Sore itu Burhan tiba ke rumah Yuni. Pembantu membuka pintu pagar " Ibu sedang tidur di kamar semenjak siang tadi"
" Udah makan dia?
" Belum Pak. Sejak tiba Ibu eksklusif masuk kamar. Engga keluar lagi"
" Ya, sudah"
" Bapak mau makan?
" Engga. " Kata Burhan eksklusif masuk ke dalam ruang tamu. Dia duduk di sofa sambil nonton TV. Hanya lima menit sesudah itu, Yuni sudah keluar dari kamar.
" Uda, sudah lama? " katanya sambil tersenyum. Duduk di sebelah Burhan.
" Baru saja datang." Kata Burhan seraya membelai rambut Yuni.
" Kemarin malam Yuni takut sekali Uda. Engga bisa membayangkan Yuni akan di penjara. Sebetulnya Yuni mau Telp Uda, tapi takut Uda akan marah. Dan lagi memang engga ada keberanian. " kata Yuni sambil menunduk, tak berani menatap Burhan.
" Dan kau lebih berani Telp Yuli, putri kamu?
" Yuni takut Uda ..."
" Kamu hanya mementingkan diri kau sendiri. Seharusnya jikalau kau benar sayang dengan anak kamu, tidak seharusnya ia tahu kelakuan jelek kamu. Aku berusaha menjelaskan setiap alasan perilaku kau ke Yuli biar kau tetap idolanya. Tapi dengan insiden semalam, apalagi yang akan saya sampaikan ihwal kau seorang ibu yang harus jadi panutannya."
" Maaf Uda."
" Aku teman kamu, Yun. Apakah ada problem kau yang tidak saya selesaikan. Aku selalu ada untuk kau di dikala tersulit kau dan berusaha memaklumi kamu. Kapan saya murka sehingga melukai perasaan kamu? Apakah saya pernah menyakiti kamu?"
" Tidak pernah sekalipun Uda menyakiti Yuni. Baik phisik maupun perasaan . Tidak pernah. "
" Makara kenapa kau tidak hubungi saya ketika berurusan dengan polisi? Mengapa hubungi Yuli?
" Engga tahu Uda. Maafkan Yuni..."
Burhan terdiam. Terdengar isakan tangis Yuni. Burhan pergi ke toilet. Setelah kembali, Burhan kembali duduk di samping Yuni.
" Yun, tolong beritahu aku, apa yang harus saya lakukan biar problem kau selesai. "
" Yuni engga tahu , Uda. "
Burhan terdiam. Di rangkul nya Yuni dari samping. Yuni merebahkan kepalanya di bahu Burhan. " kenapa ya Yuni jadi begini ?
" Kamu hanya lelah dengan semua problem kamu, yang bekerjsama bukan problem rumit tapi kau yang bikin rumit. "
" Maksud Uda" Kata Yuni menatap Burhan. " jelaskan kepada Yuni, Uda"
Burhan terenyum menatap Yuni, dan kemudian menyentuh dagu Yuni. " Baik saya jelaskan kepada kamu. Ada sobat di Hongkong, ia gres saja diputuskan oleh pacarnya. Tak nampak ia stress. Apa alasannya ? Mungkin ia berpikir saya bukan orang yang sempurna untuk sobat hidupnya. Itu hak ia dan saya harus hormati. Demikian katanya dengan tenang. Ada sobat yang terpaksa menelan pil pahit alasannya yakni kemitraannya dengan investor gagal. Dia tak nampak stress. Alasannya, mungkin investor itu tidak melihat hal yang positif atas rencana bisnisnya.
Ada juga mendengar kabar anaknya gagal di terima di universitas. Dia tenang saja. Menurutnya, mungkin putranya tidak harus jadi sarjana. Ada juga sobat yang bercerai sesudah 15 tahun berumah tangga. Dia juga tenang saja. Alasannya, tidak ada yang inginkan perpisahan tapi jikalau itu terjadi selalu alasannya yakni alasan yang harus di pahami. Ada juga di PHK di dikala ia sangat butuh biaya hidup. Namun ia tidak nampak kawatir seakan final zaman datang. Dia hanya berpikir bahwa perusahaan perlu PHK dan itu hak perusahaan.
Cerita diatas sering saya temui, Yun, di banyak pergaulan. Aku menilai mereka orang-orang hebat. Tak terdengar mereka mengeluh menyalahkan orang lain dan merasa ia paling benar. Tak terdengar mereka membenci alasannya yakni itu. Mereka sudah hingga pada tahap bukan hanya menjalani hidup tapi mengenal hidup dengan rendah hati. Mengapa rendah hati? Karena mereka tidak mengutuki problem namun menarik pesan yang tersirat dari setiap problem yang datang. Hidup mereka yakni mereka sendiri yang jalani dan itu tidak ada kaitannya dengan orang lain. Itu antara mereka dengan Tuhan.
Hidup tidak menyerupai menarik garis lurus dan memisahkan jalur. Hidup menyerupai melukis diatas kanvas. Tidak ada tarikan kuas yang salah. Selalu ketika kau berpikir menarik jari ke kiri menggerakkan kuas, itulah yang terjadi dan itulah yang akan menjadi warna lukisan. Soal denah sehebat apapun kau buat diawal lukisan, ketika mulai menggerakan kuas, yang terjadi ya terjadilah. Hanya ada dua pilihan hentikan melukis atau terus melanjutkan lukisan dengan improvisasi biar yang sudah terlanjur di tores oleh kuas tetap sanggup indah dengan tarikan kuas berikutnya.
Kehidupan juga begitu. Kalau kesalahan terjadi sehingga menjadikan kegagalan, perceraian , perpisahan, kerugian , jangan berhenti. Terus lanjutkan hidup. Langkah berikutnya akan ada moment untuk lukisan hidup kau menjadi indah, walau tak menyerupai denah awal. Karenanya jangan dibentuk ruwet hidup ini dan kerjakan saja dengan cara berpikir sederhana. Bahkan beragama pun jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan akan melemahkanmu. Tuhan itu maha bijaksana dan maha pengatur. Yang ruwet itu alasannya yakni kau percaya kepada Tuhan namun perilaku hidup kau mewaspadai kasih sayang Tuhan dan lupa bahwa Tuhan itu maha bijaksana dan pengatur. Pahamkan sayang "
" Paham Uda"
" Paham apa ?
" Ya paham. Kalau Yuni harus mendapatkan kenyataan mustahil jadi istri Uda. Engga usah Uda lagi di jadikan sasaran dan impian. Ya kan? Kata Yuni seakan paham arah pembicaraan Burhan kepadanya.
" Yun, saya menyayangi mu tapi soal menikah itu tidak mudah. Kalau saya berdasarkan kan ego sebagai laki-laki , tidak sulit dan tidak dihentikan untuk punya istri lebih dari satu. Tapi nilai persahabatan kita yang telah terbangun dan saya sebagai laki-laki beristri , menikahi kau bukanlah pilihan yang bijak. Yakinlah persahabatan kita jauh lebih baik untuk kamu."
Yuni terdiam. Nampaknya ia berusaha mengerti ihwal persahabatan sehingga begitu dibela oleh Burhan. Ketika ia tanya lebih jauh , Burhan menjawab " Sahabat yakni kebutuhan jiwa, yang harus di penuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih. Dan ia pulalah naungan dan penyejukmu. Kerana kau menghampirinya dikala hati lupa dan mencarinya dikala jiwa inginkan kedamaian. Bila ia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”. Dan bilamana ia diam, hatimu mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan di gabungkan , dengan kegembiraan tiada terkirakan. Di kala berpisah dengan sahabat, kau tidak berduka ; Kerana yang paling penting bagimu yakni dia, mungkin keberadaan kau semakin utuh ketika tidak sedang bersamanya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Tidak ada maksud lain dari sebuah persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan. Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada di harapkan. Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika ia harus tahu trend surutmu, biarlah ia mengenali pula trend pasangmu. Sahabat itu Yun, bukan hanya sekedar sobat untuk membunuh waktu. Bukan sobat menyerupai itu yang harus kau dapatkan. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria menyatukan kegembiraan. Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati insan menemui fajar dan ghairah segar kehidupan. Pahamkan sayang …”
Yuni bisa memahami kata kata Burhan itu. Namun dengan kesadaran ia katakan “ Yuni disini dan Uda disana. Kita akan selalu berjarak dalam diam. Walau gelora hati ku menembus bahari dan benua , namun semua terbang terbawa sekawanan burung yang pergi entah kemana. Kini Yuni tak ingin lagi bertanya lebih jauh ihwal Uda. Biarkan Yuni cukup membayangkan kegigihan Uda menutupi kelemahanku. Melindungiku dari kebodohanku. Menjagaku dalam kealfaan. Menggiring ku kearah cahaya dimana saya harus melangkah ditengah kegegelapan. Setelah itu Uda pergi. Mengapa ? Maaf, ini bukan hendak bertanya kepada Uda. Ini hanya sekedar menutupi luka hatiku yang gagal dan salah menilai siapa Uda. Sebegitu indahkah makna persahabatan yang terpatri dalam diri Uda.Seperti apakah kira kira makna itu. Katakanlah kepadaku. Katakan.... Uda membisu ,menjauh dan berjarak, Setelah itu semua tinggal misteri bagiku, dalam hening.
Uda, setiap malam sepi ,dari balik jendela kamar kulihat bulan lingkaran putih. Tanpa bingkai mega. Di kitari oleh taburan bintang yang berkelip bagaikan kunang kunang. Semakin kupandang semakin jauh kenangan terbawa. Masihkah Uda menyerupai dulu sebelum saya menikahi laki-laki yang final nya mengecewakanku. ? mungkin tidak. Atau setidaknya Uda mengingat dalam kesadaran menyerupai kesadaran burung yang harus terbang kebenua lain berlindung dibalik trend salju. Tak ada yang istimewa, Bila harus pergi maka pergilah. Setelah itu yang ada hanyalah kepasrahan untuk sebuah pilihan yang tak bisa memilih. Tegarkah Uda ? Ah terlalu terbelakang saya bertanya menyerupai itu. Tapi bulan itu dimalam malam sepi membawaku kepada Uda. Mengenang ihwal kesadaran bahwa “perjuangan menaklukan diri tak akan pernah usai hingga final hidup menjemput” Ngeri saya mengingat itu. Uda petarung sendirian melewati jembatan yang ringkih oleh kerakusan bisnis global namun semangat Uda menciptakan dinding tebal terkoyak dan bergetar. Kadang kalah , kadang menang, kadang melayang tinggi, kadang tersungkur. Tapi saya yakin kau akan baik baik saja.
Hari ini saya harus berkata satu kepada diriku bahwa Uda bukanlah milik siapa siapa, Uda yakni milik sang pencipta. Ketika Uda mewakafkan diri Uda kepadaNYA maka Dia yang akan menjaga Uda. Lebih dari apapun didunia ini. Aku tak ingin lagi berusaha menjangkau Uda. Setidaknya doaku akan lebih khusu untuk Uda yang sendiri ditengah orang ramai. Betapa tidak ? Inilah yang tak pernah bisa kulupakan ihwal Uda. Kali pertama pertemuan kita. Tidak ada yang istimewa. Aku dengan saya dan Uda dengan diri Uda. Namun dalam perjalanan waktu , dalam kebersamaan kita, Uda tampil sebagai sahabat. Aku semakin merasa terbelakang dihadapan Uda. Namun Uda tak pernah nampak superior dihadapanku. Rasa hormat untuk saling menjaga bagaikan hembusan angin dimusim semi. Raut wajah Uda begitu bersemangat memancarkan magnit untuk kumengerti bahwa Uda peduli dengan obsesiku, dengan impianku. Ya, kan.
Malam menyerupai seolah-olah malam sebelumnya, tak beda dengan diriku yang melangkah terseok seok dijalan berliku dan berduri. Aku tak pernah henti berasa akan ada perubahan untuk nanti dan nanti. Namun saya semakin terjepit dalam asa yang tak sudah. Kini , saya lelah dan sangat lelah. Benar kata Uda bahwa mungkin segala hal saya bisa hadapi tapi soal waktu saya tak bisa berbuat apa apa. Ditengah kegalauanku itulah Uda tiba menemuiku. Selalu begitu. Kita saling tersenyum melangkah kekorsi dipinggir dermaga tanpa saling bertatap. Kita asyik dengan lamunan kita. Rasanya kita ingin menumpakah semua rindu itu dalam imajinasi kita yang bersetatapan.
“ Besok saya harus kembali ke Holding di Hong kong. “ kata Burhan. Kemudian membalikan tubuhnya menghadap kepada Yuni.
“ Secepat itukah ? Tanya Yuni
“ Ya. Besok jam 2 sore pesawatku.“
“ Uda tahu.. Berulang kali Yuni mencoba melupakan Uda. Tapi tak pernah saya bisa berkompromi dengan diriku sendiri. Uda terlalu berharga untuk dilupakan. Karena tak ada satupun alasan bagiku untuk melupakan Uda Sungguh. Kini here I am.! . “ Kata Yuni
“ Ya saya tahu itu.. “
“ Uda! Setiap berdiri pagi yang pertama saya pikirkan yakni Uda. Aku tidak tahu mengapa selalu begitu. Wajah Uda selalu terbayang. Maafkan saya ,Uda. Aku terlalu naïf bila harus selalu berbohong atas perasaanku. “ Yuni berhenti bicara namun pancaran wajahnya menusuk jantung Burhan Mungkin Yuni berharap Burhan menimpalinya. Namun Burhan hanya diam.. Burhan mengalihkan pandangannya ketempat lain. Kemudian melangkah agak menjauh dari kawasan Yuni duduk.
“ Uda, tahu ..! seru Yuni hingga menciptakan Burhan terkejut. “ Yuni tahu yakni bukan sifat Uda untuk pergi ketika kesulitan datang. Yuni dan Yuli banyak bergantung pada Uda. Sementara , Uda selalu bahagia membantu dan tidak pernah terganggu bila kadang kami mulai mengacuhkan Uda.. Ketika kami kawatir dengan hidup ini , Uda hadir dengan senyum hangat untuk meyakinkan bahwa semua akan baik baik saja. Uda terlalu baik ,…terlalu baik. “ Yuni nampak menahan tangis namun airmata nampak mengambang dipelupuk matanya.
“ Sekarang…inilah Yuni. “ kata Yuni. Sambil merentangkan tangannya. Burhan menyambutnya dengan memeluk Yuni. “ Aku bahagia bila pada akirnya kita sanggup saling mengerti, Yun.”
“ Terimakasih Uda…” Dengan air mata berlinang
“ Ya….Yun. Gimana jikalau ikut saya ke Hong Kong. Mungkin bisa menenangkan pikiran kamu. Sayang apartement kau di Hong Kong di anggurin aja. Kamu bisa lihat keindahan senja di Harbour View Horizon, Ya kan” kata Burhan seraya melepaskan pelukannya dengan senyum tulus.
Burhan melihat Yuni menangis dan berdiri dari tampat duduk, melangkah ke arah kamar. Burhan hanya melamun tanpa harus mengikuti langkah Yuni ke dalam kamar, dan Burhan menentukan pergi ke arah pintu untuk pulang.
***
Yun, satu hal yang sanggup kuungkapkan kepadamu bahwa Allah memberiku begitu banyak maka ini yakni berkah dan sekaligus beban. Kecintaanku kepada teman dan siapa saja hanyalah untuk lebih pandai bersyukur. Semuanya kulakukan hanya alasannya yakni cinta dan cinta. Bukan problem siapa memanfaatkan siapa tapi lebih kepada kepedulian ketika kita bisa berbuat lebih kepada orang yang terdekat pada kita. Semoga perjalanan waktu sanggup menciptakan kau menyadari bahwa kecintaan persahabatan begitu agung ketika kita sanggup bersikap dengan terang tanpa pamrih. Tapi kata kata Burhan terbang terbawa angin sore. Yuni di kamar dan Burhan berlalu, menjauh...Namun akan selalu ada untuk Yuni sebagai sahabat.
Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/