Salahkah Aku Menentukan Ahok..?


Ada inbox masuk ke saya dari seseorang. Saya tak perlu sebutkan namanya alasannya yaitu dia memberikan melalui jaringan pribadi. Saya tidak perlu minta izin kalau tulisannya akan saya muat dalam blog ini. Karena dia sendiri sudah memberikan “ Bapak silahkan muat di blog atau fb tapi jangan sebut nama saya.” Dia hanya ingin sekedar saya tahu bagaimana sikapnya. Apakah saya salah , pak ? Katanya di final tulisannya. 

Pak..
Saya seorang Pria. Terlahir dari keluarga sederhana. Kedua orang renta tidak sarjana. Mereka orang biasa saja. Namun lima orang kami bersaudara semua sarjana. Hidup kami semua mapan. Tiga orang jadi pengusaha , dua jadi pegawai swasta. Kami dari keluarga muslim. Sedari kecil kami di ajar dengan agama. Kelima kami sudah khatam Al Alquran dalam usia 6 tahun. Usia 7 tahun kami sudah membiasakan sholat dan di awasi ketat oleh kedua oran renta kami. Ketika masuk bulan ramadhan dari usia enam tahun kami sudah di ajar berpuasa secara penuh. Ibu saya selalu menasehati kepada para putrinya “ Kalau ada laki-laki yang menyayangi mu, pastikan kau seiman dengannya. Soal kaya, atau titel tidak penting. Yang penting kau tahu dia berakhlak baik dan mau bekerja keras sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai suami.” 

Ayah saya menasehati kami semoga niatkan pergi haji bila kelak kami bisa mandiri. Usahakan pergi haji sebelum kalian menua. Alhamdulilah, kami semua sudah pergi haji. Kedua orang renta kami sudah diatas usia 80 tahun. Namun mereka tetap sehat walau sudah sepuh. Mereka tetap tinggal di rumah di mana kami pernah tinggal di besarkan oleh mereka dengan cinta. Kami lima bersaudara bergantian menjaga kedua orang renta kami dan juga menanggung kebutuhan hidup orang renta kami.  Ilmu agama kami tidak luas. Karena waktu kami lebih banyak di sibukan dalam keseharian. Jarang sekali kami menghadiri majelis taklim. Jarang sekali kami menghadari ceramah mingguan di masjid. Jangan tanya kepada kami apa itu surat Al Maidah 51 atau apalah.  Kami tidak paham. Kalaupun di jelaskan, tetap terlalu jauh dari jangkauan kami.

Pak, kami tidak tahu apakah kami pantas masuk sorga atau menuju neraka bila kami bersikap terhadap Ahok. Yang niscaya pilihan kami sudah tetap kepada Ahok. Karena kami di besarkan di Ibu Kota. Dari kecil hingga sekarang usia diatas 40 tahun, kami sebagai saksi wacana geliat pembangunan di Jakarta. Kaprikornus kami bisa tahu niscaya perbedaannya semenjak Gubernurnya Ahok. Dalam waktu singkat dia menjabat sebagai Gubernur , banyak yang telah di lakukannya yang tak pernah terpikirkan apalagi di kerjakan oleh gubernur sebelumnya. Mengapa dia harus di hentikan hanya alasannya yaitu dia mengucapkan " sesuatu dengan niat baik " sebagai response atas retorika lawan politiknya yang melarang orang muslim menentukan pemimpin non muslim.? Mengapa? 

Kedua orang renta saya menasehati kami bahwa " tidak perlu terlalu di pikirkan pendapat orang wacana Tafsir Al quran. Itu terlalu rumit kau pahami. Tapi tanyalah hatimu. Kemudian bersikaplah sesuai kata hatimu. Karena di dalam hatimulah Tuhan itu ada. DIA akan meniupkan kebenaran untuk kau patuhi. Bagaimana dengan pendapat MUI bahwa Ahok telah menistakan Agama dan wajib  di aturan ? tanya saya. Ayah saya mengatakan, bahwa " semua orang bisa saja salah. Tidak ada insan yang sempurna. Maafkan dan lupakan. Sebagai warga negara Ahok akan menghadapi proses hukum. Doakan saja hal yang baik untuk Ahok. Yakinlah yang tahu hati kecil Ahok hanya Allah. Kalau dia benar maka Allah akan menolongnya. Hanya Allah sebaik baik penolong." 

Benarkah itu ? Saya percaya sama orang renta saya daripada orang orang di luar sana yang piawai merangkai dalil AL Alquran dan hadith, yang ketulusannya masih di pertanyakan. Sementara saya mengenal dogma dan agama dari kedua orang renta saya. Dari cinta dan ketulusan mereka mendidik saya, hidayah tiba kepada saya. Orang bilang saya islam KTP, biarlah. Yang terang yang tahu niat kami beragama hanya Allah. Cukuplah Allah sebaik baiknya penilai.

Saya tahu begitu banyak seruan teman untuk ikut tausiah.  Namun saya lebih menentukan beragama secara sederhana saja. Sholat tepat waktu, puasa senin kemis, berzakat, pergi haji. Hanya itu yang saya pahami dalam beragama. Selebihnya, biarlah saya melangkah dengan keyakinan saya sebagai ayah, suami, anak dan anggota masyarakat. Sebagai suami saya harus bekerja keras mendapat rezeki halal untuk menafkahi anak istri,  merawat kedua orang renta saya dengan cinta, dan mendermakan sebagian harta saya , membantu saudara jauh yang miskin untuk mendapat kesempatan pendidikan dan terlindungi dari kemiskinan alasannya yaitu yatim. Itu aja.

Di tengah hujatan terhadap Ahok, hati saya semakin kokoh untuk menetapkan pilhan kepada Ahok. Kata orang dengan menentukan ahok sama saja menentang Al Alquran dan itu neraka! Pak, kalau membenci Ahok dan menghukumnya, hadiahnya sorga maka sebaiknya saya tidak perlu sorga. Saya hanya merindukan Tuhan yang Maha Pengurus , pengasih Penyayang. Saya hanya merindukan Allah tanpa berharap sorga atau neraka. Di manapun Allah ridho menempatkan saya, itulah sebaik baiknya untuk saya. Apakah saya salah ? 

***
Saya membalas inbox nya dengan menegaskan bahwa kau tidak salah. Tahukah kau Dik, bahwa nikmat yang luar biasa yang di berikan ALlah kepada insan yaitu fasilitas dalam melakukan Agama ( QS. Al-Baqarah 185). Rukun islam itu hanya lima saja. Tak banyak. Gampang kan. Kamu telah melakukan rukun islam dengan menyempurnakannya pergi haji. Kamu juga tidak menganggap penghasilan semua untuk keluargamu, tapi kau utamakan kedua orang tuamu, dan kau dermakan juga sebagian penghasilanmu untuk mereka yang tidak mampu, dan itu kau utamakan mereka yang bersahabat denganmu. Itu sudah tepat. Saya yakin semua itu kau lakukan dengan tulus alasannya yaitu ke-imanan mu sesuai rukun Iman yang hanya enam saja.

Soal Surat Al Maidah sesuai himbauan MUI, sikapmu juga sudah benar, bahwa kau sebaiknya tanyakan kepada hatimu. Tahukah kau Rasul pernah bersabda “..Minta fatwalah kepada hatimu dan mintalah aliran kepada dirimu. Kebajikan yaitu apa yang mengakibatkan jiwa dan hati merasa tenang, sedangkan dosa yaitu apa yang terombang-ambing di dalam jiwa dan dada meskipun orang-orang memberimu fatwa.” (HR Ahmad). Beragamalah dengan nyaman Dik, berbuatlah apa saja yang menciptakan hatimu hening sebagaimana hadith “ Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw wacana kebajikan dan dosa, kemudian dia (Rasul saw) menjawab; “ Kebajikan itu yaitu adat yang mulia dan dosa itu yaitu apa yang bertengger di dadamu sementara kau tidak senang  orang-orang mengetahuinya.”” (HR Muslim). Kalau alasannya yaitu ada orang memakai tafsir untuk membenci dengan nafsunya maka menghindarlah. Karena pikiran yang jelek apapun dalihnya, bukan adat yang mulia, Dik

Doa saya untukmu saudaraku. Mari kita tundukan hati dengan khusu hanya alasannya yaitu Allah dan saling mendoakan semoga terhindar dari aklak jelek alasannya yaitu beragama dengan nafsu…

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait