Ada film yang mandarin yang diangkat dari novel Zhang Xiaoxian, judulnya “ For Love or Money “. Film ini dibintangi oleh Yifei Liu, artis beken dari China dan , Rain, bintang film beken dari Korea Selatan. Untuk anak milenial ini fim keren banget. Film ini di rilis tahun 2014. Karena pendidikan yang didapat bukan menyerupai film kebanyakan yang lebih banyak lebay ala film India yang praktis ketebak. Tetapi film ini sengaja membawa penonton ke alur dongeng yang rumit wacana realitas hidup, cita-cita dan cinta. Walau karenanya happy ending namun selama film berlangsung kita mendapat banyak hikmah. Dan sehabis nonton film kita akan membawa pesan tersendiri atas dongeng filem itu. Menurut saya sutradara dan skenario film ini hebat.
Dua pertiga jalan dongeng film ini lebih berfocus kepada sosok Xing Lu ( Liu Yifei ). Seorang perempuan yang tadinya berkarir sebagai pramugari final nya berhenti sebab putus cinta dengan cowok kaya yang menentukan menikah dengan perempuan lain yang lebih kaya. Konplik perpisahan dengan pacarnya digambarkan dengan apik ditengah guyuran hujan deras di Shanghai. Pacarnya Yan Zhenming, berkata bahwa ia menikahi gadis itu sebab alasan uang. Mertuanya kaya raya. Namun cintanya tetap pada Xing Lu. Mereka akan nikmati bersama kehidupan yang melimpah dari harta itu tanpa ikatan pernikahan. Tetapi Xing Lu menolak proposal itu. Dia menentukan berpisah walau dengan luka dalam.
Dalam keadaan kesedihan tak bertepi sebab dikhianati kekasihnya, Xing Lu mencoba untuk bunuh diri. Tetapi upaya ini digagalkan oleh seorang cowok yang bernama, Xu Chengxun. Dari tragedi ini, mereka berdua berkenalan. Xing Lu memutuskan untuk melanjutkan perjuangan cafe nya sesudah berhenti sebagai pramugari. Chengxun setiap hari mampir ke caffe milik Xing Lu untuk melaksanakan pendekatan, dan tampaknya berjalan mulus, mereka berdua usang kelamaan sudah terlihat menyerupai sahabat, bahkan Chengxun menyayangi Xing Lu.
Pada suatu moment Xing Lu mendatangi Chengxun yang sedang galau. Adegen keren diatas atap apartement dengan pemandangan kota metropolitan. Chengxun sadar bahwa jalan hidupnya sebagai seniman lukis tidak cukup berharsil dan tidak membuatnya secara financial mapan. Bakat yang dimiliki Chengxun tiba dari ayahnya. Dia sangat mengagumi ayahnya. Bosnya urung mengadakan bazar untuk mempublikasi karya – karyanya. Xing Lu menawarinya untuk bekerja di caffe miliknya. Tawarannya itupun eksklusif diterima oleh Chengxun. Karena bekerja dalam satu area yang sama, mereka menjadi semakin dekat, dan karenanya menjadi sepasang kekasih dalam kesehajaan.
Sampai disini penonton diajak mengikuti kisah percintaan mereka yang terkesana alamiah sebagaimana kisah percintaan pada umumnya. Suatu hari Xing Lu mendengar dari kekasihnya bahwa bazar lukisan yang sudah direncanakan gagal total. Karena alasan yang sengaja dibentuk buat oleh boss nya. Xing Lu, tidak ingin menciptakan kekasihnya hancur dan hilang cita-cita dengan obsesinya. Karena itu ia secara membisu diam mendatangi mantan pancarnya Zhenming untuk membantu. Kebetulan gedung kawasan mantan pacarnya berkantor milik dari Wanita kaya raya dari Hongkong yang juga ibu dari Chengxun.
Xing Lu gres tahu bahwa kekasihnya ialah putra dari keluarga kaya raya yang menolak hidup dibawah kekayaan keluarganya. Ketika Xing Lu meminta derma Zhenming untuk membiayai bazar lukisan untuk kekasihnya , Zhenming memperlihatkan konspirasi mendapat uang dari ibu Chengxun. Dealnya ialah Xing Lu harus meninggalkan kekasihanya. Dibalik deal ini ada uang dalam jumlah besar kepada Xing Lu dan peluang bisnis bagi Zhenming. Mereka berdua harus sepakat menjalakan skenario dari ibu Chengxun, bagaimana menciptakan Chengxun patah hati dan keluar dari kehidupan utopia, untuk kembali ke dunia kasatmata sebagai pemimpin perusahaan keluarga. Walau sepakat untuk meninggalkan kekasihnya namun Xing Lu menolak untuk kembali kepada Zhenming. Xing Lu siap bekerja sama untuk skenario itu.
Akhirnya sesudah putus, Chengxu mengetahui Xing Lu kembali kepada mantan pacarnya. Yang menarik ialah dialogh dari ketika mereka bertemu kembali disaat Xing Lu bersama mantan pacarnya.
“ Mengapa kau tinggalkan saya dan kembali ke ia “
“ Karena ia kaya”
“ Kamu lebih menentukan harta ?
“ Apa kau pikir kemiskinan itu dipandang? Aku tidak mau menghabiskan hidupku bersama seniman miskin. Mungkin perempuan lain mau. Tapi saya tidak mau. Tidak ada yang mau membeli lukisanmu. Lukisan itu semua sampah. Awalnya saya menyukaimu. Tapi kau hidup tidak realisitis. AKu tidak punya uang dan ayahku sakit butuh uang. AKu tidak mau menyesal ketika renta dan buruk tidak punya apa apa. Kamu sanggup melukis hingga usia 80 tahun tapi saya tidak sanggup hidup menyerupai itu.
Di ujung dongeng inilah inti cerita. Cinta seorang ibu yang akan melaksanakan apa saja untuk kebaikan anaknya. Ibu dari Chengxun tak ingin putranya hidup dalam mimpi. Karena pengalaman dari mantan suaminya yang juga ayah dari Chengxun berujung bunuh diri sebab merasa gagal sebagai pelukis. Dia berani membayar Xing Lu 15 juta yuan asalkan mau meninggalkan putranya, Chengxun. Mengapa Xing Lu hingga bersedia? awalnya sebab ia sendiri melihat duduk kasus secara realistis. Dia tidak ingin kekasihnya mengalami nasip serupa menyerupai ayahnya yang karenanya bunuh diri.
Belakangan Chengxun mengetahui perpisahaanya dengan Xing Lu sebab rekayasa Ibunya. Dia kecewa dan marah. Baginya tidak ada cinta lapang dada . Semua kalah sebab uang. Setelah jadi CEO perusahaan menggantikan posisi ibunya, Chengxun memperlihatkan semua lukisannya seharga 1 yuan. Dia ingin case closed masa lalunya. Tetapi ketika pameran, lukisan yang paling ia sayangi dibeli dengan harga 15 juta yuan. Dia terkejut siapa yang mau membeli lukisan semahal itu? Nama pembeli tidak dikenal. Dia berusaha melacak pembeli itu hingga mengantarkannya ke Eropa. Ternyata pembelinya ialah Xing Lu. Ini pertanda bahwa cinta Xing Lu tulus, tidak ada hubungannya dengan uang.
Pesan moral : Cinta itu ialah kesediaan melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan anda sangat membutuhkannya.
Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/