Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penguatan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini dikarenakan investor percaya dengan kondisi perekonomian nasional yang sehat dan kuat.
"Artinya kan investor, terutama portofolio confidence terhadap kondisi Indonesia. Indonesia itu saya bilang fundamentalnya besar lengan berkuasa dibandingkan negara-negara suka disebut, yang bermasalah, ya bukan bandingannya," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Komplek Istana, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS hari ini. Tercermin dari tekanan nilai dolar AS yang mulai mereda ke posisi Rp 14.758 (data RTI).
Rupiah menjadi mata uang terkuat di Asia. Dari data RTI penguatan rupiah mencapai 0,31%, lalu Korean Won menguat 0,29%, Japanese Yen 0,25%, Peso Filipina 0,15%, Thailand Baht 0,12%, Indian Rupee 0,06% dan Malaysian Ringgit 0,14%.
Berdasarkan data Reuters pukul 11.58 WIB, nilai dolar AS berada di kisaran Rp 14.600an ialah Rp 14.669.
Wimboh mengatakan, yan harus dilakukan ketika ini oleh pemerintah dan forum terkait menjaga kondisi mendasar Indonesia tetap baik dan kuat,
Selanjutnya, kata Wimboh menyediakan banyak instrumen investasi, yang dapat menjamin dana investor di dalam negeri.
"Sekarang sudah ada hedging, jikalau tidak percaya rupiah, bank sentral melaksanakan swap, bikin NDF(Non Derivable Forward). Kaprikornus ini semua kita terus sempurnakan, kita sempurnakan struktur pasar dalam negeri. Kalau dulu NDF nggak ada, kini ada. Ngapain harus ke Singapura? Di sini aja ada," terang dia.
"Jadi terus akan kita lakukan biar pasarnya likuid dan investor confidence. Itu aja," tambah dia. [detik.com]