Ini Kegiatan Kementan Untuk Bangkit Pertanian Papua Dan Papua Barat


Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat melalui peningkatan acara sektor pertanian. Dukungan yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 ini dituangkan dengan meningkatkan kedaulatan pangan lokal, pengembangan komoditas strategis dan perencanaan industri pertanian dan peternakan dari hulu hingga ke hilir.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan anggaran untuk pengembangan bermacam-macam komoditas strategis untuk Papua dan Papua Barat, di antaranya, padi, padi organik, jagung, kedelai, aneka kacang, bawang merah, bawang putih, cabai, jeruk, flora perkebunan semusim maupun flora perkebunan tahunan. Tak lupa, pihaknya turut mendorong pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

“Dukungan pengembangan flora pangan dilakukan dalam bentuk akal daya komoditas, Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sertifikasi, distribusi Rice Milling Unit (RMU) serta peralatan pascapanen dan pengolahan lainnya,“ kata Kuntoro dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/11/2018).

Di Papua, sebut Kuntoro, telah berhasil membuatkan 28.305 hektare pertanaman dan mendistribusikan sarana produksi (saprodi) sejumlah 2.696 unit selama periode 2015-2018. Produksi padi dan kedelai meningkat masing-masing 54.376 ton dan 5.998 ton atau naik sebesar 23 persen dan 93 persen.

Sementara itu di Papua Barat, lanjutnya, seluas 14.537 hektare pertanaman flora pangan telah sanggup dikembangkan dan sejumlah 12.636 sarana dan prasarana telah didistribusikan pada periode 2015-2018. Peningkatan produksi padi sejumlah 2.517 ton atau 8,33 persen dan jagung sejumlah 1.954 ton atau 86,31 persen sanggup dicapai pada periode tersebut.

Kuntoro menambahkan, pengembangan komoditas perkebunan pada periode tahun 2014-2018 dilaksanakan dengan rata-rata alokasi anggaran sebesar Rp9,25 miliar dan rata-rata fisik volume seluas 1.420 hektare. Kinerja serapan pembangunan perkebunan di provinsi Papua mencapai rata-rata 83,75 persen per tahun.

"Sedangkan kinerja capaian fisik mencapai 78,76 persen. Kinerja ini di tahun 2018 posisi triwulan III," ucapnya.

Lebih lanjut Kuntoro mengatakan, acara KRPL dibutuhkan sanggup mendorong acara percepatan penganekaragaman dan konsumsi pangan serta memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui pembangunan kebun bibit, demplot, dan kebun sekolah. "Kegiatan KRPL pun mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom) dengan pembiayaan per kelompok sebesar Rp50 juta," tuturnya.

Perlu diketahui, pada 2018 Kementan telah mengalokasikan anggaran acara KRPL sebanyak Rp115 miliar untuk 2.300 kelompok yang tersebar di 33 provinsi. Untuk Papua dan Papua Barat total alokasi angaran acara ini sebesar Rp8,65 miliar. Alokasi untuk Papua sebesar Rp 5,2 miliar ke 16 kabupaten, 104 kelompok.

"Sedangkan Papua Barat sebesar Rp 3,45 miliar untuk 12 kabupaten, 69 kelompok," ucap Kuntoro.

Kegiatan lain yang telah dilakukan dalam mendukung pengembangan SDM yaitu melalui Sekolah Lapang (SL) sebanyak 10 Unit di Papua dan tiga Unit di Papua Barat. Sekolah lapang dilakukan sebagai media pembelajaran bersama antara penyuluh dan petani. Selain melalui SL, acara pengembangan SDM melalui pembiasaan teknologi masing-masing duaunit sebagai media transfer teknologi yang berbasis lokalita.

“Adanya media berguru pribadi sanggup mempermudah penerapan teknologi di petani. Petani akan melaksanakan praktek pribadi terhadap gosip teknologi yang disampaikan," kata Kuntoro. [inews.id]

Artikel Terkait