Pengantar
Saya mulai memperhatikan Amin Rais sebagai tokoh nasional ketika ia ikut dalam pemilihan ketua Umum PP Muhammadiyah. Saat itu banyak tokoh Muhammadiyah yang lebih senior dari dia. Ketika itu AR mencoba mengangkat wacana biar pengurus Muhammadiah digaji ibarat ormas Artikel Babo. Tapi akseptor muktamar secara kuorum menolak keras. Alasannya prinsip Muhammadiah dalam berjuang tetap mengikuti semangat KH. Ahmad Dahlan. Bahwa hidup hidupkanlah Muhammadiah tapi jangan mencari hidup di Muhammadiah. Tapi muktamar Muhammadiyah di Aceh tahun 1995 pada kesannya memilih Amin Rais sebagai ketua umum. Sejak itu keberadaannya sebagai pimpinan ormas terbesar kedua di Indonesia semakin di perhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional.
Belakangan aku dengar kabar bahwa ada intervensi Soeharto dalam muktamar yang berpesan biar AR sebagai ketua umum. Mengapa ? Karena dikala itu AR yakni tokoh intelektual Islam yang mendukung pendirian ICMI yang digagas oleh Soeharto. Sementara Gus Dur terang menolak keberadaan ICMI. Alasannya lantaran ICMI akan menggembosi Islam tradisional untuk kepentingan penguasa. Kaprikornus dengan hadirnya Muhammadiyah dibawah pimpinan AR sebagai pendukung ICMI maka legitimasi moral pemerintah Soeharto menghadirkan ICMI di panggung nasional semakin kokoh. Ketika itu PDIP dibawah Megawati sedang di zolimi oleh Orde Baru namun tak nampak Amin Rais membela. Arus kekuatan akar rumput PDIP terus bergerak dibawah tanah melawan rezim Soeharto. Banyak kader PDIP yang diculik oleh Militer.
Langkah Awal bermain.
Keadaan perpolitikan semakin memanas dan ibarat bola salju dengan mulai retaknya kekompakan Tentara Nasional Indonesia mendukung rezim Soeharto. Hal ini disebabkan praktek KKN semakin massive dan permissive ketika itu. Tentara Nasional Indonesia menilai Soehato tidak lagi berada dijalur benar sesuai amanah rakyat. Itu terjadi di tahun 1996. AR membaca situasi ini dengan baik dan mulai angkat bicara berseberangan dengan Soeharto dan mencapai puncaknya ketika terjadi angin ribut moneter akhir serangan George sorros melalui hedge fund nya tahun 1997. Ekonomi oleng. AR semakin yakin sanggup menjatuhkan Soeharto apalagi beberapa petinggi militer dan Golkar melihat AR sanggup mempersatukan kekuatan Islam biar proses suksesi sanggup berlangsung lembut. Benarlah. Berkat loby AR, Gus Dur dan tokoh islam Artikel Babo siap mengawal suksesi itu. Mekanisme nya di setujui oleh Pak Harto dengan hadirnya tokoh Islam di istana.
Tapi entah mengapa prosedur itu terlupakan. Ini tidak lepas dari tugas Golkar yang tidak ingin proses suksesi ibarat skenario Pak Harto melalui kekuatan barisan Islam. Akibatnya suhu politik semakin memanas dan memuncak di tahun 1998 dengan keterlibatan agresi Mahasiswa yang dimanfaatkan secara anggun oleh AR diatas panggung politik nasional. AR menjadi icon pejuang reformasi. Tapi sesungguhnya Gerakan Mahasiswa tidak semuanya percaya dengan AR. Ketika itu ada dua gerakan Mahasiwa yaitu Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta (FKSMJ) dan Forum Kota. Demo akbar itu sesungguhnya tidak lah tiba mendadak. Forum kota yang telah bergerak sebelum puncak demo dengan tidak sedikit anggotanya di bui dan diculik tetap menolak AR diatas panggung. Mereka bilang AR memotong di tikungan.
Soeharto Jatuh.
Meski begitu, mahasiswa tetap bersatu menyuarakan tuntutan yang sama: lengserkan Soeharto. Aksi mahasiswa mencapai momentumnya pada 18 Mei 1998, ketika ribuan mahasiswa mengepung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Sudah sanggup ditebak bahwa Soeharto jatuh sesuai kompromi politik antara Golkar dan ABRI. Gerakan mahasiswa hanya gendang mengiringi tarian para politisi. Yang naik yakni Habibie yang dikawal penuh oleh ABRI dibawah Wiranto.AR hanya dimanfaatkan saja. Tidak ada perubahan rezim. Yang berganti hanya Presiden. Mahasiswa kembali ke kampus sesudah Soeharto jatuh. Tapi lembaga kota yang pro PDIP terus melanjutkan usaha melawan rezim Habibie sebagai kelanjutan rezim Orba.
Bubarnya barisan Islam.
Sementara tokoh reformasi sibuk membentuk partai untuk ikut dalam pemilu berikutnya merebut kekuasaan secara demokratis konsitusional. Saya sempat mendengar kisah dari tokoh NU yang belakangan jadi pendiri PD, pernah ada janji dari semua ormas dan tokoh Islam untuk menghidupkan kembali Partai Masyumi ( adonan NU dan Muhammadiah dan ormas Islam Artikel Babo). Ini digagas oleh Yusril. Sempat janji itu tercapai bulat. Bahkan demi gagasan itu Yusril siap mundur sebagai ketua Umum PBB ( Partai Bulan Bintang) asalkan AR bersedia memimpin gerakan Islam dengan menjadikan PBB sebagai reinkarnasi Partai Masyumi untuk menguasai panggung politik nasional.
Tapi apa yang terjadi kemudian ? Hanya beberapa Jam sesudah janji itu dibuat, AR muncul di TV dengan rencananya mendirikan Partai Amanat Nasional ( PAN). Alasan yang dibuatnya " baju aku kebesaran untuk memimpin PBB. "Bisa dibayangkan bagaimana kecewanya ormas dan tokoh Islam ketika itu. Momentum bersatunya kekuatan Islam bangun di panggung nasional hancur begitu saja. Akibatnya ormas Islam masing masing mendirikan partai. Bahkan muhammadiyah sebagai basis massa AR punya dua matahari kembar. NU juga mendirikan partai bukan hanya PKB tapi ada yang lain. Barisan Islam pecah dan dengan gampang kalah di pemilu 1999. PDIP unggul sebagai pemenang Pemilu. Andaikan gagasan tokoh islam menghidupkan kembali Partai masyumi tidak di bajak AR, kemungkinan besar Partai Masyumi sanggup menang dan mungkin hingga kini Partai Masyumi tetap yang terbesar. Sehingga kiprahnya sangat significant dalam perpolitikan Indonesia.
Menjegal megawati dan Menelingkung Gus Dur.
TNI dan Golkar tak ingin PDIP tampil di panggung kekuasaan. Maklum lantaran PDIP yakni musuh Orba. Karena itu kembali AR dimanfaatkan untuk menggalang koalisi partai Islam di MPR guna menghadang Megawati jadi Presiden. Dan sukses dengan unggulnya Poros Tengah dalam voting menentukan Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati sebagai wakil. Amin Rais sebagai ketua MPR. Namun apakah itu selesai? Tidak. Kembali AR bersama Golkar menggoyang kekuasaan Gus Dur dengan meng-impeach Gus Dur lewat pendapat MA dan keputusan rapat pleno MPR. Gus Dur jatuh. Publik hanya tahu Gus Dur jatuh lantaran kasus Bulog gate tapi sesungguhnya lantaran ia menuntut Personal Guarantee atas BLBI yang diterima oleh konglomerat hitam. Dan ini menciptakan berang konglomerat hitam yang sebagian besar terkoneksi dengan Golkar. Megawati naik mengganti Gus Dur sebagai Presiden. Namun sebagai ketua MPR, AR mengeluarkan tap MPR yang berkaitan dengan penyelesaian BLBI. Alasanya sebagai kelanjutan dari kebijakan Pak Harto. Dan ini secara konstitusi harus dilaksanakan oleh Megawati.
Ambisi Kaprikornus Presiden.
Tahun 2004 Pemilu diadakan. Berkat sumbangan pembiayaan dari Sutrisno Bachir dan mitra kawan, AR maju sebagai Capres dengan mengusung wakil Siswono. Namun dengan gampang AR kalah dalam putaran pertama dan yang unggul yakni SBY- JK. Mengapa ? sanggup ditebak lantaran basis massa nya di Muhammadiyah digembosi oleh adanya matahari kembar. Setahun sesudah itu hasil Munas PAN, AR mundur sebagai ketua PAN digantikan oleh sahabatnya yang banyak membantu secara financial usaha mendirikan PAN, Sutrisno Bachir. Namun sesudah itu AR tetap tidak Happy dengan terpilihnya SBY sebagai Presiden. Dia paling vokal soal kasus century. Namun entah mengapa sanggup diredam oleh Hatta Rajasa yang bersahabat dengan SBY. Saat itu perilaku AR sudah mulai melunak. Tentu menciptakan Sutrisno Bachir kecewa, apalagi ia gagal menjadi capres. Benarlah, tahun 2010 , Sutrino Bachir tersingkir sebagai ketua Umum PAN digantikan oleh Hatta Rajasa yang menerima sumbangan financial dari SBY. Dan AR sepakat PAN berkoalisi permanen dengan PD mendukung kepemimpinan SBY.
Pemilu 2014 , Sutrisno Bachir bergabung ke kubu Jokowi menjadi Tim sukses. Mengapa Sutrisno Bachir tidak mendukung PS-Hatta Rajasa ? Mungkin Sutrisno Bachir lebih tahu siapa itu Hatta Rajasa dan siapa itu Amin Rais. Setelah Hatta Rajasa gagal dalam pileg, perseteruan dengan AR semakin terbuka terutama ketika PAN main mata dengan Koalisi Indonesia hebat. Dan memuncak dengan tersingkirnya Hatta Rajasa sebagai ketua umum PAN dalam munas 2015 dan digantikan oleh Zulkifli Hasan.
Kesimpulan.
1. Walau PAN didirikan dengan niat mulia namun dalam prakteknya lebih pragmatis. Diantara pendiri dan pengurus tidak punya visi yang sama. Terbukti perseteruan selalu terjadi sehingga kalau awalnya banyak kader andal hebat belakangan satu persatu hengkang.
2. Amin Rais bertanggung jawab hilangnya momentum bersatunya barisan Islam disaat sejarah menunjukkan peluang untuk bersatu merebut Panggung politik nasional. Sampai kini mengakibatkan luka sejarah bagi NU. Makanya NU tidak akan pernah percaya dengan manuver AR.
3. Bila hingga kini, AR tetap tidak suka dengan Jokowi bukan lantaran alasan idiologi tapi lebih hanya ingin menarik perhatian lawan Politik PDIP biar memberinya panggung untuk bermain politik. Juga kebencianya kepada PDIP tidak sanggup dipisahkan dari koneksinya dengan ex rezim ORBA.
4. Dukungan selama pemerintahan SBY periode kedua, tidak sekalipun AR vokal , bahkan tidak banyaomong atas perilaku SBY menciptakan MOU dengan Freeport padahal sudah ada UU Minerba. Tentu ini tidak gratis.
5. Di masa Jokowi, agresi bela islam 411, 212 sebagian besar yakni massa dibawah binaan Bachtiar Nasir yang juga DPP Muhammdiyah dan AR yakni bintang film dibalik itu semua. AR mengecam Jokowi tunduk dengan gila padahal Amandemen Undang-Undang Dasar 45 sangat kental dengan pro asing. Ketika itu AR sebagai ketua MPR. Dan Jokowi berhasil mengembalikan hak rakyat lewat keputusan perihal Freeport, migas dan lain lain.
6. Kita Tidak tahu apa sesungguhnya yang hendak dituju oleh AR. Apakah memperjuangkan Islam? juga tidak. Apakah memperjuangkan keadilan, juga tidak. Kaprikornus apa ? biarlah itu urusan ia dengan Tuhan. Semoga ia sehat selalu dan khusnul khotimah