Al –Ghazali

Abu Hamid Muhammad Al –Ghazali, atau dikenal dengan nama Al Gazhali, ialah ulamat hebat dimasanya. Pada usia 20 tahu dia sudah menguasai seluruh tafsir Al Alquran dari banyak sekali kitab dan mengetahui hadith lebih banyak dari orang pada umumnya. Beliau dikenal sebagai ulama jenius. Pada masanya ada beberapa ulama membuatkan teologi untuk bersaing degan kaum Muktazilah. Mahzab Asy’ariyah, begitu namanya, bersikeras bahwa kepercayaan tidak akan pernah bisa didasarkan pada akal, hanya pada wahyu. Fungsi budi hanya untuk mendukung wahyu. Para teolog Asy’ariyah terus menerus menentang pemuka Muktazilah dalam debat publik, tetap muktazilah tahu trik orang Yunani untuk memenangkan argumen, ibarat logika dan retorika, sehinga mereka terus saja membuat Asy’ariyah tampak bingung. Gazhali tiba menyelamatkan mereka.

Cara mengalahkan filsuf ; ia menyimpulkan ialah dengan bergabung bersama mereka dengan mendalami ilmu Fisafat dan kemudian memakai pengetahuan itu untuk melawan mereka. Untuk itu dia terjun dalam studi wacana filsafat Yunani,termasuk meguasai bahasa Yunani. Kemudian menulis sebuah buku wacana filsafat Yunani yang berjudul “ Maksud para Filsuf ( Maqashid al-Falasifah). Uraiannya wacana filsafat begitu jernih ,sangat luas, bahkan jago filsafat khusus wacana aristoteles yang membaca bukunya berkata “ Ah kini alhasil saya mengerti Aristoteles

Kemudian Al Gazhali menulis kembali buku wacana Filsafat dan ini buku keduanya yang berjudul “Ketidaklogisan Para Filsuf “ ( Tahafut al-Falasifah ). Disini AL Gazhali mengindentifikasi dua puluh premis yang menjadi sandara Filsafat Yunani dan Greko-Islami, kemudian memakai logika silogisme untuk membongkar masing masingnya. Argumen yang paling konsekuensial ialah serangannya terhadap gagasan wacana hubungan lantaran akhir antara fenomena material: kita berpikir api menjadikan kapas terbakar, lantaran api selalu ada dikala kapas terbakar.Kita keliru menyamakan kesinambungan sebagai kausalitas. Sebenarnya, Allah lah yang menjadikan kapas itu terbakar,karena Dia ialah kausa pertama dan satu satunya dari segala sesuau. Api kebetulan berada disana.

Al Gazhali dengan sangat berilmu bisa menyakinkan siapapun bahwa filsafat Yunani itu keliru. Berapa Filsuf memukul balik. Ibn Rusyd ( Averroes) menulis jawaban untuk buku Gazhali, tetapi itu tidak ada banyak gunanya;ketika kabut telah berlalu, Gazhali juga yang menang. Sejak itu, filsafat islam berbasis Yunani kehilangan tenaga dan minat kaum muslim dalam Ilmu pengetahuan sekularpun karam. Gazhali meraih penghargaan luar biasa untuk karyanya. Ia diangkat menjadi kepala Universitas Nizamiyah yang prestisius di Bagdad. Kaum mapan ortodok mengakuinya sebagai otoritas keagamaan terkemuka. Akan tetapi Al Gazhali memiliki persoalan ; dia ialah insan religius yang autentik, dan entah bagaimana, ditengah semua status dan kebanggaan itu, dia tahu dia tidak memilik harta yang sesungguhnya.Dia percaya pada wahyu, dia menghormati Nabi dan Kitab, dia setia kepada syariah, tetapi tidak mencicipi kehadiran Allah secara jelas- ketidakpuasan serupa yang telah melahirkan tasawuf. Gazhali tiba tiba mengalami krisis ruhani, mengundurkan diri dari semua jabatannya, membagi bagikan semua harta miliknya, meninggalkan semua sobat temannya, dan pergi kepengasingan.

Ketika keluar dari "nyepi" beberapa bulan kemudian,dia menyatakan bahwa para ulama itu benar, tetapi para Sufi lebih benar lagi :Hukum ialah Hukum dan Anda harus mengikutinya,tetapi Anda tidak bisa mencapai Allah dengan mempelajari Kitab dan ritual semata. Anda perlu membuka hati, dan hanya para sufi yang tahu cara membuka hati. Karena itulah Gazhali menulis buku yang berjudul ‘Kimia Kebahagiaan “( Kimiyaat AL –Saadat) dan “ Kebangkitan Ilmu Agama ( Ihya Ulumiddin). Dalam dua buku ini , dia menempa perpaduan antara teologi ortodoks dengan terekat, metode sufi untuk menyatu dengan Allah. Dia membuat sebuah daerah bagi mistissme dalam kerangka islam ortodoks dan dengan demikian membuat tasauf menjadi terhomat.

Apa yang bisa ditarik dari pelajaran wacana sosok seorang Al Gazhali? Dia tidak serta merta menyalahkan paham yang tiba dari luar.Tidak serta merta beradu debat dengan orang yang berbeda paham sebelum dia memahami pemikiran orang itu cara utuh. Cara berpikirnya yang terbuka memungkinkan dia bisa mengosongkan dirinya untuk mendapatkan pemikiran orang lain secara utuh. Setelah dia pahami dengan baik maka diapun bersikap menurut pemahaman agama yang telah sangat dia kuasai. Sehingga argument nya wacana kebenaran Al Alquran dan Hadith tidak membuat orang yang berbeda paham alhasil murka tapi justru mencerahkan mereka untuk balajar dan mengerti. Itulah ciri ulama islam sebenarnya.

Saat kini banyak orang mengaku hebat ilmu agamanya, yang dengan cepat menyampaikan kapitalisme ,sosialisme, demokrasi dan lain sebagainya salah padahal mereka tidak pernah mempelajari hal yang di katakanya salah itu secara utuh. Mungkin sebagian mereka hanya tahu wacana kapitalisme dari cover nya saja, sehingga tidak tahu bahwa jauh sebelum mereka bicara ekonomi syariah dalam dunia sekular sudah ada Venture Capital, factoring, trustee ya ekonomi tanpa Riba. Al Gazhali ialah wangsit kita untuk bersikap bijak terhadap mereka yang berbeda namun piawai meyakinkan mereka untuk mengerti tanpa merendahkan mereka, apalagi terburu buru menyampaikan orang lain kafir, menanamkan kebencian. Islam itu hebat dan bercahaya jika umatnya bisa berpikir terbuka tanpa kehilangan aqidah...




Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait