Berpacu Dengan Waktu.?

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia 1,49 persen setiap tahun. Artinya jumlah penduduk bertambah setiap tahun sebanyak 4,5 juta. Itu sama dengan satu negara Singapura. Jadi, jika 10 tahun, ya 10 negara Singapura. Terlambat saja pemerintah meng-eskalasi pembangunan maka penambahan jumlah penduduk ini akan menjadi bahaya serius. Dalam banyak pembangunan di negara berkembang mengalami kegagalan alasannya yaitu pemerintah terlambat mengeskalasi pertumbuhan ekonomi. Atau kalah cepat dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas sarana umum maka pertumbuhan penduduk itu akan menghancurkan pembangunan yang sudah ada.

Mau pola ? Pada awal jalan toll jakarta -Bandung di bangkit tahun 2003 , waktu tempuh hanya 1,5 jam. Tapi kini waktu tempuh dapat 2,5 jam. Bahkan jika hari libur dapat mencapai 6 jam. Mengapa ? Jalan tetap itu itu juga tapi jumlah penduduk terus bertambah. Kalau kemacetan ruas jalan toll Jakarta Bandung itu di hitung sumber daya yang hilang , ibarat materi bakar maka mungkin nilainya sudah dapat membangun 3 ruas jalan toll jakarta bandung. Itu gres materi bakar. Belum lagi biaya perawatan jalan toll yang terus meningkat alasannya yaitu arus kendaraan yang padat. Contoh lain yaitu Jakarta. Ada jutaan kendaraan yang terjebak macet setiap hari. Teman saya sebagai konsultan bisnis pernah berkata kepada saya bahwa pemborosan materi bakar jawaban kemacetan jakarta dalam setahun dapat membangun MRT ibarat Singapore.

Benarkah ? Bank Dunia (2012) mempublikasikan Logistic Performance Index yang menempatkan kinerja sektor logistik Indonesia pada urutan 59 dari 155 negara. Posisi yang jauh di bawah dibandingkan dengan negara tetangga, ibarat Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, maupun Filipina yang mempunyai kondisi geografis relatif sama dengan wialayah nusantara. Pemborosan jawaban tidak tersedianya sarana umum itu mencapai 20-25% dari PDB. Jika dihitung dengan PDB tahun 2010 sebesar Rp 2.310,7 triliun maka nilainya sekitar Rp 500 triliun setahun.,Kalaulah pemborosan itu digunakan untuk membangun jalan , pelabuhan, bandara maka kita sudah usang punya jalan toll trans sumatera, kalimantan, papua, sulawesi dan pelabuhan berkelas dunia.

Ketika Jokowi terpilih sebagai presiden, bahaya pertumbuhan penduduk ini disadarinya betul. Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali memacu pembangunan sarana umum. Ya jika berkali kali Jokowi bilang “ Kita berpacu dengan waktu “ maka itu bukan hanya sekedar retorika. Tapi benar benar bahaya aktual di hadapan kita. Bila sehari saja terlambat mengambil keputusan untuk mengeksekusi pembangunan sarana umum maka dampaknya sangat luas dalam skala nasional. Ada jutaan bayi lahir setiap tahun yang harus di sediakan sarana dan prasarana, sementara penduduk yang telah ada masih jauh dari ketersedian layanan pemerintah menyediakan sarana umum. Makara benar benar to be or not to be.

Bila pembangunan sarana umun di kebut setiap hari dengan anggaran yang setiap tahun terus menigkat, bukanlah untuk agenda pencitraan tapi tak lain menebus kesalahan pemerintahan sebelumnya yang selalu lambat mengambil keputusan yang berdampak pemborosan terhadap sumber daya yang ada. Kini di periode Jokowi, yang mangkrak di periode pemerintahan sebelumnya di selesaikan, yang masih rencana di eksekusi, yang belum ada, di created dan diperluas. Singkatnya tiada hari tanpa kerja, dan tentu goncangan politik terjadi jago alasannya yaitu membangunkan orang lagi asyik tidur yang ingin terus bermimpi. Tapi the show must go on.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait