Cintailah Saya ( 4)


Setelah mengadakan rapat singkat di kantor dan menunjuk salah satu stafnya di kantor sebagai wakil dirut, Jessica pribadi ke Bandara. Dia ada niat untuk menelphon Dono namun hasilnya niat itu di hentikannya. Dia merasa bukan hal yang penting bagi Dono kepergiannya. Ini hanya duduk perkara rutinitas kerja. Dia harus terbang ke Hanoi terlebih dahulu untuk bertemu dengan Staf  Dono yang di tugaskan untuk membantu persiapan membuka pabrik di Ho CHin Min. Rencana paling lambat seminggu ia harus sudah menempati rumah yang disediakan oleh team Dono di Ho Chi Min. Tentu berikutnya yakni proses kerja yang tidak mudah. Dia harus mendapat kawan lokal untuk mendukung pendirian pabrik, mengurus izin, mempelajari semua aspek legal berbisnis di Vietnam. Rekrut SDM dan mendapatkan suplly chain dan jasa pendukung dari pengusaha lokal. Masih panjang lagi proses yang harus ia lalui. Waktu yang disediakan Dono hanya 4 bulan. 

***
Malam merangkak begitu lamban di antara deru terbang burung layang-layang. Langit merah jambu menyelubung Hanoi. Hening mengepung diri jessica yang terkurung di sebuah kamar hotel berbintang. Hampir sepekan dia  berada di negeri yang kini berbenah. Dia jadi teringat akan Dono. Terakhir bersama dengan Dono di Singapore membekas rindu tak bertepi. Apakah Dono sanggup memahami betapa ia selalu merindukan kehangatan itu. Entahlah. Jessia sadar, itu lebih baik daripada ia bersenggama dengan orang yang tidak ia cintai.  Tapi kini entah mengapa ia juga merindukan laki-laki lain. Robert , laki-laki yang belum seminggu di kenalnya. Pria berkwarga negaraan Canada yang ramah dan tahu menghormatinya sebagai orang kepercayaan Dono. Setiap Robert bicara ia terpesona. Kelembutan pancaran matanya mengesankan ketulusan. Tidak ada amarah dan curiga di mata itu. Entah kanapa ini kali pertama ia jatuh cinta, sesudah dengan Dono yang tak berbalas. Tapi kali ini ia tak akan bertempuk sebelah tangan. Dia yakin Robert menyimpan perasaan yang sama. Hanya saja belum berani menyampaikannya. Maklum terlalu cepat untuk menyimpulkan cinta bagi seorang pria. Dia maklum dan menanti. 

Jessica tahu, Robert sudah beristri dan punya anak satu dari perkawinannya yang kandas.  Dia janda dan Robert duda. Dua sosok bertemu dalam situasi yang tepat. Tidak ada yang salah bila takdir bersua untuk mereka. Kebersamaan selama ini hanya terkesan formal dengan posisi Robert sebagai penghubung Holding Company Dono dan ia sebagai orang yang mendapat kiprah mempersiapkan pendirian pabrik di Ho Ci Minh. Itu sebabnya, setiap sore, Robert pribadi pulang dan ia sendiri di kamar dalam sepi. Terdengar getar dari telp selularnya.Tertera disitu nama Robert. Dia segera menerima.
 " Yes Robert "
“ Hei..jessi, gimana jikalau kita nongkrong di cafe. Bukankah besok kau akan terbang ke Ho Chi Minh.” 
“ Senang sekali. Kamu dimana ?
“ Aku ada di loby hotel.”
“ Segera saya turun  “
“ OK”

Hati Jessica terasa melampung. Kesepian di kamar hasilnya di ceriakan dengan kehadiran Robert di hotel. Apalagi ini hari terakhir di Hanoi.

“ Vietnam kini sedang berbenah. Ekonomi menggeliat dan pertumbuhan ekonomi pesat. Arus investasi abnormal semakin kencang masuk ke Vietnam. Ini lantaran stabilitas politik dan keamanan yang terjamin. Sehingga hampir tidak pernah ada demo buruh atau apalah. Pemerintah vietnam sangat besar lengan berkuasa mengontrol segala galanya.” Kata Robert mengawali pembicaraan. Tetap terkesan formal namun santai.

“ Apakah di sini ada juga Organisasi Buruh ?

“ Saat ini satu satunya serikat yang diakui yakni Vietnam General Confederation of Labour. Setiap perusahaan dengan modal abnormal wajib mengakui organisasi yang mewakili pegawai mereka.
“ Bagaimana dengan upah buruh ?

“ Upah di Vietnam diatur sesuai distrik. Namun secara keseluruhan jauh lebih murah di bandingkan upah di Indonesia. Sebagai pembanding, upah tertinggi di Vietnam yakni Rp. 1,4 juta per bulan’
“ Wah rendah sekali. “

“ Ya bukan hanya rendah dari segi uang tapi dari segi nilai juga sangat rendah lantaran output nya lebih tinggi dari buruh yang ada di Indonesia. Soal output, hanya china yang sanggup mengalahkan Vietnam.”
“ Sekarang saya paham, mengapa Dono pindahkan pabriknya di China ke Vietnam, bukan ke Indonesia. “
" Ya, bahkan banyak pabrik sepatu yang hengkang dari Indonesia ke Vietnam. " Kata Robert.

" Ya saya tahu itu. Makanya jikalau buruh Indonesia tidak meningkatkan etos kerjanya maka akan di gilas oleh persaingan ASEAN. Apalagi kini sudah ada ASEANTA"

Jessica termangu sambil sekilas memperhatikan wajah Robert. Ah, laki-laki ini begitu santunya  terhadap dia. Mungkin lantaran Dono memerintahkan ia semoga menjaga dan membantunya dengan hormat. 

“ Ceritakan kepadaku perihal vietnam. Bagaimana negara ini sanggup bangun dari puing puing perang saudara. ? Kata Jessica sekedar menghilangkan kebisuan. 

“ Hmm…” Robert nampak galau dari mana harus mulai bicara. “ Baiklah, lanjut Robert. “ Kamu tahu, Pada 30 April 1975, tank-tank Vietnam Utara mendobrak gerbang istana kepresidenan di Saigon, menumbangkan rezim potongan selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Kemenangan itu mengakhiri sebuah perang yang telah menewaskan jutaan warga Vietnam, sekitar 58.000 tentara AS dikirim untuk menghentikan serangan komunis tersebut. Empat puluh tahun kemudian, masyarakat menyaksikan pawai militer dan mendeklarasi kembali  kemenangan komunis di bekas istana kepresidenan. Para tentara melambaikan bendera palu dan sabit dan kaum perempuan menari bertema Star Wars dengan tulisan, “Hidup Partai Komunis Vietnam”. Dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional, Nguyen Quoc Khanh, seorang letnan jenderal tentara, menjelaskan kemenangan pada 30 April tersebut sebagai “titik balik bagi rakyat Vietnam”. Tapi beberapa blok dari program tersebut, sentimen serupa diungkapkan Vo Xuan Son, seorang perempuan berusia 60 tahun yang menjual camilan manis ala Vietnam dengan keranjang. “Ini yakni hari negara kita,” katanya, sambil menaburkan pate pada roti yang dipanggang. “Hari ini sangat penting bagi semua orang lantaran tidak ada perang, tidak ada orang tewas. Anak-anak kita tidak perlu ikut berjuang bersama tentara.”

Jessica terpesona menyimak setiap kata dan cara Robert bercerita, Sangat menarik dan terasa hidup.

“ Saigon telah berkembang jauh dalam 40 tahun. Lanjut Robert’ Tahun 1986, sesudah bertahun-tahun sosialis gagal, Partai Komunis mengumumkan doi moi, serangkaian reformasi yang melonggarkan cengkeraman negara terhadap perekonomian dan membuat sistem “sosialisme yang berorientasi pasar.” Ketika Vietnam dibuka kembali kepada dunia, masuklah investasi asing, kehidupan ekonomi meningkat dan banyak orang terangkat dari kemiskinan. Saat ini kota ini dengan delapan juta orang telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Ada gedung-gedung tinggi, jalan-jalan diperlebar, dan banyak hal yang berubah dalam cara yang positif.” 

“ Makara semenjak reformasi sosialis , ekonomi vietnam tumbuh pesat. Sama dengan China?  Kata jessica.
“ Tepat sekali. Tapi itu hanya nampak di potongan selatan atau yang kini di kenal namanya Ho Chi Minh , yang dulu di sebut kota Saigon. Sementara Hanoi tetap dengan sosialisnya.”

“ Bagaimana dengan politiknya ?

“ Para pendukung pemerintah beropini bahwa reformasi ekonomi telah mengangkat rakyat dari kubangan kemiskinan, tetapi para silent oposisi lebih skeptis. Dalam praktek, reformasi telah menjadi peluang bisnis bagi orang-orang mempunyai koneksi dengan elite politik.”

“Ya, perekonomian telah terbuka tentu kompetisi terbuka juga. Orang akan melaksanakan segala cara untuk unggul. Wajar saja. “ kata Jessica. 

“ Benar. kata Robert “tapi mereka berusaha membuka diri terhadap prosedur pasar dan tidak  setimpal dengan  keterbukaan politik.”

“ Maksudnya ? Tanya jessica berkerut kening.

“ Partai Komunis sudah usang mengabaikan harapan sosialis Ho Chi Minh. Korupsi luar biasa di Vietnam akhir dari hanya satu partai. Jika vietnam ingin mengubah ini maka elite nya harus mau juga mereformasi politik nya. Sudah saatnya multi-partai, demokrasi, dan hak asasi manusia,” katanya Robert dengan perilaku humanisnya.

“ jadi korupsi yakni topik sensitif akhir satu partai Vietnam, dimana media tetap di bawah kontrol negara yang ketat.Benar ?

“ Benar sekali.” 

“ Lantas apakah ada gerakan dari rakyat yang berani secara pribadi menentang ini ?

“ Tidak ada. Namun perlawanan tiba dari pemuka agama. Dia Pastor Anthony Le Ngoc Thanh, seorang imam Kristen yang mengelola situs Redemptoris News, salah satu media independen di Vietnam, telah ditahan tiga kali akhir menerbitkan informasi perihal HAM dan penganiayaan agama oleh negara. Dia berusaha membuka mata publik perihal apa yang telah di lakukan pemerintah, termasuk soal kebohongan. Tapi, meskipun banyak keluhan dari rakyat , rakyat tidak menentang kapitalisme. Rakyat tidak suka KKN. Itu saja. “

“ Makara orang vietnam tidak anti investasi asing” Tanya jessica untuk menegaskan pemahamannya perihal penerimaan publik terhadap asing. 

“Bahkan, hasil survei terbaru , 95 persen dari warga Vietnam mendukung kebijakan kapitalis. Itu index tertinggi dari  45 negara yang disurvei” 

“ Makara sama juga dengan rakyat CHina yang tidak menial kapitalisme tapi tidak suka dengan budaya KKN. “

“ Tepat sekali. Tapi kini sudah mulai ada kemauan politik dari pemerintah untuk berubah. Banyak putra elite partai yang duduk di BUMN di berhentikan dan di gantikan dengan professional. Ini suatu tanda bagus. Yang niscaya rakyat vietnam tidak suka keributan. Budaya aib masih ada di kalangan elite dan walaupun rakyat tidak protes secara terbuka namun cara rakyat bersikap sudah cukup membuat mereka aib dan harus berubah.”

“ Paham sekali, Robert. “ 

“ Besok pagi kau harus terbang ke Ho Chin Minh. Sebaiknya kau istirahat ya. “Kata Robert dengan santun. 

Jessica termangu barang sejenak, Karena sebenarnya ia masih ingin terus bersama Robert. Namun hasilnya ia segera berdiri juga “ Baiklah, Selamat malam” Kata Jessica melangkah. 
“ Besok saya jemput di hotel untuk ke bandara”
“ Terimakasih..” 

***
Sebelum berangkat tidur, Jessica tertegun lantaran telp bergetar. Dia berharap telp itu dari Robert tapi tidak ada nama tertera. Itu ia yakin dari Dono. Hanya Dono yang tahu telpnya di Vietnam. Ini jam 1 dini hari. 
" Jess " terdengar bunyi telp di seberang dengan bunyi serak serak basah.
" Ya Pak "
" Gimana pelayanan Robert ? Di bantu kau dengan baik ?
" Baik sekali ia Pak. Saya bahagia ia bantu saya."
" OK. Keliatanya kau ceria banget ?
" Ini barusan selesai makan malam dengan Robert"
" Dating ?
" Enggalah..hanya ngobrol aja. Mau tahu banyak soal Vietnam."
" OK. Dia tadinya dosen di universitas di Hanoi dan bergabung dengan saya semenjak tiga tahun lalu. "
" Oh i see."
" Besok kau ke Ho Chi Minh ?
" Ya pak.."
" Kamu ingin Robert dampingi kau di Ho Chi MInh?
" hmmm " 
" Jawab aja ?
" eh ya ya pak..boleh"
" Ok. Besok saya minta Robert dampingi kau ke Ho Chi Minh. "
" Pak..."
" Ya..
" Boleh request engga ?
" Apa?
" Apa sanggup Robert jadi staff saya selama saya bertugas di Ho Chi Minh?
" Engga tahulah. Nanti saya tanya dengan HRD holding di Hong kong. "
" Baik saya paham."
" udah ya.."
" Kamu dimana kini ? Kata Jessica seakan tidak bicara lagi sebagai bawahan dengan atasan. Tapi dengan sahabat.
" Di Jakarta. Ini lagi jalan pulang ke rumah."
" Engga minum kan "?
" Enggalah.." Terdengar Dono menahan tawa.
" Minum kan.?"
" Engga "
" Bohong.."
" Engga sayang... "
" jaga kesehatan kau ya sayang.."
" Kamu juga..Udah  ya.."
" OK. Bye now.

( Bersambung).



Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait