Dengan menunggangi isue Arab spring , AS dan israel berusaha ambil laba untuk membuat daerah Timur Tengah dibawah kendalinya dan sekaligus menyudutkan perjuangan Palestina. Namun cara ini memang tidak seperti menggigit cabai yang pribadi sanggup dirasakan. Ia butuh proses. Israel maklum akan itu namun proses lambat ini tidak menguntungkan elite politik Israel yang ingin menuntaskan dilema Palestina dengan cepat dan taktis. Padahal rakyat Israel sebagian besar mendukung dilema penyelesaian Palestina atau Arab –Israel melalui meja perundingan. Tapi bagaimanapun seni administrasi untuk menarik rakyat memperlihatkan dukungan atas nafsu perang tersebut harus ada. Maka Elite politik Israel mengatur seni administrasi biar diserang terlebih dahulu. Provokasi terhadap Iran tidak berhasil membuat Iran terpancing. Niat untuk menyerang Hizbullah di Libanon yaitu beresiko tinggi. Karena sebelumnya Israel pernah dikalahkan oleh Hizbullah dan terpaksa keluar dari Libanon. Ketika itu Hizbullah belumlah sekuat kini dan tentu kini Hizbullah lebih jago dibandingkan dengan dulu. Disamping itu , perang dengan Hizbullah akan merusak jadwal perdamaian international. Pilihan jatuh kepada Hamas. Mengapa ? Israel ingin efek Hamas di Palestina dihancurkan biar Fatah yang didukungnya ( termasuk Arab Saudi) sanggup mendominasi kekuasaan di Palestina.
Dengan alasan perang terhadap teroris , angkatan Udara Israel melepaskan rudal kearah kendaraan Ahmed Jabari ( 46 tahun) yang sedang melaju dipusat Kota Gaza. Seketika Ahmed Jabari tewas. Hal ini memancing kemarahan Hamas lantaran Ahmed Jabari bukanlah orang sembarangan di Hamas. Ia yaitu Kepala Sayap Militer Hamas Ezz El Dine Al Qassam. Setelah itu Hamas melepaskan rudah Fajr kearah Tel Aviv. Ini yang pertama kali dalam sejarah rudal menjangkau Tel Aviv. Serangan ini menimbulkan korban rakyat sipil dan tentu menimbulkan amarah rakyat Israel untuk berdiri berperang. Inilah yang dinantikan oleh Elite Polik Israel untuk menaikkan citranya menjelang Pemilu yang sebelumnya gambaran mereka sudah rusak dihadapan Rakyat. Disamping itu , Israel berharap biar Obama lebih konkrit memperlihatkan dukungan untuk penyelesaian soal palestina yang sesuai dengan agendanya demi Israel Raya.
Dengan adanya perang dengan Hamas maka konplik diperbatasan Mesir itu terjadi dan memanas. Sesuai skenario Israel , Ini akan memancing Mesir untuk ambil pecahan dengan politik mencerai-beraikan Israel yang berniat menyerahkan Gaza kepada Mesir. Karena bagi Israel akan lebih menguntungkan Gaza ada ditangan Mesir dan selanjutnya memisahkan Gaza dari Palestina sehingga tersisa Tepi Barat dibawah dominasi Fatah. Israel berkeyakinan bahwa Mesir akan mengikuti scenario ini sesuai Grand strategynya. Benarlah , dari Washington, Uni Eropa, menaruh keinginan besar kepada Mesir untuk ambil pecahan penyelesaian konplik sesuai skenario israel. Bila scenario ini berhasil maka scenario serupa akan dilakukan terhadap Tepi Barat. Israel akan merakayasa alasan menyerang Tepi Barat untuk memancing Yordania ambil pecahan dan menguasai Tebi Barat. Dengan demikian maka habislah wilayah Palestina sebagai bangsa yang merdeka. Agenda AS dan Israel yang ingin meintegrasikan Mesir, Israel, Yordania dalam satu front tercapai sudah.
Tetapi scenario yang dipersiapkan dengan matang itu ternyata tidak terealisasi dengan mulus. Hamas tidak gampang dihancurkan secara militer. Justru perang ini menimbulkan Hamas kembali berkiblat kepada Iran dengan meminta sumbangan alat perang dan lantaran itu Brigade Al-Qassam, unit militer Hamas bisa melepaskan Rudal hingga ke Tel Aviv. Elite politik Mesir paska Mubarak yang naik berkat kekuatan Ikhawanul Muslimin ternyata tetap istiqamah untuk berada dibalik Hamas. Itu sebabnya Mesir tidak pribadi beraksi sesuai kegiatan Israel. Mesir menentukan untuk meminta kedua belah pihak melaksanakan gencatan senjata namun tetap membuka perbatasan di Rafah. Disamping itu perang saling lempar rudal ini semakin membuat panic rakyat Israel dan mereka mulai menolak upaya perang tuntas dan mendapatkan upaya Mesir untuk melaksanakan gencatan senjata. AS dan Eropa tidak bisa berbuat banyak lantaran sedang dilanda krisis ekonomi. Nampaknya Elite Politik Israel menghadapi jalan tersulit untuk meraih cita citanya namun usaha Rakyat Palestina untuk merdeka penuh nampaknya juga tidak gampang apalagi sulitnya dipersatukannya Hamas dan Fatah.
Bagaimana perilaku umat islam yang tergabung dalam OKI terhadap konplik ini ? Sudah saatnya OKI melupakan sejenak politik kepentingan global masing masing Negara. Saatnya para elite OKI mendorong terjadinya rekonsialisi antara Hamas dan Fatah untuk membangun kekuatan politik dan mempersatukan rakyat palestina; Rakyat yang ada di Gaza maupun di Tepi Barat harus diberi jalan masuk dan jangan ada lagi blokade biar mereka menjadi sebuah kesatuan; Negara OKI harus segera mengakui keberadaan Palestina yang tidak hanya berupa retorika diplomatic tapi tindakan kasatmata dengan menempatkan konsul di Tepi Barat dan Gaza; Negara OKI harus mendorong PBB biar segera mengendorsed Proposal Palestina sebagai State Observer; Seandainya ini ditentang oleh the Big Five PBB maka saatnya Negara OKI melakukan isolasi segala jalan masuk Israel dan termasuk Negara mitranya terhadap komunitas Islam. Mungkinkah ? Keliatannya hampir tidak mungkin. Karena Negara OKI atau Negara berpenduduk lebih banyak didominasi islam, terlalu cinta kepada dunia dan lupa perlunya berjihad untuk kebenaran, kebaikan dan keadilan…
Sumber https://culas.blogspot.com/