Ada satu kota dimana memerlukan project angkutan massal. Saya tidak perlu menyebut kotanya alasannya yaitu ini berkaitan dengan sesuatu undisclosed. Yang niscaya ini tidak terjadi di Indonesia. PemKot membutuhkan dana tidak sedikit untuk membangun projec tersebut. Bila didasarkan kepada pendapatan dari tiket , maka dipastikan project tersebut tidak feasible secara perbankan. Mengapa ?bila ongkos kemahalan maka tidak akan mendorong orang kepada sistem angkutan massal. Bila murah, investasi tidak balik.Ditengah tengahnya , butuh puluhan tahun gres kembali, Makanya tidak feasible atau tidak bankable. Lantas bagaimana caranya supaya project ini tetap terbangun? PemKot mengajukan penawaran kepada swasta untuk menjadi pengelola angkutan massa ini. Namun semua menunjukkan persyaratan bahwa Pemkot harus menunjukkan subsidi atas resiko lambatnya pengembalian investasi. Tapi Pemkot tidak bisa menunjukkan subsidi. Lantas stuck. Tapi kemudian ada sponsor yang berani mengambil resiko tanpa subsidi. Tanpa tarif yang mahal bisa membangun project angkutan massal itu. Bagaimana caranya ? itulah buah dari financial engineering yang merangkai setiap potensi ( tailor made ) menjadi kekuatan untuk mendatangkan financial resource.
Apakah potensinya sehingga terangkai ( tailor made ) menjadi kekuatan mendatang financial resource ? Potensi itu tidak nampak oleh ekonom, akuntan, engineering, tapi oleh mahir sosiologi dan lingkungan hidup. Mereka melihat bahwa angkutan massal itu mendatangkan massa yang besar sehingga menjadi komunitas langsung pengguna jasa angkutan. Bila angkutan massal itu dibentuk secara modern sehingga nyaman maka dipastikan masyarakat dari kelas bawah hingga kelas atas, akan menjadi serpihan dari komunitas ini. Ini jumlahnya tidak sedikit. Apalagi data populasi penduduk kota mencapai 10 juta orang. Komunitas tersebut akan berinteraksi satu sama lain dalam aktivitas pemenuhan kebutuhan barang maupun jasa. Atas dasar itulah maka kebijakan dasar dibentuk oleh team financial engineering bahwa core business dari jasa angkutan massal itu yaitu mengelola komunitas. Maka strategy business harus mengarah kepada core itu, yaitu mengharuskan setiap pengguna angkutan massal memakai cash digital atau debit card sebagai alat pembayaran tiket. Artinya komunitas itu di lock secara IT system dalam satu kuridor payment gateway. Provider cash digital ini bukanlah bank tapi pengelola angkutan massal itu sendiri, ya menyerupai Cirrus, Visa, Master. Sementara bank hanya sebagai settlement agent untuk dan atas nama pengelola angkutan massal. Setiap bank yang terhubung dengan cash digital ini harus membayar fee sebesar 1% dari setiap transksi kepada pengelola angkutan massal.
Apakah mungkin bagi bank menunjukkan fee kepada pengelola angkutan massal? Tentu! Karena system ini merupakan resource financial yang murah bagi system perbankan. Harap maklum putaran dana dibalik komunitas ini sangat dahyat dan itu semua yaitu uang tunai yang mengalir deras setiap hari kedalam system perbankan secara massive dan berongkos murah alasannya yaitu ada ketentuan minimum dana harus mengendap tanpa bunga. Inilah yang akan dijadikan trigger untuk mendatangkan financial resource pembiayaan project. Para mahir analisa keuangan melaksanakan perhitungan revenue dari potensi cash digital tersebut yang tidak hanya dipakai untuk alat pembayaran tiket angkutan massal tapi juga alat pembayaran barang dan jasa Artikel Babo yang menjadi marchant dari system cash digital ini. Berdasarkan perhitungan cash flow bahwa revenue fee dari transaksi memakai cash digital ini bisa menutupi 70% operational cost angkutan massal. Dengan demikian pengelola angkutan massal bisa menghasilan keuntungan dari harga ticket walau tanpa subsidi. Kondisi inilah yang dijual kepada investor atau kreditur untuk terlibat dalam pembiayaan project.Hampir dipastikan semua bank akan bersedia membiayai project ini alasannya yaitu berharap sebagai settlement agent dari transaksi cash digital yang di provide oleh pengelola angkutan massal.
Apa yang saya gambarkan diatas yaitu bagaimana finacial engineering berkerja. Bahwa financial engineering itu merupakan adonan dari keahlian dari banyak sekali disiplin ilmu. Memang menyusun struktur pembiayaan itu dilakukan oleh mahir keuangan ( ekonom) melalui pendekatan matematika ekonomi seperti statistic, test case probability risk, Financial ratio, Forecasting cash flow , SWOT analysis dll namun bagaimana design struktur pembiayaan itu dibentuk haruslah memperhatikan masukan dari mahir sosial, budaya dan politik. Karena bagaimanapun pembangunan berafiliasi dengan insan dan insan itu berafiliasi dengan sosial , budaya dan politik. Tugas team financial engineering yaitu mencari titik potensi business dibalik rencana project yang akan dibangun. Analisa dilakukan melalui pendekatan dengan banyak sekali disiplin ilmu. Jalan toll Shenzhen dibangun tahun 1986.Ketika itu traffic kendaraan perhari hanya 10% dari sasaran traffic yang feasible. Tapi mengapa tetap dibangun dan balasannya mendatangkan keuntungan tak terbilang ? ya alasannya yaitu team financial enginerring menetapkan syarat untuk dibangunnya Dongguan sebagai kota satelit daerah industri Shenzhen. Semua industri dan manfucaktur harus pindah secara sedikit demi sedikit ke Dongguan. Artinya Dongguan sebagai magnit dan trigger meningkatnya traffic toll. Sudah sanggup dipastikan dalam lima tahun sehabis jalan toll dibangun, traffic melewati batas feasible business toll.
Semua forum keuangan hanya tertarik bagaimana project mendatangkan revenue. Revenue yang paling diminati forum keuangan yaitu bersumber dari faktor kekuatan tekhnologi, kekuatan komunitas, legitimasi yang menjamin captive market menyerupai jalan toll, PDAM, Bandara, Pelabuhan. Bila ini sanggup dipresentasikan dihadapan forum keuangan maka denah investasi sanggup digelar ( tailor made ) yang pada balasannya pihak sponsor tidak perlu keluar uang satu sen pun.Semua pembiyaan project ditanggung oleh investor dalam denah lending atau venture namun hak kontrol tetap berada ditangan pengelola. Demikianlah bagaimana financial engineering bekerja...Seharusnya Pemerintah Daerah dan negara bisa mengelola potensi daerah dan negara untuk mendatangkan financial resource melalui financial engineering. Ingat investor itu tidak mengenal negara atau bangsa...selagi ada keuntungan dan kondusif mereka akan tiba walau tanpa diundang...cobalah
Sumber https://culas.blogspot.com/