Presiden Joko Widodo menceritakan perjalanan politiknya dari mulai pertama kali mengikuti Pilkada di Solo hingga menjadi Presiden.
Di hadapan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie dan kader serta simpatisan PSI yang hadir dalam program peringatan HUT ke-4 PSI, Jokowi berpidato dan membagikan kisah ihwal metode dalam berkampanye.
Cerita itu dimulai dari Pilkada tahun 2004, dikala tak banyak orang mengenal Jokowi, ia melaksanakan metode door to door. Ia menemui warga dari pintu satu ke pintu lainnya.
"Door to door ke pintu-pintu. Pagi hingga tengah malam, pagi hingga subuh, terus ibarat itu, tapi dapatnya cuma 37 persen. Enggak apa-apa, tapi yang penting menang," kata Jokowi disambut tepuk tangan dan tawa dari para hadirin di Indonesian Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang, Minggu (11/11/2018) malam.
Memasuki Pilkada selanjutnya, ia didorong untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Jokowi bercerita, awalnya ia enggan untuk mencalonkan diri. Saat itu ia ingin berniat kembali ke dunia usaha.
Tetapi, sebab dorongan yang besar lengan berkuasa dari banyak sekali pihak, Jokowi risikonya yakin untuk bertarung di Pilkada DKI.
Ia pun melaksanakan metode kampanye yang beliau sebut tak biasa. Jokowi tak ingin berkampanye dengan cara mengumpulkan massa di gedung dan mengeluarkan banyal uang, sehingga, metode door to door kembali ia terapkan.
Tapi, kali ini metode tersebut semakin ia perdalam. Usai mengunjungi warga, Jokowi menyalami mereka. Dengan bersalaman, Jokowi mengaku sanggup mencicipi apakah warga tersebut mendukungnya atau belum.
"Dari pintu ke pintu saya menjelaskan apa yang sudah saya lakukan. Di Solo ada kartu sehat, ada kartu cerdik juga, pembangunan infrastruktur di kampung, ada pembangunan pasar, itu yang saya ceritakan berulang-ulang. Keluar (dari rumah warga) saya salami," kenang Jokowi.
"Waktu saya salaman, saya sudah sanggup mencicipi mana (warga) yang dukung, mana yang enggak," sambungnya.
Jokowi juga mengaku, sanggup mencicipi warga yang masih ragu untuk mendukungnya dari hanya bersalaman. Kepada warga yang masih ragu itu, Jokowi berusaha untuk lebih meyakinkan lagi.
Dengan cara yang demikian, kata Jokowi, sanggup membawa beliau risikonya menduduki dingklik pemerintahan tertinggi sebagai Presiden.
Selanjutnya, kepada seluruh kader dan simpatisan PSI yang hadir Jokowi berpesan biar mereka melaksanakan hal yang sama. Apalagi, kader dan simpatisan PSI cenderung masih muda dan punya tenaga berlebih.
"Saya juga ingin bro dan sis melaksanakan itu, dari pintu ke pintu, door to door. Pertama biaya murah, yang kedua kita sanggup silaturahim dengan masyarakat, sanggup memberikan dengan apa yang kita kerjakan, apa yang menjadi visi," ujar Jokowi.
Bahkan, Jokowi juga ingin biar dalam door to door-nya kader dan simpatisan PSI ikut menerapkan metode yang sama dengan kampanyenya, menyalami warga dan mencicipi tunjangan warga.
"Dari hati ke hati, dari pintu ke pintu, door to door. Tapi keluar dari situ jangan lupa disalami dan dirasakan, orang itu sudah mendukung belum," kata dia.
Selain Presiden Jokowi, hadir dalam program tersebut Menko Polhukam Wiranto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Tohir, dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSI Raja Juli Antoni. Hadir pula kader dan simpatisan PSI dari banyak sekali tempat di Indonesia. [kompas.com]