrik, jika jumlah penyusutan yang diperhitungkan untuk bulan januari 1990 berjumlah Rp. 500.000,00, pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 500.000,00
   Akumulasi penyusutan mesin dan peralatan Rp. 500.000,00

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan secara periodik, misalnya setiap bulan, dengan mendebet perkiraan persediaan barang dalam penyelesaian dan mengkredit perkiraan biaya overhead pabrik. Misalnya jumlah overhead pabrik bulan januari 1990 adalah Rp. 2.450.000,00. Jumlah ini dibebankan ke dalam produksi.

Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum mengenai hal ini adalah :

Persediaan barang dalam penyelesaian (debet) Rp. 2.450.000,00
   Overhead Pabrik (kredit) Rp. 2.450.000,00

Terjadinya overhead pabrik dan pembebanannya ke produksi dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya overhead pabrik

4. Selesainya Barang Jadi

Selesainya barang jadi dari proses prouksi yang dilakukan dicatat dengan mendebet perkiraan persediaan barang jadi dan mengkredit persediaan barang dalam penyelesaian. Harga pokok barang yang selesai ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan dari pencatatan dalam buku tambahan dan information produksi yang ada. Dari perhitungan ini dapat diketahui berapa harga pokok dari barang yang telah selesai dipindahkan ke gudang barang jadi dan harga pokok dari barang yang masih dalam proses penyelesaian.

Misalkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan telah ditetapkan harga pokok barang yang telah selesai dalam bulan januari 1990 sebesar Rp. 13.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum mengenai selesainya barang jadi ini adalah :

Persediaan Barang Jadi (debet) Rp. 13.000.000,00
   Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (kredit) Rp. 13.000.000,00

Hal ini dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan selesainya barang jadi

5. Penjualan Barang Jadi

Penjualan barang jadi yang dilakukan dicatat dengan mendebet perkiraan piutang usaha atau kas dan mengkredit perkiraan penjualan. Seandainya dalam bulan januari 1990 terdapat penjelasan barang secara kredit sebesar Rp. 15.000.000,00 dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan pencatatan sebagai berikut :

Piutang Usaha (debet) Rp. 15.000.000,00
   Penjualan (kredit) Rp. 15.000.000,00

Berkurangnya persediaan barang jadi dan timbulnya harga pokok penjualan dicatat dengan mendebet harga pokok penjualan barang yang dijual atau harga pokok penjualan dan mengkreditkan persediaan barang jadi. Apabila dianggap bahwa harga pokok barang jadi yang dijual selama bulan januari 1990 adalah Rp. 11.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan (debet) Rp. 11.000.0000,00
    Persediaan Barang Jadi (kredit) Rp. 11.000.000,00

Penjualan barang jadi dengan demikian dapat digambarkan sebagai berikut :
arus pencatatan penjualan barang jadi
Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku Siklus Akuntansi Prusahaan Manufaktur (kelas three semester v dan 6)
Saya sarankan untuk membaca juga :

Jurnal Pada Perusahaan Manufaktur

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung weblog gue :). Slamat datang di weblog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin weblog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Jurnal Pada Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo banking concern fit it out !

Sebelum saya menjelaskan jurnal-jurnal pada perusahaan manufaktur, simak dulu proses akuntansi di bawah ini :

Proses Akuntansi

Proses akuntansi pada perusahaan manufaktur yang menerapkan sistem perpetual pada prinsipnya tidak berbeda dengan proses akuntansi pada umumnya. Dalam suatu diagram proses akuntansi ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Proses akuntansi

Macam-Macam Jurnal Yang Digunakan Perusahaan Manufaktut

Jurnal yang digunakan, seperti lazimnya, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing perusahaan, baik mengenai jenis maupun bentuknya. Pada perusahaan manufaktur yang menerapkan sistem perpetual sering digunakan jurnal antara lain sebagai berikut :
  1. Jurnal Penjualan, digunankan untuk mencatat penjualan secara kredit dan harga pokok penjualannya;
  2. Jurnal Penerimaan Kas, digunakan untuk mencatat semua penerimaan kas;
  3. Jurnal Pembelian, untuk mencatat semua pembelian secara kredit;
  4. Jurnal Pengeluaran Kas, untuk mencatat semua pembayaran yang dilakukan;
  5. Jurnal Voucher, digunakan sebagai pengganti jurnal pembelian dan jurnal pengeluaran kas dalam sistem voucher;
  6. Register Cek, juga digunakan dalam sistem voucher untuk mencatat cek-cek yang dikeluarkan;
  7. Jurnal Pemakaian Bahan, diguanakan untuk mencatat pemakaian bahan dalam proses produksi;
  8. Jurnal Pengembalian Bahan, untuk mencatat bahan yang dikembalikan ke gudang dari pabrik;
  9. Jurnal Upah dan Gajih Pabrik, untuk mencatat upah dan gajih pegawai pabrik yang berfungsi disamping sebagai daftar gaji, juga sebagai jurnal;
  10. Jurnal Pembebanan Overhead Pabrik, digunakan untuk mencatat overhead yang dibebankan kedalam produksi;
  11. Jurnal Pesanan Selesai, digunakan dalam kalkulasi biaya produksi pesanan, untuk mencatat pesanan-pesanan yang telah selesai dikerjakan;
  12. Jurnal Umum, Untuk mencatat transaksi lainnya yang tidak dapat dicatat dalam jurnal lainnya.

Pencatatan Transaksi Dalam Jurnal

Untuk memberikan gambaran mengenai pencatatan dalam jurnal pada perusahaan yang mengguanakan sistem perpetual, berikut ini akan kami berikan ilustrasi mengenai PT Muhamad Pajar Sidik seperti yang digunakan dalam penjelasan mengenai sistem periodikal, dengan penyesuaian seperlunya.

PT Muhamad Pajar Sidik merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan mie kriting yang berlokasi di Djakarta Pusat. Meskipun sifat produksinya sederhana dan skala usahanya masih kecil, perusahaan memilih untuk menggunakan sistem perpetual dalam pengakumulasian dan perhitungan biaya produksinya. Tahun buku perusahaan berlangsung dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Setiap akhir bulan disusun Neraca Saldo.

Berikut ini saldo buku buku besar PT Muhamad Pajar Sidik per thirty Nov 1988 :

Transaksi Desember 1988

Des. 2
Dijual mi kepada Toko Dinnia secara kredit seharga Rp. 640.000,00 (Faktur No. 121). Harga Pokoknya adalah Rp. 440.000,00
Des . 3
Dikeluarkan dari gudang tepung terigu, telur dan bahan lainnya untuk keperluan produksi seharga Rp. 860.000,00 (Bon No. 234)
Des. 4
Dibeli tepung terigu dari PT Segi Biru secara kredit seharga Rp. 1.520.000,00
Des. 5
Dibeli secara kredit dari PT Arjuna alat tulis kantor seharga Rp. 140.000,00
Des. 5
Diterima pembayaran piutang dari CV Mi Bharat sebesar Rp. 760.000,00
Des. 7
Dibayar upah mingguan sebesar Rp. 800.000,00 dari jumlah tersebut, Rp. 600.000,00 untuk tenaga langsung, dan sisanya untuk tenaga tidak langsung.
Des. seven
Penjualan tunai mi selama satu minggu berjumlah Rp. 1.350.000,00 Harga pokoknya adalah Rp. 850.000,00
Des. 8
Dikeluarkan dari gudang tepung terigu, telur dan bahan lainnya untuk keperluan produksi seharga Rp. 950.000,00 (Bon. No. 235)
Des. 9
Dibeli secara kredit dari PT Sakura perlengkapan pabrik seharga Rp. 190.000,00
Des. 10
Dibeli tepung terigu, telur, dan bahan baku lainnya dari CV Influenza A virus subtype H5N1 seng  secara kredit seharga Rp. 990.000,00
Des. 12
Dikeluarkan dari gudang berbagai perlengkapan pabrik untuk keperluan produksi seharga Rp. 160.000,00 (Bon No. 236)
Des. 12
Dibayar utang kepada Fa. Babah Gemuk sebesar Rp. 1.450.000,00
Des. 14
Dijual seacara kredit kepada toko kartika mi seharga Rp. 925.000,00 (Faktur No. 122). Harga pokoknya adalah Rp. 650.000,00
Des. 15
Dibayar upah mingguan sebesar Rp. 910.000,00 dari jumlah tersebut Rp. 690.000,00 untuk tenaga langsung, dan sisanya untuk tenaga tidak langsung.
Des. 15
Penjualan tunai mi selama satu minggu berjumlah Rp. 2.130.000,00 harga pokoknya adalah Rp. 1.500.000,00
Des. 16
Dikeluarkan dari gudang tepung terigu, telur dan bahan lainnya untuk keperluan produksi seharga Rp. 1.020.000,00 (Bon No. 237)
Des. 17
Dibeli tepung terigu, telur, dan bahan baku lainnya dari PT segi biru secara kredit seharga Rp. 780.000,00
Des. 17
DIbayar utang kepada PT Segi Biru sebesar Rp. 850.000,00
Des. 19
Dijual secara kredit kepada toko kartika barang jadi seharga Rp. 920.000,00 (Faktur No. 123). Harga pokoknya adalah Rp. 660.000,00
Des. 20
Diterima pembayaran piutang dari toko dannia sebesar Rp. 850.000,00
Des. 21
Dikeluarkan dari gudang tepung terigu, telur dan bahan lainnya untuk keperluan produksi seharga Rp. 990.000,00 (Bon No 238)
Des. 22
Dibayar upah mingguan sebesar Rp. 790.000,00 dari jumlah tersebut, Rp. 680.000,00 untuk tenaga langsung, dan sisanya untuk tenaga tidak langsung
Des. 22
Penjualan tunai mi selama satu minggu berjumlah Rp. 2.090.000,00 Harga pokoknya adalah Rp. 1.340.000,00
Des. 23
Dibeli tepung terigu, telur, dan bahan baku lainnya dari CV Influenza A virus subtype H5N1 seng secara kredit seharga Rp. 600.000,00
Des. 23
Dikeluarkan dari gudang berbagai perlengkapan pabrik untuk keperluan produksi seharga Rp. 180.000,00 (Bon No 239)
Des. 24
Dibayar overhead rupa-rupa sebesar Rp. 245.000,00
Des. 24
Dibayar biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp. 385.000,00
Des. 26
Dibayar rupa-rupa beban penjualan sebesar Rp. 270.000,00 dan rupa-rupa beban umum sebesar Rp. 320.000,00
Des. 27
Diterima pembayaran piutang dari Toko Kartika sebesar Rp. 940.000,00
Des. 28
Dibayar kepada CV Influenza A virus subtype H5N1 seng utang sebesar Rp. 1.100.000,00
Des. 29
Dibayar upah mingguan sebesar Rp. 810.000,00 dari jumlah tersebut Rp. 630.000,00 untuk tenaga langsung, dan sisanya untuk tenaga tidak langsung



Transaksi bulan desember 1988 diatas dicatat dalam jurnal masing-masing sesuai dengan transaksi yang terjadi, diantaranya adalah :

Jurnal Penjualan :

Jurnal Penerimaan Kas :



Jurnal Pembelian :

Jurnal Pengeluaran Kas :



Jurnal Pemakaian Bahan Baku :

Jurnal Umum :
Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku Siklus Akuntansi Perusahaan Manufaktur (untuk kelas three smester v dan 6)
Saya sarankan untuk membaca juga :

Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung weblog gue :). Slamat datang di weblog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin weblog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo cheque it out !

Laporan keuangan perusahaan manufaktur, seperti juga perusahaan-perusahaan lainnya, paling tidak juga harus berupa neraca dan laporan laba rugi. Karena sifat kegiatan dan akuntansinya berbeda, isi laporan keuangan perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang.

Neraca

Neraca perusahaan manufaktur, seperti neraca pada umumnya, meliputi :
  • Aktiva Lancar; 
  • Aktiva Tetap; 
  • Aktiva Lain-lian;
  • Pasiva Lancar;
  • Kewajiban Jangka Panjang;
  • Modal
Pebedaan dengan neraca perusahaan dagang terdapat pada Aktiva Lancar dalam penyajian persediaan. Dalam neraca perusahaan dagang hanya terdapat satu persediaan saja, yaitu Persediaan Barang Dagang, sedangkan dalam neraca perusahaan manufaktur terdapat tiga unsur persediaan, yaitu Persediaan bahan, Persediaan Barang Dalam Penyelesaian,  dan Persediaan Barang Jadi.

Perbedaan lainnya terdapat pada Aktiva Tetap. Dalam neraca perusahaan manufaktur terdapat aktiva tetap yang tidak dimiliki perusahaan dagang, seperti :
  • Bangunan Pabrik dan Akumulasi Penyusutan Bangunan Pabrik;
  • Mesin dan Akumulasi Penyusutan Mesin;
  • Peralatan Pabrik dan Akumulasi Penyusutan Peralatan Pabrik.

Di luar yang dikemukakan di atas, tidak terdapat perbedaan antara neraca perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur.

Contoh :
Dalam buku besar PT Muhamad Pajar Sidik, sebuah pabrik sepatu di Djakarta Selatan, terdapat antara lain perkiraan-perkiraan buku besar berikut dengan saldonya per 31 Desember 1989.

Kas
Rp.
2.000.000,-
Piutang Usaha

9.000.000,-
Taksiran Piutang Tak tertagih

1.000.000,-
Persediaan Bahan

7.000.000,-
Persediaan Barang Dalam Penyelesaian

4.000.000,-
Persediaan Barang Jadi

6.000.000,-
Perlengkapan Kantor

200.000,-
Sewa Dibayar Dimuka

1.000.000,-
Bangunan Pabrik

30.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Bangunan Pabrik

6.000.000,-
Mesin dan Peralatan Pabrik

20.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Meisn dan Peralatan Pabrik

5.000.000,-
Peralatan Kantor

6.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor

2.000.000,-
Utang Usaha

8.000.000,-
Pinjaman Bank Jangka Pendek

20.000.000,-
Beban Yang Akan Dibayar

300.000,-
Modal Saham

30.000.000,-
Laba Ditahan

22.900.000,-

Berdasarkan information di atas dapat disusun neraca PT Muhamad Pajar Sidik pada tanggal 31 Desember 1989 seperti di bawah ini :

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur pada dasarnya sejalan dengan laporan laba rugi perusahaan dagang. Di dalamnya terdapat pendapatan dan biaya selama periode tertentu yang meliputi :
  • Penjualan;
  • Harga Pokok Barang Yang Dijual;
  • Laba Kotor Penjualan;
  • Beban Operasi;
  • Laba Bersih Operasi;
  • Pendapatan dan Beban Lain-lain;
  • Laba Bersih Sebelum Pajak;
  • Laba Bersih Setelah Pajak.
Perbedaan pokok terdapat dalam perhitungan harga pokok barang yang dijual.

Harga Pokok Barang Yang Dijual

Pada perusahaan manufaktur, persediaan awal barang jadi ditambahkan dengan Harga Pokok Barang Yang Dihasilkan, bukan dengan pembelian seperti pada perusahaan dagang. Dengan demikian perhitungan harga pokok barang yang dijual untuk perusahaan manufaktur dapat dilakukan sebagai berikut :

Persediaan awal barang jadi
Rp. xxxx

Harga pokok barang yang dihasilkan
Rp. xxxx
(+)
Barang jadi yang tersedia untuk dijual
Rp. xxxx

Persediaan Akhir barang jadi
Rp. xxxx
(-)
Harga Pokok barang yang dijual
Rp. xxxx


Harga Pokok Barang Yang Dihasilkan

Hal berikut yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai perhitungan harga pokok barang yang dihasilakan. Tentu saja perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan tidak sesederhana perhitungan harga pokok pembelian.

Harga pokok barang yang dihasilkan adalah biaya produksi yang diperhitungkan kepada barang jadi yang dihasilkan selama satu periode tertentu. Didalamnya terdapat unsur biaya bahan langsung, tenaga langsung, dan overhead pabrik. Juga perlu diperhatikan adanya adanya barang dalam penyelesaian pada awal dan akhir periode tersebut. Perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dapat dilakukan sebagai berikut :

Pemakaian Bahan Langsung

Rp. xxxx

Tenaga Langsung

Rp. xxxx

Overhead Pabrik :



Bahan Tidak Langsung
Rp. xxxx


Tenaga Tidak Langsung
Rp. xxxx


Biaya Lainnya
Rp. xxxx


Total Overhead Pabrik

Rp. xxxx
(+)
Total Biaya Manufaktur

Rp. xxxx

Persediaan Awal Barang Dalam Penyelesaian

Rp. xxxx
(+)


Rp. xxxx

Persediaan Akhir Barang Dalam Penyelesaian

Rp. xxxx
(-)
Harga Barang Yang Dihasilkan

Rp. xxxx


Dalam perhitungan diatas terlihat pemakaian bahan langsung, yang menunjukan biaya bahan baku yang digunakan dalam periode tersebut. Untuk dapat menentukan pemakaian bahan langsung tersebut perlu dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Persediaan Awal bahan
Rp. xxxx

Pembelian Bahan
Rp. xxxx
(+)
Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai
Rp. xxxx

Persediaan Akhir Bahan
Rp. xxxx
(-)
Bahan Yang Terpakai
Rp. xxxx

Bahan Tidak Langsung
Rp. xxxx
(-)
Pemakaian Bahan Langsung
Rp. xxxx



Pemakaian bahan tidak langsung hanya diperhitungkan sebagai pengurangan dari pemakaian bahan apabila persediaan bahan langsung tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dipisahkan, tidak perlu dilakukan pengurangan tersebut. 

Seringkali perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dilakukan sekaligus, tanpa melakukan perhitungan terpisah untuk pemakian bahan langsung. Dalam hal demikian perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut :
Laporan laba rugi perusahaan manufaktur kemudian dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wasaalamualikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku siklus akuntansi perusahaan manufaktur kelas iii semester v dan 6
Saya sarankan untuk membaca juga :