Luhut: Tak Benar Ri Hidup Dari Utang!





Belakangan ramai dibicarakan soal perekonomian Indonesia yang banyak bergantung dari utang luar negeri. Apa lagi, sempat ada orasi yang disampaikan Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto terkait pemanfaatan utang yang banyak dipakai untuk impor pangan.

Benar kah RI hidup dari utang?

Berkenaan dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan punya pandangan lain soal utang.

Dalam agenda Seminar Penguatan Kapasitas Pemimpin Indonesia Guna Menghadapi Perubahan Pada masa Revolusi Industri 4.0 di Hotel Bidakara, Jakarta, Luhut menjelaskan bahwa utang pemerintah dipakai untuk pembiayaan sektor-sektor produktif menyerupai pembangunan.

Sementara itu, RI memanfaatkan sumber pendanaan lain untuk membiaya program-prgram untuk masyarakat, baik dari pajak maupun penerimaan negara lainnya.

"Jadi jikalau banyak yang bicara kita hidup dari utang itu tidak benar," kata dia, Senin (3/12/2018).

Utang yang ditanggung pemerintah pun, sambung Luhut, ketika ini dikelola dengan baik sehingga tidak membebani keuangan negara. Buktinya, Indonesia masih bisa menekan inflasi di bawah 4%-3,5%. Hal tersebut dipandang Luhut sebagai pencapaian yang baik.

Luhut juga menjelaskan pula, rasio utang RI masih tergolong rendah sebab hanya sekitar 29% dari GDP nasional.

"Sebenarnya jikalau kita lihat indikator ekonomi lainnya, Kita punya utang yang bekerjsama 29% dari GDP kita bekerjsama itu jauh dari angka yang ditentukan yakni 60%. Makara kita termasuk ke negara yang paling rendah untuk utang," kata dia.

Selain itu, ada pula kebijakan tax amnesty yang berdampak pada meningkatnya rasio penerimaan pajak nasional. Luhut menjelaskan, tax rasio RI untuk pertama kalinya ada di angka 12,1% di tahun ini. Intinya kata Luhut, penerimaan negara dari pajak meningkat sebab orang yang membayar pajaknya bertambah.

"Kenapa bertambah, sebab itu jawaban dari tax amnesty. Kita berharap, dalam 2-3 tahun ke depan tax rasio kita akan bisa 15%. Artinya jikalau 15% dari 16.000 triliun GDP kita itu kira kira kita akan bisa mendapatkan mungkin lah Rp 2.400 triliun. Sekarang penerimaan keuangan negara kita itu 83,5% atau 6% itu dari pajak dan PNBP itu kira kira tahun ini kira kira 380 sekian taun maaf Rp 400-500 triliun," terang dia. [detik.com]

Artikel Terkait