Blusukan Ke Lombok, Menko Puan Tinjau Eksklusif Ruang Berguru Sementara Untuk Siswa

Foto: merdeka.com

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani meninjau pemulihan prasarana pendidikan dan acara mencar ilmu mengajar pasca gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada kesempatan itu Puan mengunjungi SMP Negeri (SMPN) 4 Praya yang berada di Kabupaten Lombok Tengah yang beberapa ruangan kelasnya terdampak gempa.

Puan memperlihatkan semangat kepada siswa-siswi di SMPN 4 Praya, semoga tetap semangat mencar ilmu meski cobaan sedang mengadang. Menurut Puan, proses belajar-mengajar harus tetap berjalan, sebab itu pembangunan prasarana pendidikan perlu dipercepat meskipun ketika ini penanggulangan peristiwa Lombok masih dalam tahap transisi darurat menuju pemulihan.

"Ini yah kelas sementara yang gres dibangun," tanya Puan ketika berdialog dengan beberapa siswa-siswi dan guru SMPN 4 Praya, Rabu (21/11).

Pada kesempatan itu pula, Puan menanyakan perihal perasaan siswa ketika terjadi gempa. Dia juga bertanya kepada para siswa soal kenyamanan mencar ilmu di ruang mencar ilmu sementara. Kemudian salah satu siswa berjulukan Laela Solehani menjawab dan menjelaskan bahwa ketika terjadi gempa dirinya sangat takut dan panik.

"Perasaannya takut, khawatir, tapi kini sudah tidak takut lagi bu kalau terjadi gempa lagi, sebab sudah diajari cara menghadapinya", jawab Laela.

Tak hanya bicara soal gempa, kemudian Puan juga menyempatkan untuk berkomunikasi dengan siswa dan siswi perihal pelajaran. "Siapa namanya, kau bikin prakarya apa ini (Menko menunjuk prakarya)?" tanya Puan pada salah satu siswi.

"Nama saya Rosiana Sasmita bu, ini menciptakan prakarya tempat pensil dari bambu," terang Rosiana kepada Puan.

Pada selesai kunjungannya Puan mendapat sebuah lukisan dari salah satu siswa inklusi berjulukan Rangga Purnama. Puan memperlihatkan proteksi secara simbolis berupa tas sekolah dan Al-Quran.

Ruang mencar ilmu sementara untuk siswa sendiri, dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan dikoordinasikan oleh Menko PMK. Hadir juga dalam kunjungan tersebut, Kepala BNPB Willem Rampangilei, Bupati Lombok Tengah Moh Suhaili Fadhil Thohir; Kapolda NTB Irjen Pol Achmat Juri, Kepala Sekolah SMP N 4 Praya Kadri, Dansatgas Tentara Nasional Indonesia Kolonel Inf Farid Makhruf, dan Anggota dewan perwakilan rakyat RI.

Dirinya juga menambahkan, dana proteksi untuk rumah yang rusak berat pasca gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) tak ada masalah. Hanya saja berdasarkan dia, dana proteksi untuk warga yang rumahnya rusak berat itu akan disalurkan melalui kelompok masyarakat (Pokmas).

Puan menuturkan, syarat itu diberikan semoga akuntabilitas keuangan dana proteksi untuk masyarakat ini terpantau. Kata dia, soal akuntabilitas keuangan ini sangat penting, sebab yang dipakai ialah uang negara. Sehingga harus sangat hati-hati dalam penggunaannya dan sesui dengan pos yang telah disepakati bersama.

"Terkait dengan dana proteksi untuk rumah yang rusak berat, dana itu tak ada masalah. Hanya yang kami minta pokmas (kelompok masyarakat) terbentuk, sebab masyarakat hanya terbentuk kalau ada pokmas. Artinya dikoordinir menjadi satu kelompok masyarakat," ujar Puan ketika kunjungan ke pabrik panel Risha (rumah instan sederhana sehat) di di Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (21/11).

Sementara itu, untuk dana pembangunan rumah yang terkena gempa sendiri harus ada persetujuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU PERA), rumahnya harus tahan gempa. Ia juga sudah meminta meminta kepada Kementerian PUPERA untuk mensosialisasikan kepada masyarakat terkait pembangunan rumah tahan gempa Risha, Rika dan Riko ini.

Pemerintah juga sudah memperlihatkan beberapa opsi kepada masyarakat semoga rumahnya tahan gempa yakni, Risha (rumah instan sederhana sehat), Rika (rumah instan kayu) dan Riko (rumah instan konvensional).

"Kenapa ini juga penting supaya jangan hingga terjadi, kalau ada lagi gempa ya rumahnya kan tetap dapat tahan pertama dihentikan dibangun di tempat tempat gempa, kemudian kedua kalau sudah dibangun paling tidak rumahnya itu tahan gempa. Bukan hancur kalau terkena gempa," tegas Puan. [merdeka.com]

Artikel Terkait