Jokowi Bocorkan Belakang Layar Pemenangan Di Pilkada Dan Pilpres


Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan wejangan terhadap caleg wanita dari parpol Koalisi Indonesia Kerja yang mengusungnya di Pilpres 2019. Dia membocorkan rahasianya sanggup menang di Pilkada dan Pilpres.

Jokowi mengatakan, untuk menjadi anggota legislatif bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, perlu taktik yang sempurna biar tujuan duduk di dingklik legislatif sanggup tercapai.

"Saya titip, dikala pertama kali saya mencalonkan wali kota, bapak ibu tanya di Solo itu tahun 2004, yang namanya Jokowi tahu nggak? Coba tanya. Nggak ada yang tahu," kata Jokowi di kegiatan Deklarasi Calon Legislatif Perempuan untuk Pemenangan Jokowi-Amin, Hotel Solitaire, Gading Serpong, Tangerang, Banten, Minggu (4/11/2018).

Dia menceritakan awal dirinya mencalonkan diri sebagai Wali Kota di Solo, Jawa Tengah. Saat itu beliau harus mengalahkan tiga calon lainnya. Calon pertama yang beliau harus hadapi adalah icumbent, sementara calon kedua seorang kepala KADIN dan calon ketiganya adalah merupakan pengusaha terkenal.

"Kalau saya bukan siapa-siapa. Karena saya ekspor, memang saya nggak pernah urusan di Solo. Kemudian Pilkada berlangsung. Memang berat sekali mengalahkan incumbent. Tapi saya tidak memamakai cara-cara usang dengan mengumpulkan orang di lapangan. Sehingga yang kita lakukan dikala itu door to door, dari pintu ke pintu saya salami," katanya.

Dengan cara kampanye door to door itu, kata Jokowi, dirinya sanggup mencicipi pribadi apakah warga yang ditemuinya itu suka atau tidak dengannya. "Oh, ini dukung ini salamannya enak. Itu selalu saya hitung, saya catat. Saat itu hasil pilkadanya 37 persen, tipis dengan yang kedua tapi saya menang," katanya.

Selanjutnya, sesudah menjadi Wali Kota di Solo, dirinya menjalankan apa yang beliau kampanyekan dulu. Di antaranya menciptakan Kartu Sehat, Kartu Pintar dan membangun pasar-pasar di Solo.

"Terus pilkada kedua, bergotong-royong saya sudah tidak mau, mau balik ke dunia usaha. Tapi alhasil kembali lagi mencalonkan, tapi saya sudah ngomong saya nggak mau keluar duit, nggak mau. Pertama sebab duitnya sudah habis di pilkada pertama, kedua memang tidak mau keluar duit. Saya tidak mau kampanye dengan cara ngumpul-ngumpul di lapangan itu sanggup Rp 400-500 juta. Makara saya door to door," katanya.

"Tapi beda. Dulu tidak sanggup bilang apa-apa, hanya mengenalkan pribadi. Sekarang saya door to door, sanggup tanya kini sudah diterima kartu sehat? Sudah dimanfaatkan? Dan bapak ibu tahu itu kegiatan saya. Kemudian kartu bakir juga sama. Yang sanggup kartu, saya tahu alamatnya, saya datangi, semuanya, dari pintu ke pintu. Itu kunci. Pilkada kedua tanpa keluar uang, tanpa kampanye bertele-tele, tapi keringatnya bercucuran, sebab harus dari pintu ke pintu, hasilnya 91 persen, menang," tambah Jokowi.

Kemudian dirinya ikut Pilkada DKI Jakarta pada 2012 lalu. Dia melihat lawan politiknya masih memainkan teladan kampanye yang sama dengan lawan politiknya di Solo dulu. Akhirnya, beliau pun melaksanakan blusukan di Jakarta dari kampung ke kampung untuk mengenalkan diri ke warga Ibu Kota.

"Dari RT ke RT, dari subuh hingga ke subuh, dari pagi hingga pagi, dan saya juga sama tidak punya duit. Dan semua orang kaget, di putaran pertama meraih bunyi 43 persen, sementara incumbent 42 persen. Putaran kedua semua partai di sana 82 persen, di sini hanya 18 persen tapi saya tenang, sebab sudah menyiapkan dikala itu sebab saya turun ke bawah salaman, saya punya hitung-hitungan dan saya yakin insyaallah menang, dan alhamdulillah menang," terang Jokowi.

Jokowi lantas menjelaskan maksud pemaparannya itu. Semasa beliau menjabat sebagai Presiden, beliau menyampaikan telah melaksanakan banyak sekali pembangunan infrastruktur, menyerupai jalan tol, bandara, bendungan, waduk, hingga pembangkit listrik. Tak hanya itu, beliau juga mengadakan kegiatan KIS, KIP dan penyerahan sertifikat.

"Ini harus dijelaskan ke rakyat. Kalau sanggup dijelaskan secara baik oleh ibu-ibu, dari pintu ke pintu, nanti pahalanya untuk ibu-ibu, sanggup bunyi dan sanggup menjadi anggota dewan perwakilan rakyat dan DPRD. Itu saja berdasarkan saya kuncinya. Memang capek, memang memerlukan tenaga yang lebih, tapi itulah yang harus kita lakukan," jelasnya. [detik.com]

Artikel Terkait