Mengapa Jokowi?

Ketika  Jokowi resmi dicalonkan sebagai Presiden oleh PDIP maka reaksi media massa international sangat positip. Bloomberg  merupakan contain provider dibidang keuangan dan diakses oleh seluruh Fund Manager didunia menulis bahwa Pasar menyukai Jokowi. Kebijakannya membangun akomodasi umum dan infrastruktur mendorong IHSG menguat. Saham Bank-Bank lokal terkerek naik. Bank Mandiri sahamnya naik 9,1 persen. Bank BRI naik 11 persen. Bloomberg mengutip Khoon Goh, senior foreign-exchange strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. in Singapore, menyebut Jokowi sebagai 'Mr. Fix It'. Begitupula Reuters yang juga merupakan portal Keuangan paling tinggi kredibilitasnya menulis bahwa pencalonan Jokowi tiba dengan cita-cita besar bisa memimpin negara terbesar di Asia Tenggara yang selama ini dipimpin dengan kebijakan yang membingungkan dan kepemimpinan yang lemah. "Dia wajah gres di politik Indonesia. Dan ia menyegarkan," kata Robert Prior-Wandesforde, ekonom Credit Suisse di Singapore.Bagaimana pendapat dari media politik dan sosial? Washington Post menulis bahwa Jokowi terkenal di kalangan rakyat miskin dan mempunyai rekam jejak yang bersih. Dan terakhir yang cukup fenomenal ialah ungkapan dari  Sidney Morning Herald bahwa Setelah Jokowi resmi menyalonkan diri maju dalam perebutan dingklik presiden, ia bisa mengubah pilihan 23 juta warga yang mempunyai hak pilih untuk ikut menentukan ( tidak golput). Semua media massa itu tidak ada afiliasi dengan politik. Kalau media massa itu berhubungan dengan politik maka mereka akan memuji HT dan ARB,  Surya Paloh sebagai raja Media TV yang juga capres.

Majalah Fortune mengeluarkan daftar 50 pemimpin paling andal di dunia. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ada dalam daftar tersebut, menempati posisi nomor 37. Malah Presiden Amerika Serikat Barack Obama gagal masuk dalam list tersebut. Majalah Fortune menilai Obama kalah bersaing dengan para tokoh Artikel Babo. Uniknya Kantor Berita Inggris BBC pernah menyebut Jokowi sebagai Obama dari Jakarta dengan menulis bahwa  Mr Widodo ialah politikus yang bersih. Seorang pemimpin yang mendengarkan keluhan masyarakat. Dia kerap disamakan dengan Presiden AS Barack Obama, bukan alasannya ialah perawakannya yang sama-sama tinggi dan langsing. tetapi alasannya ialah empatinya pada masyarakat. Dengan begitu banyaknya hujan kebanggaan dari masyarakat international , lantas apa kata Jokowi?  Dia hanya menjawab singkat bahwa ia bukanlah sekelas Obama. Dia hanyalah orang sederhana. Jokowi tidak pernah berusaha menampilkan profile kehebatannya dalam media cetak /tv/youtupe ibarat yang dilakukan oleh Prabowo dan capres Artikel Babo. Walau ia penguasa jakarta namun tidak ada satupun baleho atau poster besar yang menampilkan photonya di jalan protokol Jakarta.Beda dengan pemimpin kota/daerah Artikel Babo yang berusaha memenuhi kotanya dengan photo wajahnya dimana mana. Jokowi berusaha menghindari dari liputan media massa namun ia tidak bisa melarang media massa untuk meliputnya.  Karena UU pers menunjukkan hak kepada wartawan untuk meliput.Wartawan meliput kegiatannya alasannya ialah memang rating pembaca info tentangnya tinggi sekali. Dan wartawan wajib memenuhi ajakan pembacanya atau ia akan ditinggalkan  oleh pembaca.

Sebanyak pujian,sehebat kebanggaan tidak menciptakan Jokowi menjadi tinggi hati.Dia tidak merasa kecil jikalau harus naik pesawat kelas ekonomi dan membwa sendiri travalling bag nya. Diapun tidak merasa kecil jikalau dihujat oleh lawan politiknya dengan kata yang tidak santun. Fitnah ihwal Jokowi bertebaran dimedia massa. Dia tak ingin hujatan dibalas dengan hujatan. Fitnah dibalas dengan fitnah. Dia  lebih menentukan tidak melayani kampanye dengan cara ibarat itu. Teman yang bekerja sebagai analis di forum keuangan Asing menyampaikan kepada saya bahwa  selama Jokowi berkuasa di Jakarta dan Solo, tidak pernah ia jauh dari rakyat. Hampir setiap hari ia mendatangi rakyat,mendengar keluhaan rakyat. Hal ibarat ini tidak mudah. Siapapun boleh ngomong bahwa ini pencitraan , useless tapi tidak ada satupun pemimpin di indonesia yang bisa melaksanakan ibarat yang Jokowi lakukan.  Di Jakarta anak sekolah dari keluarga miskin bukan hanya bebas uang sekolah tapi juga menerima Kartu ATM Jakarta Pintar yang setiap bulan mendapatkan santunan uang transfort, gizi dan alat tulis sebesar Rp.240.000. Siapapun penduduk Jakarta asalkan ada KTP berhak berobat/rawat inap  gratis asalkan mau dirawat dengan standar kelas 3. Bagi keluarga miskin yang tinggal diperkampungan kumuh sekarang secara sedikit demi sedikit menerima pemberian aktivitas Kampung Deret untuk perbaikan rumah yang manusiawi dan lingkungan yang bersih. Bagi mereka yang tinggal dibantaran kali dan waduk menerima aktivitas relokasi kerumah susun dengan flexibilitas syarat sesuai dengan kemampuan warga membayar. Pedagang kaki lima dibina untuk berdagang secara formal dipasar yang disediakan dengan tarif sewa yang sangat murah.

Ya  Jokowi memang hanya bekerja untuk kepentingan rakyat miskin di jakarta sementara  orang kaya dipajaki tinggi.Pajak Bumi Bangunan (PBB) naik 100% dengan kenaikan NJOP.Tarif parkir naik.Makan direstoran kena pajak, mendatangi tempat hiburan, hotel dikenakan pajak secara online sehingga tidak bisa lagi pemungut pajak dan pembayar pajak kongkalikong. Dari itu semua DKI berhasil mendongkrak kenaikan PAD menjadi 22 triliun dan menciptakan APBD DKI menjadi Rp. 70 triliun.Diperkirakan dalam dua tahun kedepan APBD DKI akan tembus Rp. 100 trilun tentu akan lebih banyak lagi aktivitas pro rakyat akan dijalankan Jokowi. Tapi besarnya APBD DKI itu tidak otomatis bisa menuntaskan perkara banjir dan kemacetan alasannya ialah kedua hal tersebut berhubungan dengan kebijakan pemerintah Pusat.  Kebijakan traffic control ibarat pembatasan jumlah kendaraan ,perluasan jalan, pengadaan MRT , revitalisasi Waduk, Kanal Barat, Kanal Timur, terkendala oleh kebijakan dari kementrian PU, Perhubungan, Keuangan, EKUIN yang  tidak gampang di sanksi alasannya ialah bukan wewenang  Jokowi. Menurut Ahok, jikalau Jokowi menjadi Presiden terpilih maka yang paling duluan diuntungkan ialah DKI alasannya ialah Jokowi sudah tahu persoalannya secara detail sehingga gampang baginya mengeksekusi kebijakan untuk menyebabkan DKI sebagai ibukota negara berkelas dunia.

Semakin Jokowi dihujat, didiskreditkan, difitnah semakin ia menerima tempat dihati rakyat tertindas. Mengapa? Karena kita yang masuk kelompok menengah ini,  baik itu pemuka agama, cendekiawan, pengamat, politisi, pengusaha, tidak pernah mau erat kepada rakyat tertindas.Kita tidak punya reputasi lagi dihadapan rakyat tertindas alasannya ialah mereka sudah terlalu usang menderita dan kita asyik dengan diri kita sendiri. Ketidak sukaan  kita apapun dalilnya kepada Jokowi akan  membuat ia semakin menerima simpati dari rakyat tertindas. Kebencian kelompok menengah inilah yang digunakan oleh kader marhaen diakar rumput untuk menarik simpati rakyat tertindas. 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait