Harapan...

Negeri ini hanya dikuasai oleh Partai.Para politisi menipu rakyat dengan istilah pemilihan pribadi tapi nyatanya Partai membuat sekat antara rakyat dengan anggota dewan. Bila anggota partai terlalu setia kepada rakyat maka ia akan di PAW kan oleh Partai alias dipecat dan diganti dengan anggota partai Artikel Babo yang tidah pernah ikut pemilu. Sehebat apapun Presiden yang dipilih namun ketika ia berkuasa, ia harus tunduk dengan politik keseimbangan ( Balance power). Dia harus mendengar apa kata dewan perwakilan rakyat dan berdamai dalam perbedaan kepentingan. Ini bukan berdamai dengan satu partai menyerupai di China yang gampang diluruskan bila bengkok tapi ini berdamai dengan lebih dari satu partai dan ratusan orang berjas mahal di Parlemen, yang selalu kusut bertikai bila “pendapatan tidak sama”. Apa yang unik dari system demokrasi ini yaitu semua orang tidak bisa mengclaim ia paling benar,dia paling higienis dan ia paling berkuasa. Semua dalam posisi sejajar. Para pejuang Agama memang tidak suka dan bahkan membeci Demokrasi liberal. Mereka inginkan kekuasaan menyerupai Imam Masjid. Satu tanpa dipersekutukan. Bila ia rukuk semua rukuk. Tapi bagi kaum sekular punya alasan lain bahwa kalau anda yakin dengan keyakinan anda mengapa anda tidak buktikan rakyat banyak akan mendukung anda lewat sistem demokrasi langsung.? Bila anda menang , anda bisa merubah system negara ini. Tapi anda hanya bisa murka dan menghujat orang lain sementara riak anda hanya bisa menggoyang sampan berukuran kecil. Tidak significant! alasannya rakyat banyak tidak gampang dibohongi lagi dengan jargon apapun termasuk agama.

Ada yang berkata bahwa revolusi sudah dekat. Ada pertanda, mereka yakin. Saya sanggup memakluminya alasannya memang begitu adanya. Tapi bukan menurut kegerahan dan kemarahan. Sederhananya, alasannya begitu berat dan parah yang dihadapi oleh rakyat akhir system yang terjebak dengan hutang sehingga terjajah oleh kapitalisme; doyan belanja namun lemah berproduksi.Kaya sumber daya alam tapi miskin penguasaan sumber daya alam. Negeri ini menyerupai orang sakit mental.Lihatlah dalam kampanye Pemilu semua partai setuju untuk tidak bicara jujur perihal APBN yang terjebak hutang, perihal 90% sumber daya alam dikuasai Asing, dan tidak ada satupun partai berani berkata “Go to hell Freeport”. Tidak ada.! Dalam situasi ini, rakyat berharap ada partai dan pemimpin dengan keras berkata “revolusi system menuju negara berketuhanan yang berkeadilan. Para elite partai harus menunjukkan niatnya yang sungguh sungguh untuk memimpin perubahan. Tapi hal itu sama sekali tidak terlihat.  Semua setuju bahwa Pemilu yaitu saatnya menari diatas panggung bersama artis dangdut. Berkata memuji  diri sendiri dan kemudian menawarkan hadiah bola sepak kepada rakyat dan menebar uang receh dengan tak lupa menjanjikan kenaikan honor dan penghasilan kepada rakyat. Padahal rakyat tidak butuh bola sepak, honor naik, rakyat butuh mencari rezeki gampang dan ketika berbelanja harga terjangkau. Ya keberpihakan system melawan pemodal. Itulah yang paling sulit di delivery oleh politisi.

Ditengah situasi dimana perasaan dasar akan keadilan sosial kurang diperhatikan, semuanya bisa sangat gampang meledak, elite politik negeri ini tidak punya reputasi lagi dengani janjinya. Padahal sesudah reformasi kekuatan dan reputasi rakyat terangkat sebagai bangsa yang berani melaksanakan perubahan tapi justru kekuatan dan reputasi elite politik dari tahun ketahun semakin anjlok hingga pada titik kolong rumah. Itulah mimpi jelek yang hanya menunggu waktu saja untuk menjadi nyata. Lantas siapakah kelak yang akan tampil sesudah rezim demokrasi culas ini tumbang alasannya revolusi sosial ? Gerombolan Tiran yang menjadi ciri rezim ini, mengajak kita berpikir bahwa amandaemen Undang-Undang Dasar 45 akan pribadi dibuang ke keranjang sampah sejarah. Suatu struktur yang dibentuk oleh para pendiri negara ini akan mendapat tempat kembali. Para politisi diharamkan bicara terus kecuali menggerakan mesin partainya untuk menggalang massa berpartisipasi menjalankan kebijakan pemerintah. Tidak boleh ada lagi jual beli pasal UU di dewan perwakilan rakyat , dihentikan ada lagi voting,. Semua partai boleh bicara di dewan perwakilan rakyat dengan visi yang sama dan berdebat untuk mempertajam visi kebangsaan , bukan untuk saling menjatuhkan.  President haruslah menjadi suatu forum yang tak tertandingi selama masa kekuasaannya dan harus siap mempertanggung jawabkan kekuasaannya menjelang final masa jabatannya. Tapi saya kawatir akan muncul kembali single power menyerupai Soeharto yang di create oleh elite untuk berlindung dari kesalahan dan kebobrokan. Kita miskin calon pemimpin yang sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 45 dan Pancasila. Dimana amanah besar harulah dipegang oleh orang yang punya nurani besar dan jiwa besar menghadapi tantangan ditengah peradaban dunia yang carut marut. Samahalnya ada yang gamang dengan negara Islam alasannya tidak gampang mendapat pemimpin berakhlak Al Alquran menyerupai sobat Rasul.

Lantas apa jadinya bila revolusi tidak terjadi ? Jawabannya yaitu kemungkinan besar yaitu munculnya kelompok yang mempunyai talenta kepemimpinan dan keahlian yang bergabung dalam komunitas tersendiri melawan system yang ada. Ini menyerupai gerakan The Tzu Chi di Taiwan. Mereka tidak melawan penguasa. Tidak membungkus diri dengan ideology atau agama. Mereka tampil sebagai kelompok yang tidak mermpermasalahkan perbedaan agama , mahzab dan ras. Mereka hanyalah kumpulan orang biasa yang berdakwah lewat keteladanan susila islami. Keseharian mereka yaitu menebarkan susila kasih sayang dengan prilaku budpekerti semoga pemerintah mendengar mereka. Dengan itu mencoba menjangkau rakyat tertindas lewat banyak sekali aktivitas kemandirian dalam semangat gotong royong, dengan satu keyakin bahwa bukan kerja besar yang utama tapi cinta besar dibalik perbuatan. Siapakah mereka ini? Mereka yaitu anak anak muda cemerlang yang lahir dari rakyat jelata dari kelas tertindas. Mereka mendidik dirinya sendiri untuk unggul dan mandiri.  Tak ubahnya menyerupai cowok Masri di Sumatera Barat yang tak lulus SD namun bisa mendirikan 900 bank dan menjadi mentor bagi kaum duafa untuk mandiri. Mereka bersahabat dengan komunitasnya. Paham betul mengelola kebutuhan rakyat lewat pengalaman tempaan spiritualnya tanpa terpengaruh oleh buku buku teks dari Barat. Mereka tidak hanya diam. Slogan mereka yaitu ” jangan hanya mengutuk kegegelapan, mari nyalakan lilin". Mereka juga tahu bahwa pekerjaan menyalakan lilin akan makan waktu usang untuk menawarkan dampak nyata.

Tentu saja, setiap orang tahu bahwa perjalanan masih sangat jauh sebelum mereka kesannya sukses. Mungkin mereka gagal. Namun mereka telah membangkitkan harapan.. Seperti apa yang dikatakan oleh Lu Xun, penulis China ” impian yaitu menyerupai jalan didaerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak, semacam itu, namun banyak orang berjalan diatasnya, jalan itu tercipta...

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait