Sengketa Iran-Israel yang memicu kenaikan harga minyak mentah keliatannya tidak berumur panjang. Apalagi sudah ada seruan dari Menlu Eropa , Rusia, jepang untuk masuk dalam negosiasi hening soal Iran. Dan Iran membuka diri untuk masuk dalam putaran negosiasi berkaitan dengan issue sensitive . Justru keliatannya kedepan harga minyak akan melorot. Apa alasannya yaitu ? bukan lantaran komplik regional di timur tengah. Tetapi lantaran menurunnya ajakan konsumsi minyak dari Negara yang paling rakus menyerap minyak, yaitu China. Laporan Markit's Purchasing Managers' Index, China menandakan terjadinya penurunan produksi dan sekaligus juga menurunkan konsumsi akan minyak. Laporan ini lebih menohok kedalam jantung pasar minyak dunia. Karena peningkatan produksi minyak selama ini lantaran dorongan industry dan manufaktur china yang rakus energy.
Menurunnya index mengindikasikan bahwa China sudah memasuki babak jebakan krisis global. Pada waktu bersamaan Zona Eropa juga mengalami hal yang lebih parah sebagai kelanjutan putaran kedua dari crisis financial semenjak tahun 2008. Pada ketika kini Zona Eropa mulai menerapkan kebijakan memotong pendapatan nasional mereka lewat kebijakan pajak untuk mendorong pertumbuhan industry yang semakin memburuk. Atas situasi tersebut , Harga minyak mentah turun pada perdagangan di New York, Senin (23/4/2012). Minyak mentah West Texas Intermediate untuk delivery Juni turun 77 sen menjadi 103,11 dollar AS per barrel di Nymex. Sementara minyak Brent untuk settlement Juni merosot 5 sen menjadi 118,71 dollar AS per barrel di ICE Futures Europe Exchange, London.
Seorang sobat yang bekerja sebagai analisis perdagangan minyak dan emas, sempat menyampaikan kepada saya bahwa selama ini pedagang minyak merasa yakin ajakan akan minyak yang begitu tinggi sanggup dipermainkan dengan menjadikan rumor sebagai cara menaikkan harga minyak. Tetapi mereka lupa bahwa bubble industry dan manufaktur sebagai imbas dari bubble economic growth yang dipicu oleh sector moneter memakan ongkos mahal dan berujung kepada krisis structural , kini terjadi koreksi pasar yang significant menyerupai ungkapan wacana bekerjanya invisible hand pasar. Bahwa harga harus benar benar mencerminkan ajakan real. Fakta pada krisis global ketika ini menyampaikan musim yang bergerak kepada keseimbangan itu. Karena apa gunanya pedagang menumpuk minyak di bunker , produsen terus berpoduksi jikalau pada balasannya ajakan real memang terus menurun.
Apa yang sanggup kita tarik pelajaran dari keadaan ekonomi dunia ketika ini bahwa benarlah jikalau kerakusan dipertuankan maka kesombongan akan menjadi pakaian. Rasa tenggang rasa akan nasip orang lain terlupakan. Jauh sebelum krisis , Negara miskin berupaya memohon supaya dilakukan moratorium hutang mereka. Bukan untuk memperkaya orang perorang tapi hanya untuk menyehatkan APBN mereka supaya punya daya melaksanakan fungsi sosialnya bagi rakyat yang masih terbelakang. Tetapi, keinginan Negara miskin tak didengar dan tertelan oleh angin keangkuhan Negara maju bersama Lembaga Keuangan Multilateral menyerupai World Bank,IMF, dll. Aneh nya ketika krisis global ketika ini , Negara maju dengan entengnya melaksanakan bail out terhadap beban hutang corporate yang jumlahnya melebihi seluruh hutang Negara ketiga. Ini tidak adil dan memang ketidak adilan dipertontonkan.
Andaikan moratorium hutang itu dilaksanakan jauh jauh hari, tentu Negara berkembang menyerupai Indonesia dan Afrika, Amerika Latin dengan populasi yang sangat besar akan bisa berkembang. Dan populasi mereka akan menjadi penyeimbang dan sekalius penyerap kelebihan kapasitas manufaktur Negara maju. Menurunnya index manufacture ini merupakan sinyal pasar sedang bekerja untuk tercapainya pemulihan yang menyakitkan. Ketika terjadi goncangan akhir pasar menyusut maka second round crisis tak bisa dielakan, yaitu crisis manufacture. Akibat krisis di sector manufacture ini maka akan berdampak kepada semakin sulitnya penyediaan lapangan pekerjaan dan semakin banyaknya PHK dimana mana. Upaya pemerintah Negara maju untuk menjaga momentum pertumbuhan sector manufacture lewat pemotongan pajak tidak akan berhasil efektif lantaran persoalannya ada pada pasar yang tak bisa menyerap kelebihan kapasitas.
Selangkah lagi sehabis krisis manufaktur akan mengakibatkan hancurnya system kapitalisme. Karena manufaktur yang berkapasitas besar tak bisa lagi bayar bunga dan cicilan akhir pasar menyusut. Bank akan terjebak NPL berskala gigantic…Inilah babak yang sangat menyakitkan dari perjalanan panjang perilaku rakus dan sombong Negara maju. Hancur dengan sendirinya…
Sumber https://culas.blogspot.com/