Adat Dan Agama

Kemarin sore sahabat aku dan juga kawan aku dari Shenzhen khusus tiba ke KL untuk mendampingi aku rapat dengan relasi saya. Dia memberi aku mooncake atau masakan ringan cantik bulan. Kue ini di beli oleh istrinya untuk saya. Festival mooncake (kue bulan) untuk tahun ini jatuh pada tanggal 8-15 September dan menjadi perayaan istimewa dalam menyambut datangnya animo gugur. Selama 10 tahun erat , beliau selalu tidak lupa memberi hadiah mooncake. Baginya aku bukan lagi sekedar sahabat tapi juga keluarga. Pemberian mooncake itu sebagai wujud kebersamaan yang tak boleh di pisahkan oleh waktu dan tempat. Yang jauh dan dekat akan berkumpul untuk selalu mensyukuri kehidupan ini, dan itu di tandai dengan makan masakan ringan cantik bulan bersama sama. Di China, bazar masakan ringan cantik bulan menjadi perayaan besar kedua sehabis hari raya Imlek.

Pernah waktu ulang tahun istimewa istri saya, beliau menghadiahi istri aku kalung emas dengan icon kelinci sesuai shio saya. Menurutnya itu sebagai ujud semoga istri aku selalu menjadi sahabat aku dalam susah maupun senang. Sayapun memperlihatkan penghargaan khusus bagi beliau dan istrinya. Baik dalam momen perayaan keagamaan Islam maupun program keluarganya. Dia mendapatkan dengan bahagia hati dan merasa tersentuh dengan perilaku saya. Kami berbeda budaya , agama, dan tentu beda bangsa namun melalu tradisi dan budaya masing masing kami di persatukan. Mengapa? Karena budbahasa mengajarkan cinta dan kasih sayang , dan agama menanamkan keyakinan itu.

Orang minang di didik oleh adat 

Nan kuriak iyolah kundi (Yang burik ialah kundi)
Nan merah iyolah sago (Yang merah ialah sega)
Nan baiak iyolah budi (Yang baik ialah budi)
Nan indah iyolah baso (Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek basandi (Kuatnya rumah alasannya yaitu sendi)
Rusak sandi rumah binaso (Rusak sendi rumah binasa)
Kuek bangso karano budi (Kuatnya bangsa alasannya yaitu budi)
Rusak budi bangso binaso ( Rusak budi bangsa binasa)

Di Minang apabila orang tidak berbudi maka akan di katakan " tidak beradat". Itu akan sangat menyakitkan. Mengapa tidak di katakan tidak ber agama? Karena apabila budbahasa tidak di pakai maka orang itu hakikat nya tidak punya keimanan kepada Tuhan. Dia beriman hanya di lisan tapi dalam pergaulan nya beliau di tolak alasannya yaitu tidak beradat sehingga orang menjauh dan tentu rezeki pun semakin sulit di dapatnya. Kalau kita beriman maka seharusnya agama berkata , budbahasa memakai. Antara budbahasa dan agama menyerupai gelas dan tatakan. Air minum di dalam gelas akan nampak " sopan " jika di hidangkan dengan tatakan. Ya, bangsa berpengaruh alasannya yaitu susila  budi pekertinya indah.

Anak ku , hiduplah teposaliro, tenggang patenggangkan, sakit di orang sakit pula di kita. Senang di orang bahagia pula kita. Semua kembalikan ke diri kita. Hiduplah beradat semoga agamamu menjadi indah dan hiduplah cerdik semoga mati beriman.
Pahamkan sayang

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait