Pancasila...


Ketika terjadi perdebatan di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI), ihwal ibarat apa negara yang akan di dirikan. Sebetulnya Jepang sebagai sponsor terbentuknya BPUPKI menginginkan biar Indonesia didirikan ibarat jepang , yaitu negara kerajaan. Tapi Soekarno dan Hatta yang terlibat eksklusif dalam diskusi dengan penguasa jepang di indonesia ketika itu menolak dengan tegas. Mereka tidak ingin negara kerajaan.

Usai pertemuan itu Soekarno berkata kepada Hatta, saya tidak akan sanggup mengemban amanah yang besar ini. Namun Hatta sebagai sahabat seperjuangan Soekarno meyakinkanya " Kalau bung tidak bersedia maka akan selalu ada orang lain yang akan melakukannya. Tidak perlu ragu ambil kesempatan ini. " Soekarno masih berat untuk memilih sikapnya. 

Itu sebabnya dalam rapat BPUPKI, Soekarno tidak memilih ibarat apa negara akan dibentuk. Dalam pidato pembukaaan sidang pertama BPUPKI,Soekarno hanya memberikan visi nya terhadap negeri yang akan didirikan. Dimana negara Indonesia yang akan didirikan haruslah punya visi 1. Kebangsaan Indonesia. 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan. 3. Mufakat atau demokrasi. 4. Kesejahteraan sosial. 5. Ketuhanan yang Maha Esa Menurut Soekarno, lima asas itu merupakan weltanschauung atau pandangan mendasar, filsafat, juga fundamen yang digali dari jati diri bangsa Indonesia. Namun gagasan Soekarno itu tidak di setujui. 

Rapat meraton itu tidak menemukan kata satu. Utusan agama Islam mengotot biar negara yang akan di dirikan sesuai dengan syariat islam. Argumen itu kemudian di sanggah lantaran di nilai hanya melihat bangsa Indonesia menurut demografis. Umat Islam di Indonesia memang mencapai 90 persen. Jika melihat kondisi geografis, khususnya di Indonesia timur, maka komposisinya berbeda. Islam ialah minoritas. Saat itu golongan islam yang di wakili ulama tidak bisa bicara banyak. Karena mereka sadar bila argumen tersebut di pertahankan maka rakyat indonesia timur yang beragama bukan islam akan mundur dari rencana mendirikan negara RI. Kalau ini di peruncing maka kemerdekaan Indonesia tidak akan terjadi. Pengalaman sebelumnya lantaran tidak adanya persatuan makanya indonesia tidak bisa merdeka. Mereka berdamai dengan kenyataan lantaran mereka pejuang yang cerdas. 

Belum lagi soal etnis, utusan Kalimantan mempertanyakan apa kepentingan kami harus bersatu dengan orang jawa? Utusan Aceh pun bertanya mengapa kami harus bersatu dengan orang jawa? kami kondusif aman saja tanpa adanya Indonesia. Belum lagi masing masing tempat mencurigai negara yang akan didirikan nanti hanyalah kepanjangan tangan dari kolonialisme atas nama negara.

Sampai alhasil Soekarno dengan bunyi lirih berkata kepada semua hadirin " Jika benar semua ini harus di selesaikan lebih dahulu, hingga rumit, maka saya tidak akan mengalami indonesia merdeka, tuan-tuan tidak akan mengalami indonesia merdeka, dan kita semua tidak akan mengalami Indonesia merdeka hingga keliang kubur " semua terdiam. Bayang bayang perpecahan ada di pelupuk mata. 

Saya mencoba mereskontruksi rapat BPUPKI itu dalam dialogh imaginer sebagai berikut.:

Kemudian Agus Salim yang merupakan pimpinan dari Serikat islam tampil mengambil alih situasi dengan bijak. Agus Salim bertanya kepada hadirin. "Mengapa kita harus bersatu ? " 

Semua melongo saling pandang.

Agus Salim menjawab sendiri "Kita bersatu lantaran Tuhan. Semua kita sepakat kalaulah bukan lantaran Tuhan tentu kita tidak ingin menyabung nyawa untuk kemerdekaan. " 

Semua hadirin menganguk. Mereka tidak berbeda pendapat soal ini. 

"Nah bila begitu,negara yang akan didirikan ini ialah negara yang di dasarkan kepada Ketuhanan. Seperti apakah Tuhan itu ? Bukan satu , bukan banyak tapi ESA. Ia bisa satu , bisa juga lain.Tak penting , lantaran hanya Allah yang tahu ujudnya."

Salah satu penerima bertanya " Kalau negara di dirikan lantaran Tuhan yang maha ESA,maka negara itu harus menjamin kemanusiaan yang adil. " 

Agus salim mengangguk.

Namun salah satu anggota menambahkan, " Adil yang bukan dasarnya subjective tapi atas dasar akhlak. Apa itu ? Ya beradab. Makara seharusnya kemanusiaan yang adil dan beradab. “

Semua sepakat.

Nah.."lanjut Agus Salim.." Karena Tuhan negara di dirikan dan di laksanakan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Apakah kita sepakat untuk bersatu ? siapkah kita bersatu ? “

Semua sepakat dan sepakat.

Maka di tetapkanlah Persatuan indonesia. Ini bukanlah paham nasionalisme ibarat yang disampaikan Soekarno. Tapi bersatu lantaran Tuhan, bukan lantaran idiologi atau isme darimanapun sumbernya.

Hatta bertanya " Bila kita sepakat bersatu,maka ibarat apa bentuk negara yang akan di dirikan nanti ?
Salah satu penerima menjawab bahwa "itu bukan negara kerajaan,bukan kesultanan , bukan khilafah, bukan pula republik ibarat negara Artikel Babo. “

" Makara ibarat apa negara itu ? Kejar Hatta.

"Bentuk negara itu ialah negara kerakyatan" jawab peserta.

“ Siapa yang memimpin ? Kejar Hatta lagi

" Mereka yang hikmat ( Berilmu ).”

" Apakah cukup yang berilmu ? bagaimana bila beliau zolim?” Kejar Hatta.

" Tentu beliau harus bijaksana.”

" Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam kepemimpinan itu. Bukankah kita tidak sepakat negara kerajaan atau khilafah ? Tanya Hatta degnan cerdas.

" Dalam bentuk permusyawaratan. Bukan voting.” Jawab utusan Ulama.

"Siapa yang akan boleh bermusyawarah itu ? tanya Hatta.

"Mereka yang menjadi wakil rakyat ,golongan dan agama.”

'Baiklah bila begitu maka kita sepakat mendirikan negara bentuknya ialah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanan dalam permusyawaratan perwakilan.” Agus Salim menyimpulkan.

Semua hadirin sepakat.

"Lantas apa tujuan negara didirikan ? tanya Hatta.

" Karena dasarnya ialah Tuhan maka tujuannya ialah keadilan.”

"Adil itu hanya milik Allah.Kita insan tidak akan bisa mencapai keadilan itu walau seberapa keras kita ingin mencapainya. Adil apa ? "Kata Agus Salim.

" Keadilan sosial. Artinya keadilan yang sesuai dengan fitrah masing masing orang perorang"Kata Hatta.

" Baiklah bila begitu kita akan dirikan negara dengan tujuan "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia."

***
Semua sepakat. Soekarno sebagai pemimpinan rapat memberikan ringkasan hasil rapat yang populer dengan sebutan Pancasila.  Suasana rapat ketika itu sangat sejuk. Mereka para pendiri negara berdebat dengan cerdas dan di dorong oleh cinta dan kasih sayang. Namun sesudah falsafah negara di tentukan maka piagam jakarta di buat dan kelompok islam menambahkan kalimat "melaksanakan syariat islam bagi yang memeluk agama islam.Para penerima tidak begitu pusing soal suplemen kalimat itu.

Dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, di putuskan untuk melaksanakan perubahan pada sila pertama dari yang ditulis dalam Piagam Jakarta. Tujuh kata itu, "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya", kemudian dihapus. Maka selengkapnya rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi ibarat yang dikenal ketika ini, yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keputusan dihapuskannya kata "syariat Islam" memang belum memuaskan sebagian umat Islam. Sebagian kelompok masih berjuang untuk mengembalikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu. Pemberontakan DI/TII/NII ialah bukti yang sekelompok orang berusaha melaksanakan makar namun sanggup di gagalkan pemeritah bersama TNI. Perjuangan politik mengembalikan sila pertama sesuai piagam jakarta terus di lakukan. Dalam sidang konstituante di Bandung pada periode 1956-1959, sejumlah partai yang berasaskan Islam berupaya memperjuangkan berlakunya syariat Islam sebagai dasar negara RI. Namun berhasil di gagalkan. Mengapa ? lantaran itu hanya sekelompok kecil yang tidak bisa di katakan mewakili umat islam seluruhnya. Pancasila tetap sakti di bawah lindungi rahmat Alalh.

Kalau ada pihak yang hingga kini masih terus penasaran, maka nasip mereka akan sama. Pecundang!. Makara tidak perlulah menegakkan benang basah. Konsep menimbulkan agama merebut kekuasaan atas dasar dalil syariah di Indonesia , tidak pernah sukses sepanjang sejarah. Mari cerdas berpikir dan jangan mau di provokasi. Gerakan agresi turun kejalan menekan pemerintah bahwasanya tidak seratus persen benar ibarat yang di lihat sebagai gerakan perwakilan murni seluruh umat islam. Ini hanyalah upaya yang sekedar mencoba coba, yang dari dulu tidak pernah menerima proteksi dari seluruh umat islam di Nusantara ini. 
Jayalah negeri ini..** 

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait