Status Palestina sebagai Pemerintahan Otoritas yang dideklarasikan pada tanggal 15 november 1994 menurut kesepakatan oslo antara PLO dan Israel. Keberadaan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza juga tidak sepenuhnya didukung oleh kekuatan politik Palestina. Tahun 2007 Hamas berhasil merebut Gaza dari Otoritas Palestina. Fatah berkuasa atas Tepi Barat Dua kelompok ini punya taktik berbeda dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hamas lebih menentukan jalur kekerasan atau tidak mengakui Israel. Namun Fatah lebih menentukan jalur diplomatic legalisasi Israel. Setelah melalui usaha yang panjang kesudahannya pada tanggal 29 November Palestina diakui sebagai sebuah Negara lewat voting di PBB. Upaya usaha diplomatic Palestina di lembaga international yang meminta dijadikan sebagai Observer state PBB yakni smart. Mengapa ? Pertama, lantaran dengan itu maka Palestina harus diakui sebagai sebuah Negara dan legitimate secara hokum International. Kedua kalau ditempuh keanggotaan tetap PBB niscaya akan di veto oleh DK PBB. Dengan status sebagai Negara maka Palestina berhak menjadi anggota lembaga multilatarel dibawah PBB dan bangun sejajar dengan Negara manapun untuk berbicara wacana hak- haknya sebagai Negara berdaulat.
Apa yang sekarang dicapai oleh Palestina merupakan proses panjang dari usaha Nasionalisme Arab terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina atau tepatnya legalisasi AS dan Barat dibawah PBB atas berdirinya Negara Israel diwilayah Palestina. Tahun 1967 terjadi Perang Arab –israel. Pihak Arab terdiri dari Mesir, Suriah, Libanon dan didukung secara tidak eksklusif oleh Arab Saudi, Kwait, Sudan, Aljazair dan Irak. Dalam perang yang hanya berlangsung enam hari pasukan Arab yang dipimpin oleh Mesir terpaksa mengakui keunggulan Israel. Akibat perang ini wilayah kekuasaan Israel bertambah tiga kali lipat yang terdiri dari Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur), dan Dataran Tinggi Golan. Batas Israel bertambah paling sedikit 300 km ke selatan, 60 km ke timur, dan 20 km ke utara. Pan Arab tidak mendapatkan kalah begitu saja. Pada oktober 1974 terjadi kembali perang yang dikenal dengan perang Yom Kippur atau Perang Ramadhan. Pada perang ini persatuan Arab dipimpin oleh Mesir, Suriah , Libia berhadapan dengan Israel. Walau perang ini pada kesudahannya dimenangkan oleh Israel namun pasukan mesir barhasil memasuki wilayah Israel dan pelajaran termahal bagi Israel bahwa mereka tidak terlalu kuat.
Sebetulnya perang tahun 1967 yakni kelanjutan dari perang Arab –Israel tahun 1948-1956 yang dikenal dengan krisis jalan masuk Suez yang sepenuhnya dimenangkan oleh Israel. Singkatnya berkali kali perang terjadi dengan korban jiwa tak sedikit dikedua belah pihak namun tak satupun dimenangkan oleh Pan Arab. Mungkin disebabkan Arab Saudi dan Artikel Babo tidak serius menunjukkan tunjangan penuh atau tidak terlibat eksklusif dalam perang tersebut yang beda dengan Mesir, Suriah, Yordan, Libia, Sudan yang terlibat langsung. Ketika Naser Jatuh dan digantikan oleh Anwar Sadat, ia melihat situasi secara keseluruhan. Bahwa perang ini yakni konyol.Ini bukan perang antara Israel dan Arab tapi antara Arab dan AS( juga Barat). Tak ada gunanya perang lagi. Saatnya berdamai dengan Israel dengan impian Mesir berhasil mendapatkan kembali wilayah yang direbut oleh Israel. Tahun 1978 perjanjian Cam David ditanda tangani dan setahun kemudian kesepakatan tenang terjadi dengan Mesir mengakui Israel sebagai Negara ditanah Palestina. Israel berjaji untuk menyerahkan Sinai kepada Mesir. Karena Perjanjian Damai itupula Anwar Sadat terbunuh oleh kelompok Islam fundamentalis.
Sejak kekalahan perang Yom Kippur, duduk kasus nasib bangsa Palestina menjadi terkatung katung. Apalagi Yordania pun sesudah itu menentukan untuk netral. Tidak lagi berniat untuk berperang dengan Israel. Karena akhir perang enam hari, Yordania kehilangan Jerusalem Timur dan Tepi Barat. Sikap Yordania menimbulkan amarah dari pegerakan Kemerdekaan Palestina ( PLO ) yang menerima kawasan di Yordania. Kelompok pergerakan berusaha untuk menggulingkan Raja namun gagal yang berakibat Raja Husein mengusir PLO keluar dari Yordania .PLO pindah ke LIbanon dan Tunisia. Suriah pun kesudahannya menentukan gencatan senjata dengan Israel namun menolak perjanjian Damai. Karena Suriah tetap menuntut dikembalikannya Dataran Tinggi Golan dan ditolak oleh Israel. Namun perilaku Suriah tidak lagi ibarat awalnya membela kepentingan Arab Palestina. Ini pula penyebab terjadi pergolakan di Suriah oleh kelompok usaha Arab- Palestina yang terdiri dari banyak sekali faksi. Arab Saudi, Kwait, Emirat Arab, Qatar, menentukan tak mau lagi ambil resiko berperang dengan Israel dan mereka menentukan aliansi strategis dengan israel ( AS/Barat) untuk kemakmuran mereka sendiri.
Saat sekarang satu satunya yang ada di front melawan Israel yakni Iran namun Iran mencar ilmu banyak dari kekalahan perang masa kemudian dari Pan Arab terhadap Israel. Itu sebabnya iran memperkuat riset persenjataan, kemandirian dibidang Ekonomi khususnya pangan dan Industri sambil memperkuat aliansi geoekonomi dan geopolitik dengan Rusia dan China. Melalui operasi intelligent yang rumit, Iran berhasil menunjukkan tunjangan kepada pejuang Palestina di libanon. Secara membisu diam memberi tunjangan senjata dan keahlian militer kepada Pejuang palestina di Gaza. Politik Arab Spring disikapi oleh Iran melalui gerakan mendasar islam syiah untuk ambil potongan dalam perubahan politik di Mesir, Libia, Tunisia , Suriah dan Irak. Agar dalam setiap perubahan politik tersebut Iran sanggup ikut mengontrol politik kekuasaan untuk bersama sama dalam satu barisan berhadapan dengan Israel. Namun ini disikapi curiga oleh Arab Saudi dan Qatar yang mendengungkan issue syiah sebagai bahaya Sunni. Itu sebabnya Suriah menjadi rebutan dampak antara Syiah dan Sunni. Liga Arab di front tersendiri menunjukkan tunjangan kepada Fatah yang tak sejalan dengan Iran, dan ini menciptakan kesatuan Rakyat Palestina terbelah menyangkut mahzab dalam Islam.
Setelah PBB mengakui Palestina sebagai Negara maka usaha berikutnya yakni bagaimana mendorong bangsa Palestina untuk bersatu dan terus berjuang secara diplomasi untuk menyudutkan Israel dalam setiap perebutan hegemoni politik diwilayah pendudukannya. Harap dicatat bahwa Israel yang didukung penuh oleh AS tidak sekuat dulu lagi. Apalagi AS sedang kesulitan likuiditas akhir krisis. Israel juga sedang mengalami krisis ekonomi. Inggeris akan lebih bahagia mengisolasi Israel dan pro Palestina biar geo economynya di TImur Tengah lebih terjamin lantaran sentimen agama islam lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Setelah Palestina menjadi negara maka China akan lebih legitimate menunjukkan tunjangan politik dan ekonomi. Upaya ini hanya akan berhasil apabila bangsa Arab seluruhnya kembali bersatu. Jangan ada lagi konpilik Sunni- Syiah lantaran semua umat islam menghadap ke baitullah. ... Mungkinkah?
Sumber https://culas.blogspot.com/Setelah PBB mengakui Palestina sebagai Negara maka usaha berikutnya yakni bagaimana mendorong bangsa Palestina untuk bersatu dan terus berjuang secara diplomasi untuk menyudutkan Israel dalam setiap perebutan hegemoni politik diwilayah pendudukannya. Harap dicatat bahwa Israel yang didukung penuh oleh AS tidak sekuat dulu lagi. Apalagi AS sedang kesulitan likuiditas akhir krisis. Israel juga sedang mengalami krisis ekonomi. Inggeris akan lebih bahagia mengisolasi Israel dan pro Palestina biar geo economynya di TImur Tengah lebih terjamin lantaran sentimen agama islam lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Setelah Palestina menjadi negara maka China akan lebih legitimate menunjukkan tunjangan politik dan ekonomi. Upaya ini hanya akan berhasil apabila bangsa Arab seluruhnya kembali bersatu. Jangan ada lagi konpilik Sunni- Syiah lantaran semua umat islam menghadap ke baitullah. ... Mungkinkah?